Ads 468x60px

Monday, May 7, 2012

8 Alasan Mengapa Kita Tidak Boleh Miskin

     Wah, pasti Saudara kaget pas membaca judul di atas, iya kan? Atau malah biasa saja? Bahkan Saudara sudah pernah mendengar atau membacanya? Tidak masalah, kita tidak ingin memperbincangkan hal tersebut di lembaran super canggih ini (Artikel elektronik maksudnya, hehe) dan kalau pun pernah mendengar maka di setiap pengulangan pasti ada faedah baru yang didapatkan, right?
     Beberapa waktu lalu, saya membaca buku seseorang yang bernama Ippho Santosa dengan julukan “Right”—karena mungkin terlalu banyak kata right di bukunya, :)— dalam bukunya yang berjudul “Percepatan Rezeki: dalam 40 Hari dengan Otak Kanan” dan saya menemukan sepotong klausa yang menghentakkan dengann bunyi “8 Alasan untuk Tidak Miskin”. Nah, berikut alasan-alasan mengapa saya dan Anda tidak boleh megalami kemiskinan:
1.    Kita akan di zakati dan disedekahi. Bukankah tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah sesuai wasiat Nabi saw Saudaraku?
2.    Dihajikan dan diumrahkan oleh orang lain. Mengapa kita mesti harus selalu bertindak pasif?
3.    Susah untuk menuntut ilmu. Apalagi bagi yang berstatus mahasiswa (seperti saya sendiri), makan, uang indekos, dan uang kuliah tidak menentu bahkan harus bertamu ke indekos teman untuk numpang makan dan pinjam uang, right?
4.    Membebani keluarga. Kasihan orang tua kita, apalagi kita sebagai penuntut ilmu yang sekarang berada di tanah orang lain. Kalau mau bayar uang kuliah/sekolah, bayar uang indekos, bayar uang makan dan air gallon, dll pasti menekan tuts-tuts di Hp dengan bunyi pesan, “Pak habis uangku, kirim ki dulu uang E. Mau Ka bayar uang kos, uang kuliah, makan, dan mana gallon mau mi habis airnya. Pak nah?” atau makna yang sama namun dengan perkataan yang agak berbeda sesuai dengan dialek masing-masing—dengan harapan bahwa tiga hari kemudian uang tersebut telah berada di tangan kita—, masihkah kita mau membebani keluarga kita?
5.     Membebani ekonomi umat. Hm, masih banyak yang perlu dibiayai dalam umat maupun negara ini. Nah, dengan adanya kita yang membebani ekonomi umat, maka konsentrasinya terbagi sehingga kebutuhan lain pun yang sebenarnya penting menjadi terabaikan. Mestinya kita turut merealisasikan kebutuhan umat tersebut (entahkah itu, sarana dan prasarana, beasiswa untuk penuntut ilmu, jihad di jalan Allah, dsb)
6.    Menelantarkan sarana umat. Ini merupakan lanjutan dari yang sebelumnya. Sebenarnya ketika kita kaya maka kitalah yang turut menyumbang untuk sarana umat dan negara.
7.    Melemahkan bargaining position umat.
     Bayangkan ketika pemerintah membangun perjudian di kota Saudara,
•    Apa yang dilakukan orang miskin? Yah, Cuma 2D. Apa itu? Doa dan Demo. Tahukah Saudara, ancaman ratusan demonstran terdengar bagaikan angin lalu di telinga pemerintah dan penjudi?
•    Apa yang bisa dilakukan oleh orang kaya? Juga 2D. Apa itu? Doa dan duit. Cukup tiga orang kaya yang menemui walikota dan sedikit menekan, “Maaf, Pak. Saya dan teman-teman tidak setuju dengan rencana perjudian ini. Sekiranya perjudian ini diizinkan juga, kami terpaksa menutup bisnis kami di kota ini dan mengalihkan investasi kami ke kota lain.”
•    Nah, kata-kata siapakah yang didengar oleh walikota? Ratusan demonstran atau tiga orang kaya? Tentu saja, tiga orang kaya.
•    LIhatlah, apabila digunakan dengan benar, kekayaan itu dapat meningkatkan bargaining position umat. So practical, so powerful!
8.    Melemahkan dakwah dan syiar agama. Karena Allah lebih menyukai orang yang kuat dari segala aspek baik ekonomi maupun kesehatan daripada orang yang sebaliknya sesuai dengan wasiat Nabi saw.
     Nah, itu delapan alasan mengapa kita tidak boleh miskin. Mungkin masih banyak alasan lain dari Saudara sendiri mengapa kita tidak boleh miskin? Namun itulah yang disebutkan oleh Ippho “Right” Santosa dan agaknya saya setali tiga uang dengan beliau, kalau Saudara sendiri bagaimana?
     Bill Gates pernah mengatakan bahwa bukan salah kita terlahir dalam keadaan miskin, namun salah kitalah apabila mati dalam keadaan miskin, bukankah begitu? Semoga bermanfaat. :)

Bersambung…

6 Mei 2012
Mengikis duka, membalut luka

Sumber:
Santosa, Ippho. 2011. Percepatan Rezeki: dalam 40 Hari dengan Otak Kanan. Jakarta: Elex Media    Komputindo.
http://povertyseniorprojectwebsite.files.wordpress.com/2011/04/how-to-stop.jpg

0 comments:

Post a Comment