Ads 468x60px

Saturday, April 7, 2012

Wah, Kok di Mesir Semua Orang Indonesia (Asia) disebut Orang Cina?

     Nah, Saudara berasal dari mana? Parepare? Soppeng? Bone? Pinrang? Makassar? Ataukah Selayara? Atau dll.?
     Satu lagi, Saudara berniat ke Mesir? Liburan atau lanjut kuliah mungkin? Atau cari isteri yang seperti Cleopatra dan Suami seperti Maher Zain, mungkin?
     Namun, dari mana pun Saudara berasal, kalaulah Saudara pergi ke Mesir, Insya Allah akan di kira orang Cina sama orang-orang Mesir. Lah, kok bisa? Dengarkan cerita sahabat kompasiana yang bernama Qoatir Al-Khoiriyah satu ini:

     Siang ini memang tidak seperti biasanya, cuaca Mesir kali ini mencapai 30 derajat celcius, suatu hal aneh yang terjadi di musim dingin tahun ini. Untuk mengisi liburan akhir pekan, kami sekeluarga dari Maadi Cairo memutuskan untuk jalan-jalan ke kota Qonatir Al-Khoiriyah yang jaraknya sekitar 25 kilo meter dari tempat tinggal kami, hanya berbekal peta dari laptop kami berangkat dengan mobil sedan putih yang sedikit kusam tersapu oleh debu-debu gurun, meskipun sempat tersesat kami bersyukur karena sampai juga ketempat tujuan dengan selamat.
     Sesampainya di Qonatir Al-Khoriyah, kami melihat banyak orang disana, mereka bukan penduduk daerah setempat melainkan orang dari kampung lain, bahkan banyak juga dari luar kota. Di Qonatir Al-Khoiriyah terdapat bendungan yang indah dimana terdapat  dua cabang sungai Nil yang disebut cabang Rosetta dan cabang damietta, sebagai sarana untuk mengendalikan aliran air kedalam Delta Nil, sehingga irigasi di daerah Delta dapat dikendalikan sepanjang tahun, bukan musiman. Disana juga terdapat taman-taman indah komersil dengan tiket masuk yang sangat murah, 2 LE sampai 3 LE. Para penduduk setempat juga banyak menyewakan kuda, sepeda dan motor dengan harga terjangkau. Bagi yang mempunyai hoby mancing disana bisa jadi tempat yang menyenangkan.
     Setelah mendapatkan tempat parkir sebagian dari kami menyewa kuda untuk menjelajahi indahnya bendungan yang tampak gagah itu dan sebagianya memilih untuk jalan kaki sambil menjepretkan kameranya disana-sini.
     Kami melihat keramahan warga ataupun pengunjung lainya disana, tidak jarang mereka melemparkan senyum pada kami sebagai tanda selamat datang, ada juga yang berani langsung menyapa dengan mengucapkan “welcome to Egypt”. kami sangat senang disana mendapati orang-orang yang ramah ditempat yang indah.
     Sepanjang bendungan kami berkali-kali harus tersenyum untuk membalas senyuman dari orang yang kami jumpai, tidak jarang kami mendengar kata “ni hao” bahasa Cina yang berarti apa kabar?. Tiba-tiba datang tiga anak umurnya sekitar belasan tahun, mereka minta difoto, dengan senang hati pula kami memotret mereka bertiga dan memperlihatkan hasilnya dikamera, meraka tampak gembira sambil mengangkat ibu jarinya kearah kami sebagai tanda foto itu bagus. kemudian mereka bertanya “Shiny?” yang berati apakah kamu orang Cina?, kami menjawab menggunakan bahasa arab juga “La, ana Andunisy”, Bukan, kami orang Indonesia. mendengar kami menjawab dengan bahasa Arab, mereka menjadi tertarik dan bertanya kembali “kalim arobi?” bisa bahasa Arab?, kamipun menjawab “Aiwa” yang berarti iya. Obrolan kami berlanjut panjang, mulai dari berkenalan sampai mereka bertanya, Indonesia itu mana? apakah sampingnya negara Cina?, seolah-olah orang yang mempunyai fisik asia seperti kami ini, semuanya mereka anggap orang Cina dan ini tidak terjadi di daerah Qonatir Al-Khoriyah saja, ditempat lain kami juga kami medapati hal yang serupa, sering disapa dengan kalimat “ni hao”.
     Kami berfikir, apakah karena perdagangan Cina lebih menguasai pasar Mesir dari pada negara lainya, sehingga ini yang menyebabkan orang Mesir lebih tahu Cina dari pada yang lainya. Padahal Orang Indonesia tidak kalah banyak dari orang Cina yang tinggal di Mesir. Filipina, Thailan dan Singapura juga tidak sedikit, tetap saja kebanyakan orang Mesir menganggap semua orang asia adalah orang Cina.
Jika kita ke pasar ataupun ke toko-toko, barang-barang dari Cina akan mudah kita temukan, beraneka bentuk dan warna, dari tusuk gigi sampai panci. Jika anda sempat jalan-jalan ke Mesir, Amati dulu belanjaan anda apakah buatan Mesir? karena banyak juga souvenir-souvenir khas Mesir yang buatan Cina.

                                                                          ***

     Kalau menurut penulis pribadi, kita harus belajar banyak kepada orang-orang Cina dan Negaranya. Utamanya di bidang perdagangan. Cinalah yang mungkin merupakan macan Asia sekarang. Bahkan, Ali Bin Abi Thalib ra jauh-jauh hari pernah berkata bahwa Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Dan kita juga sama-sama tahu bahwa kunci kekayaan 99%-nya berasal dari perdagangan. Bukan guru apalagi tukang bentor, iya nggak? :)
    Walau pun jelas-jelas orang Indonesia beda dengan Cina  namun ada juga kok orang Cina tapi berkewarganegaraan Indonesia. Intinya apa pun rumpun Saudara mari tetap jaga perdamaian dan persatuan. Wassalam.

7 April 2012
Selembar daun yang jatuh bukanlah perkara yang sia-sia

Sumber:
http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/04/07/di-mesir-semua-orang-asia-disebut-china/
http://hizbut-tahrir.or.id/wp-content/uploads/2010/01/f16-mesir.jpg

0 comments:

Post a Comment