Ads 468x60px

Sunday, April 29, 2012

Mahram atau Muhrim sih? Terus, Sampai Manakah Batasannya?

     Mahram, kata ini sering keliru diucapkan dengan “muhrim”. Sayangnya, yang lebih akrab dengan lidah kita adalah kata yang terakhir ini. Padahal artinya jauh berbeda. Muhrim adalah orang yang berihram, sedangkan yang dimaksud dengan mahram adalah orang-orang yang haram dinikahi.

Thursday, April 26, 2012

Sepotong Kisah Cinta dari Rasulullah saw untuk Aisyah

    Inilah cinta. Cinta yang murni yang tak setiap orang mengalaminya. Tahukah engkau apa itu cinta kawan? Berjuta-juta orang telah mendefinisikannya namun tak pernah menemukan titik temu dalam persetujuan. Cinta itu memang subjektif dan perspektif. Tak ada batasan tertentu. Apabila ada yang mencoba membatasi, maka yang lain menyatakan tak berbatas. Yah, inilah cinta yang membuat nanar nalar seseorang. Seringkali berargumen tentang cinta, maka bulir-bulir kebingungan menjadi hasil dari khayal dan imaji. Wajarlah apabila berbagai pendapat bagaikan pertentangan antara titik nadir dan titik zenit.

Monday, April 23, 2012

Potret New Media: Riwayatmu Kini

     Jangan pernah mengomparasikan antara zaman ini dengan zaman sekitar tiga puluh tahun yang lalu! Mengapa? Karena tentu saja, zaman dahulu yang lebih akrab disebut “tempo doloe” sangatlah berbeda dengan zaman sekarang yang akrab disebut “zaman modern”. Mereka bak dua sisi mata uang, bagaikan kutub selatan dan kutub utara, bahkan seperti air dan api, sangatlah berbeda. Perbedaan tersebut ada berbagai macam, baik dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, dsb. Salah satu perbedaan yang paling menonjol ialah pada alat informasi dan komunikasi yang akrab kita sebut dengan media.
     Media? Yah tentu. Kalau dahulu, orang ingin mengetahui kabar sanak saudaranya jauh di seberang sana, maka hal yang dilakukannya ialah mengirim surat. Yah, surat—mungkin sudah asing di telinga kita—, tulisan pesan dari tinta yang telah kering di secarik kertas dan dibalut amplop putih lalu meminta Pak Pos untuk mengirimkannya. Sambil mengayuh sepedanya dan tak memperdulikan cuaca, Pak Pos mencari alamat di dalam surat. Beratus biji keringat yang berjatuhan sudah barang tentu menghiasi perjuangan Pak Pos dan sekitar satu minggu surat pun telah berada ditangan sang saudara. Begitu rumitnya proses yang harus dilewati hanya untuk mengetahui kabar sanak saudara kita.
     Tapi itu dulu, sekarang, hal itu sudah menjadi barang antik, istilahnya “sudah kuno”, “katro”, atau “ndeso”. Mengapa? Karena sekarang sudah ada media portal super unik dan canggih bernama Hand phone yang jikalau dialihbahasakan bernama “telpon genggam”. Dengannya, orang dapat mengetahui kabar saudaranya tak lebih dari sepuluh menit, bayangkan! Dengan telepon genggam tersebut (yang akrab disapa HP), seseorang dapat mendengar suara saudaranya diseberang sana dan dapat berkirim pesan dengan sangat cepat mengalahkan layanan “TIKI (Titipan Kilat)” dan “FEDEX”. Jadi, komunikasi pun menjadi lebih praktis, mudah, dan cepat.
     Hanya itu perbedaannya? Tentu tidak. Dahulu kalau orang ingin mendengarkan berita pasti menggunakan radio. Dari radio beranjak ke televisi dengan layar hitam putih, itu pun bagi keluarga yang memiliki kantong agak tebal. Sekarang, jangankan televisi berwarna, benda super cerdas bernama “komputer” pun sudah ada.  Informasi bisa didapatkan secepat kilat hanya dengan menggunakan komputer dan berselancar di internet. Bahkan komputer sekarang telah bisa dijinjing dan dibawah ke mana-mana yang belakangan disebut “Laptop”. Dari hari ke hari hingga detik ini, muncul komputer generasi ketiga yang bernama “Tablet”. Tablet yang ini bukan obat yang biasa kita beli di apotek, namun dia adalah komputer yang mirip dengan sebuah HP namun memiliki ukuran yang lebih besar dan lebih cerdas.
     Sekarang, komputer dan internet sudah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian orang. Informasi yang begitu cepat berubah membutuhkan alat ini agar dapat dikomsumsi dengan cepat pula. Komputer dan internet juga sangat membantu pekerjaan kita di berbagai profesi yang kita geluti, entah itu berstatus mahasiswa, pegawai kantoran, pedangang, dsb.
     Dengan Komputer dan internet pula, muncullah apa yang disebut “social network” atau “jejaring sosial”. Tahukah Anda apa yang dimaksud jejaring sosial itu? Pernahkah Anda mendengar kata “Facebook”, “Twitter”, “MySpace”, dkk.? Nah, itulah penggambaran sederhana dari jejaring sosial ini. Dengannya, kita bisa berbagi foto dengan saudara atau pun orang lain yang menjadi teman kita dalam jejaring sosial tersebut; bisa pula saling bertatap muka dan berbicara di depan layar tanpa peduli jauhnya jarak; dan bahkan bermain game sepuasnya.
     Media-media tersebut sebenarnya merupakan daur ulang dari media yang sudah ada walaupun dengan kemasan yang berbeda. Karena pada hakikatnya sebuah media berfungsi menyebarkan berita dan informasi. Dengan adanya media yang baru tersebut atau istilah modernya disebut “New Media” maka lebih memudahkan untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi hanya dalam hitungan detik. Begitulah teknologi, membuat hidup semakin mudah dan menyenangkan kata sebahagian orang.
     Dari sekian manfaat yang begitu banyak, new media tersebut juga menimbulkan berbagai dampak negatif yang juga tidak sedikit. Dampak yang pertama ialah membuat orang menjadi malas. Mengapa demikian? New media seakan memberikan segala hal beserta kemudahan kepada kita sehingga tak jarang kita hanya sibuk berada di depan layar tanpa mau bergerak mencari aktivitas lain yang lebih bermanfaat.
     Dampak berikutnya ialah komunikasi dan interaksi yang kita lakukan dengan menggunakan jejaring sosial adalah semu semata. Hal ini menghilangkan kebudayaan berinteraksi, berkomunikasi, dan menjalin silaturahmi secara langsung baik itu dengan keluarga, rekan kerja, teman, dll. Tentu perbedaannya sangat terasa dan mencolok apabila kita berinteraksi di depan manusia secara langsung daripada melalui perantara dunia maya.
     Dampak selanjutnya ialah, membuang waktu dengan sia-sia. Dengan seabrek fitur dan permainan semakin memanjakan para pengguna new media. New media yang fungsi utamanya adalah sarana komunikasi dan informasi, sekarang didominasi dengan berbagai hiburan. Main game, mendengarkan music, dan chatting tak karuan tanpa memperhatikan waktu membuat user atau penggunanya membuang banyak waktu yang sebenarnya bisa digunakan untuk kegiatan yang lebih berguna. Bahkan hal tersebut sudah menjadi candu dan bisa mengakibatkan depresi berat apabila dibiarkan begitu saja, utamanya bagi anak-anak.
     Kemudian, media-media baru tersebut bisa juga dijadikan sarana kejahatan. Marak di dalam berita terjadi penculikan dengan menggunakan modus jejaring sosial. Bukan hanya itu, penipuan pun seringkali terjadi dengan modus yang sama. Bahkan dengan komputer maupun internet orang bisa membobol informasi suatu negara yang sifatnya sangat rahasia dan mengacaukan jalur dan isi infomasi tersebut. lebih parah lagi apabila rahasia negara tersebut dibocor oleh si pembobol yang terkenal dengan sebutan “Hacker”. Selain itu, perjudian, pornoaksi, dan pornografi menjadi lalu lintas sehari-hari di berbagai media baik itu televisi maupun komputer. Umbar dan pamer aurat pun sudah menjadi tradisi modern dan dianggap lumrah sekarang.
Perubahan ideologi merupakan dampak berikutnya. Dengan banyaknya serangan pemikiran dari barat, budaya-budaya ketimuran kini mulai terkikis dan tergusur menjadi budaya yang berkiblat ke barat. Semua dogma yang berasal dari barat ditelan mentah-mentah tanpa penyaringan karena menganggap bahwa budaya ketimuran sudah selayaknya ditinggalkan. Inilah yang disebut perang pemikiran dan menjadikan kita sebagai rakyat maupun negara yang selalu saja mengekor dengan budaya barat tanpa bisa berdiri bebas dan merdeka seutuhnya.
     Dampak yang terbesar ialah jatuhnya pemerintahan sebuah bangsa. Mungkinkah? Tentu sangat mungkin. Kekuatan jejaring sosial sangatlah besar. Hal itu dibuktikan dengan jatuhnya rezim Housni Mubarak di Mesir. Rakyat yang telah lama kecewa membangun persatuan lewat jejaring sosial untuk meruntuhkan rezim tersebut. Hal itu pun menjadi kenyataan. Berkaca dengan pengalaman tersebut maka banyak negara membatasi jejaring sosial masuk ke negaranya. Salah satunya ialah Republik Rakyat Cina yang  menutup akses bagi “Twitter” untuk lebih lama berkicau.
     Berkembangpesatnya media memang patut disyukuri sekaligus diantisipasi. Akses informasi dan komunikasi yang dahulu serba terbatas kini menjadi bebas tanpa batas. Dahulu untuk memperolehnya, kita membutuhkan waktu yang cukup lama namun sekarang hanya butuh hitungan detik untuk menikmatinya. Media memang banyak memberikan manfaat dan kemudahan, namun juga tak jarang memberikan mudarat dan kerugian. Dari dampak menimbulkan kemalasan hingga meruntuhkan sebuah pemerintahan, media turut andil di dalamnya.
     Beginilah potret new media sekarang. Modern, praktis, sekaligus mengancam bercampur menjadi satu. Semua menjadi manfaat apabila digunakan sesuai kadar dan kebutuhan kita. Namun, hal itu akan menjadi bencana apabila digunakan secara berlebihan dan diluar batas kewajaran. Oleh karena itu, bergantung kepada manusianya sendiri sebagai pengomsumsi, apakah ingin mendapatkan manfaat murni atau dibarengi dengan berbagai bencana yang siap menerkam dan menghancurkannya. Jadi, pikirkanlah dahulu sebelum mengambil tindakan. Semoga bermanfaat.

Saturday, April 21, 2012

Di Kala Pagiku

Cahaya hangat menerpa
Ketika elok embun mulai terkikis
Damai tenang hinggap di lubuk hati
Terlupa sementara akan rumitnya...

Idolaku Membawaku Menuju Neraka atau ke Surga?

     Lihatlah pakaian yang Anda gunakan? Celana yang Anda gunakan? Asesoris yang Anda gunakan? Dan mungkin jilbab yang juga Anda gunakan? Apakah telah modis dan sesuai dengan idola Anda? Bagaimana dengan ucapan dan perbuatan Anda, sudahkah mirip dengan idola Anda? Bukankah kita semua punya idola? Mungkin ia artis Korea, Barat, Arab, atau artis lokal maupun interlokal di negara sendiri mungkin? Mungkin juga olahragawan, negarawan, Filsuf, dll?

Wednesday, April 18, 2012

Orator Perempuan dalam Catatan Sejarah Islam

     Saudaraku, orator dalam kamus bahasa Indonesia berari orang yang ahli dalam berpidato. Nah, orator identik dengan aksi demonstrasi. Pertama kali ikut demonstrasi, kukatakan dalam hati “wah siapa orang ini, jago banget berbicara.”  Yah begitulah, tidak gampang menjadi seorang orator karena harus memiliki kemampuan retorika dan pengetahuan yang luas seperti cakrawala. Orator biasanya berorasi apabila ada yang ingin disuarakan. Khusus dalam demonstrasi, orator mewakili rakyat untuk disuarakan hak-haknya.

Friday, April 13, 2012

Puing-puing Kisah di Asrama

      Kawan, tak sanggup lagi kutahan air tuk membasahi bidang yang halus ini. Suatu adegan yang kiranya sudah diatur oleh Yang Maha Sutradara. Ini pilihan kawan, walau pasti mengiris hati dan menyisahkan luka yang kiranya agak dalam. Pernah aku katakan padamu bahwa aku ini lelaki melankolis. Itulah aku kawan. Tempat ini sudah menjadi sejarah dan serpihan dari bagian hidupku. Banyak kenangan kawan. Kenangan ketika dimarahi oleh senior, kenangan ketika marahan dengan rekan sekamar, kenangan ketika harus berebutan untuk mandi dalam beberapa wc untuk puluhan orang, kenangan ketika kemarau dan menyisakan rindu yang tak tertahankan akan sang penentram itu. Sesekali sang penentram turun sebebasnya, namun agaknya ia masih malu jatuh sebebas-bebasnya untuk membasahi bumi, tanah kawan. Tanah yang selalu sabar untuk kita injak bersama, tanah yang selalu sabar ketika engkau tampar dengan sampah, tanah yang selalu sabar ketika sang penentram tak kunjung datang menampakkan wajahnya.
     Di sini ku terisak nestapa,  janganlah engkau katakan kawanmu ini lelaki cengeng. Air ini jatuh karena banyak sekali serpihan-serpihan kenangan yang yang menjadi faktor penentunya. Apa daya kawan, toh aku ini lelaki yang “sami’ na wa ata’na”, insya Allah. Entah kawan, entah apa yang engkau pikirkan tentangku. Jangan penah engkau panggil aku dengan sebutan saleh. Tak pantas, sungguh tak pantas kawan!!! Sejenak engkau katakan saja pada orang yang engkau ajak bercerita tentang diriku, bahwa aku ini lelaki yang ingin memperbaiki diri. Cukup sederhana, bukan?
     Kiranya air ini sudah terhenti mengalir. Kuharap setiap tetesan yang jatuh merupakan ibadah dan kuniatkan hanya untuk-Nya. Bukankah tiada yang sia-sia dalam kehidupan ini, tak ada yang sia-sia yang Ia ciptakan dalam hidup ini. Meski itu seekor nyamuk yang sedang menikmati darah di ujung kaki kirimu sekali pun, toh dia juga berguna. Engkau tak yakin? Dalam sebuah penelitian, nyamuk hanya menghisap darah yang kotor. Bukankah pula kita hidup di dunia ini hanya untuk “sekadar” beribadah kepada-Nya?  Janganlah engkau berbantah-bantahan kawan. Aku dan Allah tak perlu teori dan retorika yang sesat dan menyesatkan itu, cukup pembuktian. Ataukah engkau sama dengan beberapa orang yang masih mencari jati diri, mencari agama yang benar, dan mencari wajah Tuhannya, hmm kemana saja engkau selama ini? Cukuplah kita untuk bermain-main. Sekali lagi walaupun kiranya aku sudah bosan mengatakannya, HIDUP INI PILIHAN kawan. Ku ajak kau untuk memilih jalan yang kuyakin ini benar, Insya Allah.
     Sempat ada kakak yang muliah hatinya menanyakan dengan segenap kata tanya yang mengarah pada mengapa aku ambil keputusan ini. Dia katakan, kok aku mau kalah sebelum berjuang, dia juga menyuruhku untuk bersabar dan tetap menetap di sini, namun semua sudah di atur, ini pilihanku dan semoga mendapat Ridho dari-Nya.
     Hhaaa... embun kawan depan cermin karena angin yang keluar dari rongga macan ini. Demi menjadi yang terasing, butuh sebuah pengorbanan yang besar. Semoga di tempat nanti sudah merindukan kedatanganku selama ini, dan semoga saudara-saudaraku di sana akan selalu membimbing watakku yang keras.

22 Oktober 2011, 21.07
Aku, 3x4, dan benda berputar, tak lupa akan serpihan kenangan ini.

Metamorfosa Protagonis Inagurasiku

Udara dingin menusuk relung sukma
Bagai beribu jaru kecil menancap silih berganti
Di sana di pegunungan indah bernuansa hijau itu
Menerpa raga, qalbu, pun nafsu

Berat akan beban yang terpikul
Melemahnya batin yang terasa
Bukanlah hambatan rintangan
Bahkan kuanggap tantangan

Demi ilmu sebegitu berharganya
Kan terbayar dengan sendirinya
Kan kehangatan kebersamaan
Kan indahnya simponi tak terlupa

Untuk semua hal itu
Mencipta generasi akan perubahan terimpikan
Metamorfosa tuk protagonis
Menumbuhkan bibit peduli

BUKANNYA TAK ACUH!!!
Karena terbutuh akan pengorbanan demi perubahan itu

Inilah akhir riwayat inagurasiku
Sarat makna pun manfaat
Tak terbayang sebelumnya... hmm


26 Oktober 2010
Mengenang inagurasi indah tak terlupa itu

sumber gambar:
http://images.travelpod.com/users/eskimo/1.1303301442.welcome-to-malino.jpg

Thursday, April 12, 2012

15 Manfaat Merokok !!!

     Nah, pasti kawan-kawan kaget saat membaca judul di atas. “ah, ROKOK ada manfaatnya? Memang ada?”; “gile nih Pak Dani, negajarin yang bukan-bukan”; bahkan ada yang mungkin berkata “wah, nih blog sesat kayaknya!”. Semua menjadi bisa dan ada ketika dipandang dari sudut yang berbeda. Nah, walaupun jelas-jelas iklan rokok sudah melabeli diri dengan sejumlah peringatan seperti “merokok dapat menyebabkan serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin, dll” tetapi tetap banyak juga orang yang taat pada rokok, :). Setelah berselancar dan “bercengkrama” dengan Prof. Google, berikut penulis dapatkan manfaat-manfaat merokok dalam sudut pandang yang unik dan berbeda:

Saturday, April 7, 2012

Wah, Kok di Mesir Semua Orang Indonesia (Asia) disebut Orang Cina?

     Nah, Saudara berasal dari mana? Parepare? Soppeng? Bone? Pinrang? Makassar? Ataukah Selayara? Atau dll.?
     Satu lagi, Saudara berniat ke Mesir? Liburan atau lanjut kuliah mungkin? Atau cari isteri yang seperti Cleopatra dan Suami seperti Maher Zain, mungkin?
     Namun, dari mana pun Saudara berasal, kalaulah Saudara pergi ke Mesir, Insya Allah akan di kira orang Cina sama orang-orang Mesir. Lah, kok bisa? Dengarkan cerita sahabat kompasiana yang bernama Qoatir Al-Khoiriyah satu ini:

Monday, April 2, 2012

Siapakah Imam Asy-Syafi’i?

     Mungkin Saudara tahu sapa itu Beckham, Lady Gaga,Nickita Wily, bahkan Aristoteles. Mereka sangat populer di kalangan manusia saat ini. namun apakah Saudara tahu siapa itu Imam Syafi'i? apatah lagi Anda yang beragama Islam? setelah Anda membaca kisah ini, coba bandingkan dengan dengan tokoh-tokoh di atas atau yang lainnya, yang manakah yang lebih hebat. Berikut kisah beliau.
     Di kampung miskin di kota Ghazzah (orang Barat menyebutnya Gaza ) di bumi Palestina, pada th. 150 H (bertepatan dengan th. 694 M) lahirlah seorang bayi lelaki dari pasangan suami istri yang berbahagia, Idris bin Abbas Asy-Syafi`ie dengan seorang wanita dari suku Azad. Bayi lelaki keturunan Quraisy ini akhirnya dinamai Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie . Demikian nama lengkapnya sang bayi itu. Namun kebahagiaan keluarga miskin ini dengan kelahiran bayi tersebut tidaklah berlangsung lama. Karena beberapa saat setelah kelahiran itu, terjadilah peristiwa menyedihkan, yaitu ayah sang bayi meninggal dunia dalam usia yang masih muda. Bayi lelaki yang rupawan itu pun akhirnya hidup sebagai anak yatim.
     Sang ibu sangat menyayangi bayinya, sehingga anak yatim Quraisy itu tumbuh sebagai bayi yang sehat. Maka ketika ia telah berusia dua tahun, dibawalah oleh ibunya ke Makkah untuk tinggal di tengah keluarga ayahnya di kampung Bani Mutthalib. Karena anak yatim ini, dari sisi nasab ayahnya, berasal dari keturunan seorang Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam yang bernama Syafi’ bin As-Sa’ib. Dan As-Sa’ib ayahnya Syafi’, sempat tertawan dalam perang Badr sebagai seorang musyrik kemudian As-Sa’ib menebus dirinya dengan uang jaminan untuk mendapatkan status pembebasan dari tawanan Muslimin. Dan setelah dia dibebaskan, iapun masuk Islam di tangan Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam .

Maka nasab bayi yatim ini secara lengkap adalah sebagai berikut:


     Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-Sa’ib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Mutthalib bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.
     Dari nasab tersebut, Al-Mutthalib bin Abdi Manaf, kakek Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie, adalah saudara kandung Hasyim bin Abdi Manaf kakek Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam .
     Kemudian juga saudara kandung Abdul Mutthalib bin Hasyim, kakek Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , bernama Syifa’, dinikahi oleh Ubaid bin Abdi Yazid, sehingga melahirkan anak bernama As-Sa’ib, ayahnya Syafi’. Kepada Syafi’ bin As-Sa’ib radliyallahu `anhuma inilah bayi yatim tersebut dinisbahkan nasabnya sehingga terkenal dengan nama Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie Al-Mutthalibi. Dengan demikian nasab yatim ini sangat dekat dengan Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam .
     Bahkan karena Hasyim bin Abdi Manaf, yang kemudian melahirkan Bani Hasyim, adalah saudara kandung dengan Mutthalib bin Abdi manaf, yang melahirkan Bani Mutthalib, maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam bersabda:
     “Hanyalah kami (yakni Bani Hasyim) dengan mereka (yakni Bani Mutthalib) berasal dari satu nasab. Sambil beliau menyilang-nyilangkan jari jemari kedua tangan beliau.” (HR. Abu Nu’aim Al-Asfahani dalam Hilyah nya juz 9 hal. 65 - 66).
     Di lingkungan Bani Al-Mutthalib, dia tumbuh menjadi anak lelaki yang penuh vitalitas. Di usia kanak-kanaknya, dia sibuk dengan latihan memanah sehingga di kalangan teman sebayanya, dia amat jitu memanah. Bahkan dari sepuluh anak panah yang dilemparkannya, sepuluh yang kena sasaran, sehingga dia terkenal sebagai anak muda yang ahli memanah.
     Demikian terus kesibukannya dalam panah memanah sehingga ada seorang ahli kedokteran medis waktu itu yang menasehatinya. Dokter itu menyatakan kepadanya: “Bila engkau terus menerus demikian, maka sangat dikuatirkan akan terkena penyakit luka pada paru-parumu karena engkau terlalu banyak berdiri di bawah panas terik mata hari.” Maka mulailah anak yatim ini mengurangi kegiatan panah memanah dan mengisi waktu dengan belajar bahasa Arab dan menekuni bait-bait sya’ir Arab sehingga dalam sekejab, anak muda dari Quraisy ini menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya dalam usia kanak-kanak. Di samping itu dia juga menghafal Al-Qur’an, sehingga pada usia tujuh tahun telah menghafal di luar kepala Al-Qur’an keseluruhannya.
     Demi ia merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia mulai senang mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya. Remaja yatim ini belajar fiqih dari para Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah.
     Kemudian beliau juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar dari pamannya yang bernama Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah.
     Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di berbagai halaqah ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana tersebut di atas.
     Ia pun demi kehausan ilmu, akhirnya berangkat dari Makkah menuju Al-Madinah An Nabawiyah guna belajar di halaqah Imam Malik bin Anas di sana. Di majelis beliau ini, si anak yatim tersebut menghapal dan memahami dengan cemerlang kitab karya Imam Malik, yaitu Al-Muwattha’ . Kecerdasannya membuat Imam Malik amat mengaguminya. Sementara itu As-Syafi`ie sendiri sangat terkesan dan sangat mengagumi Imam Malik di Al-Madinah dan Imam Sufyan bin Uyainah di Makkah.
     Beliau menyatakan kekagumannya setelah menjadi Imam dengan pernyataannya yang terkenal berbunyi: “Seandainya tidak ada Malik bin Anas dan Sufyan bin Uyainah, niscaya akan hilanglah ilmu dari Hijaz.” Juga beliau menyatakan lebih lanjut kekagumannya kepada Imam Malik: “Bila datang Imam Malik di suatu majelis, maka Malik menjadi bintang di majelis itu.” Beliau juga sangat terkesan dengan kitab Al-Muwattha’ Imam Malik sehingga beliau menyatakan: “Tidak ada kitab yang lebih bermanfaat setelah Al-Qur’an, lebih dari kitab Al-Muwattha’ .” Beliau juga menyatakan: “Aku tidak membaca Al-Muwattha’ Malik, kecuali mesti bertambah pemahamanku.”
     Dari berbagai pernyataan beliau di atas dapatlah diketahui bahwa guru yang paling beliau kagumi adalah Imam Malik bin Anas, kemudian Imam Sufyan bin Uyainah. Di samping itu, pemuda ini juga duduk menghafal dan memahami ilmu dari para Ulama’ yang ada di Al-Madinah, seperti Ibrahim bin Sa’ad, Isma’il bin Ja’far, Atthaf bin Khalid, Abdul Aziz Ad-Darawardi. Beliau banyak pula menghafal ilmu di majelisnya Ibrahim bin Abi Yahya. Tetapi sayang, guru beliau yang disebutkan terakhir ini adalah pendusta dalam meriwayatkan hadits, memiliki pandangan yang sama dengan madzhab Qadariyah yang menolak untuk beriman kepada taqdir dan berbagai kelemahan fatal lainnya. Sehingga ketika pemuda Quraisy ini telah terkenal dengan gelar sebagai Imam Syafi`ie, khususnya di akhir hayat beliau, beliau tidak mau lagi menyebut nama Ibrahim bin Abi Yahya ini dalam berbagai periwayatan ilmu.
     Ketika Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-Mutthalibi Al-Qurasyi telah berusia dua puluh tahun, dia sudah memiliki kedudukan yang tinggi di kalangan Ulama’ di jamannya dalam berfatwa dan berbagai ilmu yang berkisar pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tetapi beliau tidak mau berpuas diri dengan ilmu yang dicapainya. Maka beliaupun berangkat menuju negeri Yaman demi menyerap ilmu dari para Ulama’nya.
    Disebutkanlah sederet Ulama’ Yaman yang didatangi oleh beliau ini seperti: Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan banyak lagi yang lainnya. Dari Yaman, beliau melanjutkan tour ilmiahnya ke kota Baghdad di Iraq dan di kota ini beliau banyak mengambil ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan, seorang ahli fiqih di negeri Iraq. Juga beliau mengambil ilmu dari Isma’il bin Ulaiyyah dan Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dan masih banyak lagi yang lainnya.
     Sejak di kota Baghdad, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie mulai dikerumuni para muridnya dan mulai menulis berbagai keterangan agama. Juga beliau mulai membantah beberapa keterangan para Imam ahli fiqih, dalam rangka mengikuti sunnah Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam . Kitab fiqih dan Ushul Fiqih pun mulai ditulisnya. Popularitas beliau di dunia Islam yang semakin luas menyebabkan banyak orang semakin kagum dengan ilmunya sehingga orang pun berbondong-bondong mendatangi majelis ilmu beliau untuk menimba ilmu. Tersebutlah tokoh-tokoh ilmu agama ini yang mendatangi majelis beliau untuk menimba ilmu padanya seperti Abu Bakr Abdullah bin Az-Zubair Al-Humaidi (beliau ini adalah salah seorang guru Al-Imam Al-Bukhari), Abu Ubaid Al-Qasim bin Sallam, Ahmad bin Hanbal (yang kemudian terkenal dengan nama Imam Hanbali), Sulaiman bin Dawud Al-Hasyimi, Abu Ya’qub Yusuf Al-Buaithi, Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al-Kalbi, Harmalah bin Yahya, Musa bin Abil Jarud Al-Makki, Abdul Aziz bin Yahya Al-Kinani Al-Makki (pengarang kitab Al-Haidah ), Husain bin Ali Al-Karabisi (beliau ini sempat di tahdzir oleh Imam Ahmad karena berpendapat bahwa lafadh orang yang membaca Al-Qur’an adalah makhluq), Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Hizami, Al-Hasan bin Muhammad Az-Za’farani, Ahmad bin Muhammad Al-Azraqi, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh ilmu yang lainnya. Dari murid-murid beliau di Baghdad, yang paling terkenal sangat mengagumi beliau adalah Imam Ahmad bin Hanbal atau terkenal dengan gelar Imam Hanbali.
     Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Mizzi dengan sanadnya bersambung kepada Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (putra Imam Hanbali). Beliau menceritakan: “Aku pernah bertanya kepada ayahku: <Wahai ayah, siapa sesungguhnya As-Syafi`ie itu, karena aku terus-menerus mendengar ayah mendoakannya?> Maka ayahku menjawab: <Wahai anakku, sesungguhnya As-Syafi`ie itu adalah bagaikan matahari untuk dunia ini, dan ia juga sebagai kesejahteraan bagi sekalian manusia. Maka silakan engkau cari, adakah orang yang seperti beliau dalam dua fungsi ini (yakni fungsi sebagai matahari dan kesejahteraan) dan adakah pengganti fungsi beliau tersebut?>.”
     Diriwayatkan pula bahwa Sulaiman bin Al-Asy’ats menyatakan: “Aku melihat bahwa Ahmad bin Hanbal tidaklah condong kepada seorangpun seperti condongnya kepada As-Syafi`ie.” Al-Maimuni meriwayatkan bahwa Imam Hanbali menyatakan: “Aku tidak pernah meninggalkan doa kepada Allah di sepertiga terakhir malam untuk enam orang. Salah satunya ialah untuk As-Syafi`ie.”
     Diriwayatkan pula oleh Imam Shalih bin Ahmad bin Hanbal (putra Imam Hanbali): “Pernah ayahku berjalan di samping keledai yang ditumpangi Imam Syafi`ie untuk bertanya-tanya ilmu kepadanya. Maka melihat demikian, Yahya bin Ma’ien sahabat ayahku mengirim orang untuk menegur beliau. Yahya menyatakan kepadanya: <Wahai Aba Abdillah ( kuniah bagi Imam Hanbali), mengapa engkau ridla untuk berjalan dengan keledainya As-Syafi`ie?>. Maka ayah pun menyatakan kepada Yahya: <Wahai Aba Zakaria ( kuniah bagi Yahya bin Ma’ien), seandainya engkau berjalan di sisi lain dari keledai itu, niscaya akan lebih bermanfaat bagimu>.”
     Di samping Imam Hanbali yang sangat mengaguminya, juga diriwayatkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadi dalam Tarikh nya dengan sanadnya dari Abu Tsaur. Dia menceritakan: “Abdurrahman bin Mahdi pernah menulis surat kepada As-Syafi`ie, dan waktu itu As-Syafi`ie masih muda belia. Dalam surat itu Abdurrahman meminta kepadanya untuk menuliskan untuknya sebuah kitab yang terdapat padanya makna-makna Al Qur’an, dan juga mengumpulkan berbagai macam tingkatan hadits, keterangan tentang kedudukan ijma’ (kesepakatan Ulama’) sebagai hujjah / dalil, keterangan hukum yang nasikh (yakni hukum yang menghapus hukum lainnya) dan hukum yang mansukh (yakni hukum yang telah dihapus oleh hukum yang lainnya), baik yang ada di dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Maka As-Syafi`ie muda menuliskan untuknya kitab Ar-Risalah dan kemudian dikirimkan kepada Abdurrahman bin Mahdi.
     Begitu membaca kitab Ar-Risalah ini, Abdurrahman menjadi sangat kagum dan sangat senang kepada As-Syafi`ie sehingga beliau menyatakan: “Setiap aku shalat, aku selalu mendoakan As-Syafi`ie.” Kitab Ar-Risalah karya Imam Syafi`ie akhirnya menjadi kitab rujukan utama bagi para Ulama’ dalam ilmu Ushul Fiqih sampai hari ini. Pujian para Ulama’ dan kekaguman mereka bukan saja datang dari orang-orang yang seangkatan dengan beliau dalam ilmu, akan tetapi datang pula pujian itu dari para Ulama’ yang menjadi guru beliau.
     Antara lain ialah Sufyan bin Uyainah, salah seorang guru beliau yang sangat dikaguminya. Sebaliknya Sufyan pun sangat mengagumi Imam As-Syafi`ie, sampai diceritakan oleh Suwaid bin Saied sebagai berikut: “Aku pernah duduk di majelis ilmunya Sufyan bin Uyainah.
     As-Syafi`ie datang ke majelis itu, masuk sembari mengucapkan salam dan langsung duduk untuk mendengarkan Sufyan yang sedang menyampaikan ilmu. Waktu itu Sufyan sedang membaca sebuah hadits yang sangat menyentuh hati. Betapa lembutnya hati beliau saat mendengar hadits itu menyebabkan As-Syafi`ie mendadak pingsan.
     Orang-orang di majelis itu menyangka bahwa As-Syafi`ie meninggal dunia sehingga peristiwa ini dilaporkan kepada Sufyan: <Wahai Aba Muhammad (kuniah bagi Sufyan bin Uyainah), Muhammad bin Idris telah meninggal dunia>. Maka Sufyan pun menyatakan: <Bila memang dia meninggal dunia, maka sungguh telah meninggal orang yang terbaik bagi ummat ini di jamannya>.”
     Demikian pujian para Ulama’ yang sebagiannya kami nukilkan dalam tulisan ini untuk menggambarkan kepada para pembaca sekalian betapa beliau sangat tinggi kedudukannya di kalangan para Ulama yang sejaman dengannya. Apalagi tentunya para ulama’ yang sesudahnya.
     Imam As-Syafi`ie tinggal di Baghdad hanya dua tahun. Setelah itu beliau pindah ke Mesir dan tinggal di sana sampai beliau wafat pada th. 204 H dan usia beliau ketika wafat 54 th. Beliau telah meninggalkan warisan yang tak ternilai, yaitu ilmu yang beliau tulis di kitab Ar-Risalah dalam ilmu Ushul Fiqih. Di samping itu beliau juga menulis kitab Musnad As-Syafi`ie , berupa kumpulan hadits Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam yang diriwayatkan oleh beliau; dan kitab Al-Um berupa kumpulan keterangan beliau dalam masalah fiqih. Sebagaimana Al-Um , kumpulan riwayat keterangan Imam As Syafi`ie dalam fiqih juga disusun oleh Al-Imam Al-Baihaqi dan diberi nama Ma’rifatul Aatsar was Sunan . Al-Imam Abu Nu’aim Al-Asfahani membawakan beberapa riwayat nasehat dan pernyataan Imam As-Syafi`ie dalam berbagai masalah yang menunjukkan pendirian Imam As-Syafi`ie dalam memahami agama ini. Beberapa riwayat Abu Nu’aim tersebut kami nukilkan sebagai berikut :
Imam As-Syafi`ie menyatakan: “Bila aku melihat Ahli Hadits, seakan aku melihat seorang dari Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam .” (HR. Abu Nu’aim Al-Asfahani dalam Al-Hilyah nya juz 9 hal. 109) Ini menunjukkan betapa tinggi penghargaan beliau kepada para Ahli Hadits.
     Imam As-Syafi`ie menyatakan: “Sungguh seandainya seseorang itu ditimpa dengan berbagai amalan yang dilarang oleh Allah selain dosa syirik, lebih baik baginya daripada dia mempelajari ilmu kalam.” (HR. Abu Nu’aim Al-Asfahani dalam Al-Hilyah nya juz 9 hal. 111)
Beliau menyatakan juga: “Seandainya manusia itu mengerti bahaya yang ada dalam Ilmu Kalam dan hawa nafsu, niscaya dia akan lari daripadanya seperti dia lari dari macan.”
    Ini menunjukkan betapa anti patinya beliau terhadap Ilmu Kalam, suatu ilmu yang membahas perkara Tauhid dengan metode pembahasan ilmu filsafat.
    Diriwayatkan oleh Ar-Rabi’ bin Sulaiman bahwa dia menyatakan: Aku mendengar As-Syafi`ie berkata:
“Barangsiapa mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk, maka sungguh dia telah kafir.” ((HR. Abu Nu’aim Al-Asfahani dalam Al-Hilyah nya juz 9 hal. 113)
    Diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim Al-Asfahani bahwa Al-Imam As-Syafi`ie telah mengkafirkan seorang tokoh ahli Ilmu Kalam yang terkenal dengan nama Hafs Al-Fardi, karena dia menyatakan di hadapan beliau bahwa Al-Qur’an itu adalah makhluk. Demikian tegas Imam As-Syafi`ie dalam menilai mereka yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk. Dan memang para Ulama’ Ahlis Sunnah wal Jama’ah telah sepakat untuk mengkafirkan siapa yang meyakini bahwa Al-Qur’an itu makhluk.
     Al-Imam Adz-Dzahabi meriwayatkan pula dengan sanadnya dari Al-Buwaithie yang menyatakan: “Aku bertanya kepada As-Syafi`ie: <Bolehkah aku shalat di belakang imam yang Rafidli?> Maka beliau pun menjawabnya: <Jangan engkau shalat di belakang imam yang Rafidli, ataupun Qadari ataupun Murji’ie>. Akupun bertanya lagi kepada beliau: <Terangkan kepadaku tentang siapakah masing-masing dari mereka itu?> Maka beliau pun menjawab: <Barang siapa yang mengatakan bahwa iman itu hanya perkataan lisan dan hati belaka, maka dia itu adalah murji’ie; barangsiapa yang mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar itu bukan Imamnya Muslimin, maka dia itu adalah rafidli. Barangsiapa yang mengatakan bahwa kehendak berbuat itu sepenuhnya dari dirinya (yakni tidak meyakini bahwa kehendak berbuat itu diciptakan oleh Allah ), maka dia itu adalah qadari>.”
     Demikian Imam As-Syafi`i mengajarkan sikap terhadap Ahlil Bid’ah seperti yang disebutkan contohnya dalam pernyataan beliau, yaitu orang-orang yang mengikuti aliran Rafidlah yang di Indonesia sering dinamakan Syi’ah. Aliran Syiah terkenal dengan sikap kebencian mereka kepada para Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , khususnya Abu Bakar dan Umar. Di samping Rafidlah, masih ada aliran bid’ah lainnya seperti Qadariyah yaitu aliran pemahaman yang menolak beriman kepada rukun iman yang keenam (yaitu keimanan kepada adanya taqdir Allah Ta`ala). Juga aliran Murji’ah yang menyatakan bahwa iman itu hanya keyakinan yang ada di hati dan amalan itu tidak termasuk dari iman. Murji’ah juga menyatakan bahwa iman itu tidak bertambah dengan perbuatan ketaatan kepada Allah dan tidak pula berkurang dengan kemaksiatan kepada Allah. Semua ini adalah pemikiran sesat, yang menjadi alasan bagi Imam As-Syafi`ie untuk melarang orang shalat di belakang imam yang berpandangan dengan salah satu dari pemikiran-pemikiran sesat ini.
     Imam As-Syafi`ie juga amat keras menganjurkan ummat Islam untuk jangan ber taqlid (yakni mengikut dengan membabi buta) kepada seseorang pun sehingga meninggalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah ketika pendapat orang yang diikutinya itu menyelisihi pendapat keduanya.

Hal ini dinyatakan oleh beliau dalam beberapa pesan sebagai berikut:
     Al-Hafidh Abu Nu`aim Al-Asfahani meriwayatkan dalam Hilyah nya dengan sanad yang shahih riwayat Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, katanya: “Ayahku telah menceritakan kepadaku bahwa Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie berkata: <Wahai Aba Abdillah (yakni Ahmad bin Hanbal), engkau lebih mengetahui hadits-hadits shahih dari kami. Maka bila ada hadits yang shahih, beritahukanlah kepadaku sehingga aku akan bermadzhab dengannya. Sama saja bagiku, apakah perawinya itu orang Kufah, ataukah orang Basrah, ataukah orang Syam>.”
     Demikianlah para Ulama’ bersikap tawadlu’ sebagai kepribadian utama mereka. Sehingga tidak menjadi masalah bagi mereka bila guru mengambil manfaat dari muridnya dan muridnya yang diambil manfaat oleh gurunya tidak pula kemudian menjadi congkak dengannya. Tetap saja sang murid mengakui dan mengambil manfaat dari gurunya, meskipun sang guru mengakui di depan umum tentang ketinggian ilmu si murid. Guru-guru utama Imam Asy Syafi`ie, Imam Malik dan Imam Sufyan bin Uyainah, dengan terang-terangan mengakui keutamaan ilmu As-Syafi`ie. Bahkan Imam Sufyan bin Uyainah banyak bertanya kepada Imam Asy-Syafi`ie saat Imam Syafi’ie ada di majelisnya. Padahal Imam Asy-Syafi`ie duduk di majelis itu sebagai salah satu murid beliau, dan bersama para hadirin yang lainnya, mereka selalu mengerumuni Imam Sufyan untuk menimba ilmu daripadanya. Tetapi meskipun demikian, Imam Syafi`ie tidak terpengaruh oleh sanjungan gurunya. Beliau tetap mendatangi majelis gurunya dan memuliakannya. Di samping itu, hal yang amat penting pula dari pernyataan Imam Asy-Syafi`ie kepada Imam Ahmad bin Hanbal tersebut di atas, menunjukkan kepada kita betapa kuatnya semangat beliau dalam merujuk kepada hadits shahih untuk menjadi pegangan dalam bermadzhab, dari manapun hadits shahih itu berasal.
     Imam Asy-Syafi`ie menyatakan pula: “Semua hadits yang dari Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam maka itu adalah sebagai omonganku. Walaupun kalian tidak mendengarnya dariku.”
Demikian beliau memberikan patokan kepada para murid beliau, bahwa hadits shahih itu adalah dalil yang sah bagi segala pendapat dalam agama ini. Maka pendapat dari siapapun bila menyelisihi hadits yang shahih, tentu tidak akan bisa menggugurkan hadits shahih itu. Bahkan sebaliknya, pendapat yang demikianlah yang harus digugurkan dengan adanya hadits shahih yang menyelisihinya.

P e n u t u p :
Masih banyak mutiara hikmah yang ingin kami tuangkan dalam tulisan ini dari peri hidup Imam Asy-Syafi`ie. Namun dalam kesempatan ini, rasanya tidak cukup halaman yang tersedia untuk memuat segala kemilau mutiara hikmah peri hidup beliau itu. Bahkan telah ditulis oleh para Imam-Imam Ahlus Sunnah wal Jamaah kitab-kitab tebal yang berisi untaian mutiara hikmah peri hidup Imam besar ini. Seperti Al-Imam Al-Baihaqi menulis kitab Manaqibus Syafi`ie , juga Ar-Razi menulis kitab dengan judul yang sama. Kemudian Ibnu Abi Hatim menulis kitab berjudul Aadaabus Syaafi’ie . Dan masih banyak lagi yang lainnya. Itu semua menunjukkan kepada kita, betapa agungnya Imam besar ini di mata para Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Semoga Allah Ta`ala menggabungkan kita di barisan mereka di hari kiamat nanti. Amin ya Mujibas sa’ilin .



S
Sumber:
http://alghuroba.org/

Sunday, April 1, 2012

Apakah Menyentuh Wanita Membatalkan Wudhu?

     Nah, saudara. Agak Islami lagi nih. Semoga tidak pernah alergi dengan hal-hal yang berbau Islam, utamanya bagi pemeluknya yang di KTP-nya masih tercantum agama Islam. Seringkali ditengah-tengah kita, kita bingung, apakah menyentuh wanita ataukah lelaki setelah berwudhu itu membatalkan wudhu kita. berikut jawabannya dalam artikel milik muslim.or.id