Ads 468x60px

Friday, March 30, 2012

Mana yang Lebih dahulu, Bahasa atau Berpikir?

     Kridalaksana (2009: 24) meyatakan bahwa bahasa adalah system lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Chaer (2009: 51) menambahkan bahwa berbahasa merupakan penyampaian pikiran atau perasaan dari orang yang berbicara mengenai masalah yang dihadapi dalam kehidupan budayanya. Jadi, kesimpulannya ialah bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi itu (Chaer, 2009: 30).

     Berpikir berasal dari kata dasar pikir yang berarti apa yang ada dalam hati, akal budi, ingatan, angan-angan, kata dalam hati, pendapat, dan pertimbangan (Yuniar: 479). Sedangkan, berpikir adalah menggunakan akal budi untuk menemukan jalan keluar, mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu (Yuniar: 479). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pikir adalah pertimbangan atau pendapat serta akal budi, sedangkan berpikir adalah proses dalam menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan suatu perkara.
     Sehubungan dengan itu, terdapat suatu masalah anatara bahasa dan berpikir. Di dalam kajian psikolinguistik, ada dua hipotesis yang Kontroversial yang tercermin dalam pertanyaan: mana yang lebih dahulu bahasa atau pikiran; pikiran dahulu baru bahasa; atau keduanya hadir bersamaan (Chaer, 2009: 51).    Untuk menjawab hal tersebut maka berikut pembahasannya.
     Mahmuda (2012: 39-40) meyimpulkan pendapat-pendapat para ahli tentang masalah ini. Beberapa uraian para ahli mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran antara lain:
1.    Bahasa memengaruhi pikiran
Pemahaman terhadap kata memengaruhi pandangannya terhadap realitas. Pikiran manusia dapat terkondisikan oleh kata yang manusia sendiri gunakan. Tokoh yang mendukung hubungan ini ialah Benyamin Whorf dan gurunya, Edwar Shapir.
2.    Pikiran memengaruhi bahasa
Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif yang tidak asing bagi manusia, yaitu Jean Piaget.  Melalui observasi yang dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan memengaruhi bahasa yang digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut, semakin tinggi bahasa yang digunakannya.
3.    Bahasa dan pikiran saling memengaruhi
Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin Vigotsky, seorang ahli semantik berkebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai pembaharu teori Piaget. Ia mengatakan bahwa bahasa dan pikiran saling memengaruhi. Penggabungan Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan ahli psikolinguistik kognitif
    Dari beberapa pandangan ahli di atas, penulis lebih condong memilih bahwa berpikir terlebih dahulu barulah berbahasa kemudian. Penulis setuju dengan pendapat Jean Piaget yang juga merupakan sarjana Prancis ini yang menyatakan bahwa pikiran memengaruhi dan membentuk bahasa. Tanpa pikiran maka bahasa tidak akan ada. Menurut beliau (Chaer, 2009: 54) bahwa pikiranlah yang menetukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa, bukan sebaliknya. Pendapat yang dikeluarkan oleh Piaget bukannya tanpa dasar. Hal itu sudah dibuktikan dengan observasi yang dilakukan terhadap aspek kognitif anak dengan simpulan bahwa aspek kognitif tersebut memengaruhi bahasa yang digunakannya. Piaget juga menegaskan bahwa kegiatan intelek (pemikiran) sebenarnya adalah aksi atau perilaku yang telah dinuranikan dan dalam kegiatan sensomotor termasuk juga perilaku bahasa (Chaer, 2012: 55).
     Penulis dapat memberikan simpulan bahwa memang benar pikiran dahulu baru bahasa. Penulis sejalan dengan pendapat Jean Piaget. Penulis menambahkan bahwa berbahasa tanpa berpikir dahulu bagaikan orang yang mengigau. Dan tentu, untuk berbicara dan mengeluarkan setiap kata demi kata itu, maka diperlukan suatu ilmu yang diolah oleh pemikiran terlebih dahulu.

RUJUKAN:
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2011. KBBI Ofline. Pusat Bahasa
Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mahmuda. 2012. Psikolinguistik: Kajian teoritik. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Yuniar, Tanti. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Penerbit Agung Media Mulia.
(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9otn-4u5rnkQ442LlGRApnym8tA7QxVziexBnDrM4C2z5fDyEQsnkzHn7qOgQW14CCDa2eCocftxnVwLXmy5Jxw1Jb4FIlti27m3RIaXct-FhrWvhcg1YfouyNzHV-z0DPSvCebxP0eA/ /               think-  before-you-speak.png, diakses tanggal 30 Mei 2012).

0 comments:

Post a Comment