“Katakanlah:
Sesungguhnya salatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.” (Q.S.
Al-An’am: 162)
http://radenedidermawan.blogspot.com/2012 |
Sudah
menjadi kehendak Allah untuk menyiapkan hikmah dan makna filosofis dari setiap
perintah yang Ia hamparkan kepada seluruh hamba-Nya. Setiap ibadah yang Ia
titahkan tidak ada yang bernilai sia-sia. Walau terkadang para hamba-Nya tidak
atau belum mengetahui apa hikmah dan manfaat suatu ibadah diperintahkan kepada
mereka masing-masing.
Begitu
pula dengan ibadah menyembelih kurban di hari raya kurban atau juga akrab
dengan istilah idul adha yang merupakan hari raya bagi setiap muslim di
dunia. Hari yang jatuh pada tanggal 10 Dzul hijjah dalam kalender Hijriyah.
Hari raya yang sebelumnya didahului dengan berbagai amalan salih yang dilakukan
pada sembilan hari di awal bulan Dzul hijjah karena pada sepuluh hari pertama
bulan dzulhijjah adalah hari-hari yang Allah sangat mencintai amalan-amalan
salih yang dilakukan hamba-hamba-Nya. Hal itu tercermin dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu
Maja,
“Tidak
ada satu amal saleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal saleh yang
dilakukan pada hari-hari ini (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah).”
Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi saw
menjawab:”Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad
dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satu pun.”
Termasuk
di dalamnya puasa Arafah yang jatuh pada tanggal 9 dzulhijjah yang juga
merupakan hari Arafah, puncak dari ibadah haji yang pada saat itu para jemaah
haji sedang wukuf tanah Arafah, Arab nun jauh di sana. Puasa yang dijanjikan
oleh Allah ketika melaksanakannya akan menghapus dosa setahun yang lalu dan
setahun yang akan datang sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim.
Berkurban
pada hari raya kurban merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Allah berfirman dalam surah Al-Kautsar ayat 2:
“Maka
dirikanlah salat karena Rabbmu dan berkurbanlah”
Refleksi
Hikmah
Begitu
banyak hikmah yang dapat dipetik dari ibadah di hari yang agung ini.
Hikmah-hikmah tersebut setidaknya berada pada tiga demensi kehidupan yakni
spiritual, moral, dan sosial.
Dalam
dimensi spiritual, ibadah kurban merupakan ajang pembuktian kita kepada Allah
akan keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya. Ibadah kurban yang dilakukan, pada
hakikatnya bukanlah daging dan darahnya yang diinginkan oleh Allah, namun
sejauh mana ketakwaan atas nama Allah itu terpatri dalam hati seorang hamba
seperti yang terkandung dalam ayat 37 di surah Al-Hajj:
“Daging-daging
unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah Telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya
kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Begitulah
pengorbanan yang merupakan tonggak sejara hari raya kurban yang dilakukan oleh Bapak
para nabi, Ibrahim as yang dengan keikhlasan dan ketakwaan menjalankan titah
dari Tuhannya untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail as.
Dalam
dimensi sosial, hari raya kurban mengajarkan manusia untuk menggugurkan
sifat-sifat egois yang begitu mengakar dalam dirinya masing-masing. Hal itu
karena manusia diajarkan untuk saling berbagi terhadap apa yang ia miliki
kepada saudara-saudarannya. Dengan menyembelih binatang kurban, maka hasil
sembelihan bukan hanya diri pribadi yang menikmati, namun juga berbagi dengan
kaum fakir dan duafah yang memang berhak dan membutuhkan kerak-kerak daging
tersebut. Dengan pemberian daging tersebut, maka mereka akan bersuka cita,
sehingga kebahagian menjadi milik semua manusia. Peristiwa ini juga akan
mengeratkan jalinan persaudaraan antar umat muslim sehingga permusuhan dan
pertentangan yang terjadi kemudian rapuh dan hancur dengan sendirinya.
Dalam
dimensi moral, dengan adanya pengorbanan di hari raya kurban maka itu merupakan
simbol menghilangkan sifat kebinatangan dan keburukan yang ada pada diri
manusia. Selain itu, pengorbanan tersebut menunjukkan keridaan kita untuk
memberikan segala yang dimiliki di atas nama kebaikan di jalan Allah. Hikma
lain dalam hari raya kuban ini ialah menunjukkan bahwa betapa nyawa seorang
manusia itu begitu berharga dan begitu layak untuk dihargai.
Pendidikan
Kesabaran dalam Hari Raya Kurban
Dunia
pendidikan nasional kembali tercoreng akhir-akhir ini. Tawuran antarmahasiswa
kembali pecah dan mengakibatkan dua korban meninggal di salah satu perguruan
tinggi negeri di kota metropolitan Makassar. Tawuran yang entah telah berapa
kali terjadi dan semakin memberikan noktah-noktah hitam dalam sejarah panjang
pendidikan Indonesia.
Sehubungan
dengan itu, tersemat nilai-nilai pendidikan yang begitu agung dalam hari raya
kurban ini. Salah satu nilai pendidikan tersebut ialah pentingnya sebuah
kesabaran. Mungkin inilah yang mulai pudar bahkan menghilang dari para
mahasiswa tersebut sehingga mudah tersulut api kemarahan walau penyulutnya
merupakan hal-hal sepele.
Nilai
kesabaran itu digambarkan tatkala Nabi Ismail begitu sabar dan siap disembelih
oleh bapaknya dalam rangka menjalankan titah dari Allah yang Mahaperkasa.
Kesabaran dari seorang nabi Ismail as bukan semata-mata langsung muncul begitu
saja. Kesabaran itu muncul dari bimbingan kedua orang tuanya, Nabi Ibrahim dan Sitti
Hajar, sehingga sang anak Nabi Ismail begitu patuh terhadap orang tuanya dan
memiliki akhlak yang begitu mulia. Hal inilah yang kemudian dikisahkan oleh
Allah dalam surah As-Shaffat ayat 102-109. Betapa sabar Nabi Ismail as dan
betapa mulianya Nabi Ibrahim as. Inilah pentingnya sebuah arti kesabaran diselingi
keikhlasan hingga menciptakan kedamaian dan ketaatan kepada Allah.
Pelajaran
Sejati untuk Semua Hati
Sepatutnya
semua orang dapat mengambil hikmah-hikmah di balik hari raya kurban ini.
Pimpinan-pimpinan negeri harus menunjukkan sifat ketakwaan, keadilan, dan rasa
peduli kepada yang dipimpin yaitu rakyatnya sehingga rakyat memiliki
kepercayaan dan kepatuhan kepada pemimpinnya. Ketakwaan yang tinggi pula akan
membuat pimpinan-pimpinan negeri tidak akan memanfaatkan wewenang yang dimiliki
untuk memperkaya diri sendiri bahkan orang seperti ini akan merasa malu jika
kehidupannya lebih mewah daripada rakyat yang diwakilinya. Begitu pula rakyat
selaku yang dipimpin, harus taat dan patuh kepada pemimpin serta selalu
mendoakan pimpinan agar tetap adil dalam memimpin rakyatnya.
Hari
raya kurban ini mengajarkan kita cara untuk berhubungan baik kepada sang
Pencipta (hablumminallah) dan juga cara berbuat baik kepada sesama manusia
(hablumminannas). Dalam hubungannya dengan Allah, manusia mempersembahkan
setiap ibadahnya khususnya ibadah kurban ini hanya kepada Allah Azza wa Jalla,
dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Dalam hubungannya dengan
manusia lain, maka manusia akan senantiasa berada dalam status kehidupan sosial.
Ajaran Islam begitu memperhatikan solidaritas sosial dan mengejawantahkan rasa
solidaritas tersebut melalui media ritual hari raya kurban ini yang begitu
kental akan rasa saling berbagi. Kurban adalah salah satu media ritual berbagi
selain zakat, infak, dan sedekah untuk mengejawantahkan sikap kepekaan sosial
itu.
Hendaknya
hikmah dan pelajaran pada hari raya kurban tidak semata-mata diterapkan hanya
dalam satu hari itu saja. Karena sesungguhnya himah dan pelajaran di balik hari
raya kurban berlaku di sepanjang tahun. Pelajaran-pelajaran yang kemudian akan
menghantarkan cinta Allah dan cinta manusia kepangkuan kita ketika kita
mempelajari, mengamalkan, dan membagikan hikma-hikmah dibalik hari raya kurban
lalu bersabar di atasnya. Selamat hari raya kurban.
Oleh:
Murdani Tulqadri
Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra UNM
0 comments:
Post a Comment