Ads 468x60px

Saturday, January 21, 2012

Tanda-Tanda Kematian

       Kemarin, tepatnya hari kamis, satu lagi pelajaran berharga yang tertulis di papan kehidupanku. Pelajaran yang kurasa akan jadi pengalaman agar tak terjebak pada lubang yang sama dan agar aku memahami pelajaran itu tentang betapa besar kebesaran dan nikmat Allah Swt. Sang langit sedang tak bersahabat dan dingin merebak dan meluap menjalari setiap kulit dari makhluk Allah saat itu. Mendung dan hujan senantiasi menghiasi hari kota Makassar beberapa pekan ini. Entah itu siang hari, atau pun subuh hari, mungkin sudah musimnya walau baru di mulai sekitar tak kurang dari dua bulan yang lalu. Agak lambat dari waktunya, sebab ada isu tentang global warming yang mempengaruhi keadaan cuaca di seluruh dunia.

Dedaunan satu persatu jatuh ke permukaan tanah, bukan karena ia rapu dan sudah sepu, namun begitu deras air yang menimpanya. Dengan melawan keadaan yang tak bersahabat itu, kuberanikan diri keluar untuk menghadiri suatu seminar yang cukup besar dan katanya akan dihadiri oleh Muh. Jusuf Kalla, sang mantan wakil presiden dan sekarang menjabat sebagai Ketua PMI di samping menjadi pemilik beberapa perusahaan besar, sebagai keynot speaker. Seminar itu ialah Seminar Nasional Peradaban yang bertempat di LAN Antang.
          Sejurus kemudian, sampailah aku di  PDA (Pondok Depan ar-Rahmah) dengan Asykar sepedaku untuk menunggu jemputan yang sekaligus panitia dari seminar ini, Ahmad Yani eksponen ‘10. Kuparkir sepedaku dan kugembok agar tidak kecurian. Engkau tentu mafhum bila engkau menetap di daerah itu, bahwa daerah yang bernama Tabaria dan sekitarnya rawan kehilangan, barang tak kenal waktu maupun bulu, yang penting ada kesempatan operasi dilancarkan. Mulailah aku mencari teman yang aku sudah membuat perjanjian dengannya. Kita boleh berencana, namun Allah jualah yang memutuskan. Penjemputku ternyata bermalam di tempat seminar. Saya pun kelabakan dan pusing tak karuan mencari kendaraan yang bisa mengantarkanku ke tempat seminar tersebut. Keadaan diperpara dengan waktu seminar yang akan segera dimulai. Mulailah kuutak atik hpku. Dua nomor pertama yang kuhubungi tidak tersambung. Perasaanku mulai was-was. Akhirnya nomor ketiga yang dimiliki oleh kak Nasrul eksponen ’08 tersambung juga. Beliau menyuruhku pergi ke Mesjid Ulil Albab, mesjid kampus yang senantiasa ramai, karena ternyata ada boncengan yang kosong di sana. Masalahku terpecahkan. Namun muncul masalah lagi, gembok si asykar sepedaku tidak bisa terbuka, tak seperti biasanya. Namun di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Ternyata ada teman sehalakahku Agus eksponen ’11 yang ingin ke kampus dengan sangat terburu-buru. Nah, dengan keadaan yang terburu-buru pula aku kemudian menumpang bersamanya ke kampus. Beberapa saat kemudian masalah lain pun muncul, polisi menghadang di gerbang Dg. Tata 1, terpaksa aku turun untuk menghidari tilang dari polisi. Ku suruh Agus menunggu di tempat yang jauh dari polisi dan aku berjalan ke sana. Masalah lagi-lagi terpecahkan.
          Namun tahukah engkau wahai saudaraku, tak kurang dari semenit kemudian malaikat maut hampir menjemput nyawa kami. Tepat depan pom bensin Pertamina dan tepat pula di depan gelanggang pacuan kuda terjadi kecelakaan yang cukup hebat menimpa kami. Kami menabrak seorang tua yang hendak menyebrang sembarangan tanpa memperhatikan dengan cermat kendaraan di arah sebelah kanannya.
Brukkkkkk!!!!
          Terjadi hantaman yang keras, motor pun oleng ke kanan, dan sepersekian detik kemudian aku berpikir akan mati karena di depan adalah mobil trek berwarna kuning dengan muatan penuh. Ku tutup mataku dan aku tak bisa berpikir dan berkata apapun, aku pasrah serta tak memikirkan apapun ...
Buuukkkkkkkk!!!!
          Hantaman ke dua yang tak kalah dahsyatnya terjadi. Motor berada tepat di bawah mobil trek, melekat seperti perangko dengan surat atau. Dan tahukah engkau apa yang terjadi saudaraku?
          Aku masih hidup dan membagi pengalamanku ini kepadamu, temanku pun demikian, dan orang yang kami tabrak pun demikian adanya. Sungguh sebuah mukjizat yang sulit dibayangkan. Kalaulah engkau hadir pada saat kejadian, sulit dibayangkan tiga peserta dalam kejadian itu masih hidup. Pertama, dengan hantaman yang dahsyat, orang tua itu tetap hidup walau kulihat ludahnya bercampur darah, semoga beliau tidak apa-apa. Yang ke dua, kami, yah.. kami, yang menabrak trek berjalan itu, yang motornya melengket dengan trek masih hidup, bayangkan, masya Allah, semua kehendak Allah saudaraku. Kami hanya mendapat luka ringan dan tidak parah. Aku, mendapat luka di kaki kiri bagian dalam serta luka lecet di wajah yang mungkin menghilangkan aura ketampananku beberapa hari ke depan dan Agus adik seperguruanku, hanya mengalami bengkak di kakinya walau awalnya kakinya sulit untuk di gerakkan.
          Tak lama berselang, polisi datang mengurus semuanya. Dari STNK dan SIM yang disita sampai dengan motor dan si orang tua tadi di bawah ke tempat yang berbeda. Satu ke rumah sakit satunya ke kantor polisi. Mungkin sudah ditakdirkan bahwa temanku akan lewat saat kejadian itu, Yusuf namanya, eksponen ’10. Kupinta padanya agar temanku di bawah ke rumah sakit, walau ia mempertanyakan mengapa aku tak ke rumah sakit untuk memeriksa keadaanku. Lalu kukatakan bahwa aku baik-baik saja, hanya akan menghilangkan sedikit ketampananku dan dia akan memenangkan kontes wajah untuk beberapa hari ke depanJ... akhirnya ia membawa temanku ke Rumah Sakit Bayangkara dan aku yang mengurus kejadian di tempat kecelakaan, mulai dari berdiskusi dengan polisi sampai dengan mengamankan tas, helm, dan sepatu Agus.
          Haaa.... ternyata banyak pertanda bahwa aku mungkin tidak di ijinkan oleh-Nya untuk pergi ke seminar, mulai dari ngadatnya si Asykar sampai dengan kecelakan tadi. Semua pertanda dari Yang MahaKuasa. Sungguh ia masih memberi nikmat kehidupan kepadaku agar aku tetap beribadah kepadanya. Ku ucap innalillahi wainna lillahi roji’un  untuk kecelakaan ini dan Alhamdulillah karena aku masih di berikan kesempatan untuk menghirup nyawa.
Apa yang engkau saudaraku pikirkan, apakah aku akan sok dan tak jadi pergi seminar?
          Engkau salah, aku bertemu kak Aksah seniorku di FBS eksponen ’08 di Ulil Albab. Setelah mengobati lukaku, beliau terperanjat dan kaget tantang kejadian yang aku alami. Akhirnya dengan kaki yang agak terpincang dan wajah berdarah aku yang membonceng beliau ke tempat seminar.... waalau belakangan aku tahu bahwa sang mantan wakil presiden tidak jadi datang.
          Wahai saudaraku, begitu banyak nikmat Allah yang kita mungkin telah sia-siakan... walau demikian Allah Azza wa Jalla tetap meberikan nikmat itu untuk menguji siapa di antara hamba-Nya yang besyukur dan siapa yang kufur...
          Hari ini, tak kurang dari satu setengah jam yang lalu, aku menyalati orang yang meninggal di Mesjib Babul Muttaqin tempat aku tinggal. Usah kubayangkan, bagaimana bila aku yang berada di tempat sana kemarin. Bagaimana nasibku di kuburan, apakah ada amal yang menjadi sahabat berceritaku sampai kiamat datang, atau hanya cambuk demi cambuk dari 2 penjagal Allah swt yang kudapat, wallahu a’lam bi shawab. yang pasti aku akan senantiasa belajar dari setiap pengalaman yang kudapat baik itu pahit bahkan lebih pahit dari kopi torabika tanpa gula ataupun pengalaman manis semanis sepotong kurma dan kue lapis.
          Semoga bermanfaat dan kuharapa kita semua mempersiapkan amal untuk menanti kematian yang sesungguhnya...


16/12/2011
Mukjizat-mukjiat yang entah dari mana datangnya.

2 comments:

Rahmat Aries (Abu Dzakiy) said...

blog yg bgusss...

Murdani Tulqadri said...

iyakah? mohon doanya agar dapat lebih baik lagi, :)

Post a Comment