Jangan pernah mengomparasikan antara zaman ini dengan zaman sekitar tiga puluh tahun yang lalu! Mengapa? Karena tentu saja, zaman dahulu yang lebih akrab disebut “tempo doloe” sangatlah berbeda dengan zaman sekarang yang akrab disebut “zaman modern”. Mereka bak dua sisi mata uang, bagaikan kutub selatan dan kutub utara, bahkan seperti air dan api, sangatlah berbeda. Perbedaan tersebut ada berbagai macam, baik dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, dsb. Salah satu perbedaan yang paling menonjol ialah pada alat informasi dan komunikasi yang akrab kita sebut dengan media.
Media? Yah tentu. Kalau dahulu, orang ingin mengetahui kabar sanak saudaranya jauh di seberang sana, maka hal yang dilakukannya ialah mengirim surat. Yah, surat—mungkin sudah asing di telinga kita—, tulisan pesan dari tinta yang telah kering di secarik kertas dan dibalut amplop putih lalu meminta Pak Pos untuk mengirimkannya. Sambil mengayuh sepedanya dan tak memperdulikan cuaca, Pak Pos mencari alamat di dalam surat. Beratus biji keringat yang berjatuhan sudah barang tentu menghiasi perjuangan Pak Pos dan sekitar satu minggu surat pun telah berada ditangan sang saudara. Begitu rumitnya proses yang harus dilewati hanya untuk mengetahui kabar sanak saudara kita.
Tapi itu dulu, sekarang, hal itu sudah menjadi barang antik, istilahnya “sudah kuno”, “katro”, atau “ndeso”. Mengapa? Karena sekarang sudah ada media portal super unik dan canggih bernama Hand phone yang jikalau dialihbahasakan bernama “telpon genggam”. Dengannya, orang dapat mengetahui kabar saudaranya tak lebih dari sepuluh menit, bayangkan! Dengan telepon genggam tersebut (yang akrab disapa HP), seseorang dapat mendengar suara saudaranya diseberang sana dan dapat berkirim pesan dengan sangat cepat mengalahkan layanan “TIKI (Titipan Kilat)” dan “FEDEX”. Jadi, komunikasi pun menjadi lebih praktis, mudah, dan cepat.
Hanya itu perbedaannya? Tentu tidak. Dahulu kalau orang ingin mendengarkan berita pasti menggunakan radio. Dari radio beranjak ke televisi dengan layar hitam putih, itu pun bagi keluarga yang memiliki kantong agak tebal. Sekarang, jangankan televisi berwarna, benda super cerdas bernama “komputer” pun sudah ada. Informasi bisa didapatkan secepat kilat hanya dengan menggunakan komputer dan berselancar di internet. Bahkan komputer sekarang telah bisa dijinjing dan dibawah ke mana-mana yang belakangan disebut “Laptop”. Dari hari ke hari hingga detik ini, muncul komputer generasi ketiga yang bernama “Tablet”. Tablet yang ini bukan obat yang biasa kita beli di apotek, namun dia adalah komputer yang mirip dengan sebuah HP namun memiliki ukuran yang lebih besar dan lebih cerdas.
Sekarang, komputer dan internet sudah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian orang. Informasi yang begitu cepat berubah membutuhkan alat ini agar dapat dikomsumsi dengan cepat pula. Komputer dan internet juga sangat membantu pekerjaan kita di berbagai profesi yang kita geluti, entah itu berstatus mahasiswa, pegawai kantoran, pedangang, dsb.
Dengan Komputer dan internet pula, muncullah apa yang disebut “social network” atau “jejaring sosial”. Tahukah Anda apa yang dimaksud jejaring sosial itu? Pernahkah Anda mendengar kata “Facebook”, “Twitter”, “MySpace”, dkk.? Nah, itulah penggambaran sederhana dari jejaring sosial ini. Dengannya, kita bisa berbagi foto dengan saudara atau pun orang lain yang menjadi teman kita dalam jejaring sosial tersebut; bisa pula saling bertatap muka dan berbicara di depan layar tanpa peduli jauhnya jarak; dan bahkan bermain game sepuasnya.
Media-media tersebut sebenarnya merupakan daur ulang dari media yang sudah ada walaupun dengan kemasan yang berbeda. Karena pada hakikatnya sebuah media berfungsi menyebarkan berita dan informasi. Dengan adanya media yang baru tersebut atau istilah modernya disebut “New Media” maka lebih memudahkan untuk mendapatkan informasi dan berkomunikasi hanya dalam hitungan detik. Begitulah teknologi, membuat hidup semakin mudah dan menyenangkan kata sebahagian orang.
Dari sekian manfaat yang begitu banyak, new media tersebut juga menimbulkan berbagai dampak negatif yang juga tidak sedikit. Dampak yang pertama ialah membuat orang menjadi malas. Mengapa demikian? New media seakan memberikan segala hal beserta kemudahan kepada kita sehingga tak jarang kita hanya sibuk berada di depan layar tanpa mau bergerak mencari aktivitas lain yang lebih bermanfaat.
Dampak berikutnya ialah komunikasi dan interaksi yang kita lakukan dengan menggunakan jejaring sosial adalah semu semata. Hal ini menghilangkan kebudayaan berinteraksi, berkomunikasi, dan menjalin silaturahmi secara langsung baik itu dengan keluarga, rekan kerja, teman, dll. Tentu perbedaannya sangat terasa dan mencolok apabila kita berinteraksi di depan manusia secara langsung daripada melalui perantara dunia maya.
Dampak selanjutnya ialah, membuang waktu dengan sia-sia. Dengan seabrek fitur dan permainan semakin memanjakan para pengguna new media. New media yang fungsi utamanya adalah sarana komunikasi dan informasi, sekarang didominasi dengan berbagai hiburan. Main game, mendengarkan music, dan chatting tak karuan tanpa memperhatikan waktu membuat user atau penggunanya membuang banyak waktu yang sebenarnya bisa digunakan untuk kegiatan yang lebih berguna. Bahkan hal tersebut sudah menjadi candu dan bisa mengakibatkan depresi berat apabila dibiarkan begitu saja, utamanya bagi anak-anak.
Kemudian, media-media baru tersebut bisa juga dijadikan sarana kejahatan. Marak di dalam berita terjadi penculikan dengan menggunakan modus jejaring sosial. Bukan hanya itu, penipuan pun seringkali terjadi dengan modus yang sama. Bahkan dengan komputer maupun internet orang bisa membobol informasi suatu negara yang sifatnya sangat rahasia dan mengacaukan jalur dan isi infomasi tersebut. lebih parah lagi apabila rahasia negara tersebut dibocor oleh si pembobol yang terkenal dengan sebutan “Hacker”. Selain itu, perjudian, pornoaksi, dan pornografi menjadi lalu lintas sehari-hari di berbagai media baik itu televisi maupun komputer. Umbar dan pamer aurat pun sudah menjadi tradisi modern dan dianggap lumrah sekarang.
Perubahan ideologi merupakan dampak berikutnya. Dengan banyaknya serangan pemikiran dari barat, budaya-budaya ketimuran kini mulai terkikis dan tergusur menjadi budaya yang berkiblat ke barat. Semua dogma yang berasal dari barat ditelan mentah-mentah tanpa penyaringan karena menganggap bahwa budaya ketimuran sudah selayaknya ditinggalkan. Inilah yang disebut perang pemikiran dan menjadikan kita sebagai rakyat maupun negara yang selalu saja mengekor dengan budaya barat tanpa bisa berdiri bebas dan merdeka seutuhnya.
Dampak yang terbesar ialah jatuhnya pemerintahan sebuah bangsa. Mungkinkah? Tentu sangat mungkin. Kekuatan jejaring sosial sangatlah besar. Hal itu dibuktikan dengan jatuhnya rezim Housni Mubarak di Mesir. Rakyat yang telah lama kecewa membangun persatuan lewat jejaring sosial untuk meruntuhkan rezim tersebut. Hal itu pun menjadi kenyataan. Berkaca dengan pengalaman tersebut maka banyak negara membatasi jejaring sosial masuk ke negaranya. Salah satunya ialah Republik Rakyat Cina yang menutup akses bagi “Twitter” untuk lebih lama berkicau.
Berkembangpesatnya media memang patut disyukuri sekaligus diantisipasi. Akses informasi dan komunikasi yang dahulu serba terbatas kini menjadi bebas tanpa batas. Dahulu untuk memperolehnya, kita membutuhkan waktu yang cukup lama namun sekarang hanya butuh hitungan detik untuk menikmatinya. Media memang banyak memberikan manfaat dan kemudahan, namun juga tak jarang memberikan mudarat dan kerugian. Dari dampak menimbulkan kemalasan hingga meruntuhkan sebuah pemerintahan, media turut andil di dalamnya.
Beginilah potret new media sekarang. Modern, praktis, sekaligus mengancam bercampur menjadi satu. Semua menjadi manfaat apabila digunakan sesuai kadar dan kebutuhan kita. Namun, hal itu akan menjadi bencana apabila digunakan secara berlebihan dan diluar batas kewajaran. Oleh karena itu, bergantung kepada manusianya sendiri sebagai pengomsumsi, apakah ingin mendapatkan manfaat murni atau dibarengi dengan berbagai bencana yang siap menerkam dan menghancurkannya. Jadi, pikirkanlah dahulu sebelum mengambil tindakan. Semoga bermanfaat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment