Puing-puing rindu pun berserakan
Ketika lontara-lontara hati mulai
tersayat tak kuat menahan
Hingga pecah... rasa menyeruak
keluar bersama isak dan embun di pengujung mata
Aku ingat rumah adat tongkonan
Megah menjulang
Tiang-tiangnya perkasa
Pertanda prinsip bugis tertancap
begitu dalam
Aku ingat lelaki paruh baya berlengak-lenggok
di pematang sawah
Membawa cangkul dan bibit kehidupan
Seharian bermandikan keringat
bersarung letih
Sesekali senyum sambil menengadah ke
angkasa biru
Hingga semangat kembali menggalayuti
batin entah darimana ia datang
Pun, dahulu mereka begitu perkasa
Berkarib dengan kapal bergelar
pinisi
Menantang badai
Menembus gulungan ombak
Bersafari menjinakka samudra
Lalu berjumpa dengan dunia lain nun
jauh di sana
Aku ingat perempuan-perempuan bugis
Menyusui anaknya di bale-bale
Mengusap kepalanya dan berkata
lembut
“Nak, kalau sudah besar jadi
pedagang atau pelaut saja yah seperti kakekmu?!”
Berbalas umbaran senyum lalu kembali
mengea pada ibunya
Aku ingat ingat bunga-bunga desa di tanah
bugis...
Menyembunyikan harap dan cemas di
balik dinding anyaman bambu di atas rumah panggung
Menunggu seorang pemuda datang membawa
cinta
membawa siri’ untuk tameng hidupnya
Lalu menggiringnya dalam bahtera
baru
Melahirkan buah-buah cinta generasi
penerus bangsa berdarah penantang samudra
Rinduku ini rindu renjana
Pekat... lubuk... mengakar agam
begitu dalam
Tak mungkin diri lupa tanah dan
udara pertama
Aku pergi bercerai dengan manisnya
kenangan
Toh demi kebaikan jua
Walau harus menggadaikan memori
indah yang sudah jauh di ujung pandang
Di pertengahan hening dan kegelapan
Memori kembali terngiang
Akan pappaseng persatuan dari
pemangku adat kami
“Rebba
sipatokkong, mali siparappe, sirui menre’ tessirui’ no, malilu-sipakainge,
mainge’pi mupaja”
Tak
akan pernah terlupakan
Dan
telah ku-ejawantahkan di tanah orang ini
Terhadap
kerawat dan kawan baru
bineka
tunggal ika
yang
juga masih saudara setanah ibu pertiwi
walau
begitu... sungguh nian...Aku tetap melipat rindu tuk pulang ke kampung!
15
Desember 2012
Semoga
waktu datang membelinya dengan senyuman
0 comments:
Post a Comment