Ads 468x60px

Monday, October 29, 2012

REFLEKSI HIKMAH DI BALIK HARI RAYA KURBAN


“Katakanlah: Sesungguhnya salatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-An’am: 162)

http://radenedidermawan.blogspot.com/2012
     Sudah menjadi kehendak Allah untuk menyiapkan hikmah dan makna filosofis dari setiap perintah yang Ia hamparkan kepada seluruh hamba-Nya. Setiap ibadah yang Ia titahkan tidak ada yang bernilai sia-sia. Walau terkadang para hamba-Nya tidak atau belum mengetahui apa hikmah dan manfaat suatu ibadah diperintahkan kepada mereka masing-masing.
     Begitu pula dengan ibadah menyembelih kurban di hari raya kurban atau juga akrab dengan istilah idul adha yang merupakan hari raya bagi setiap muslim di dunia. Hari yang jatuh pada tanggal 10 Dzul hijjah dalam kalender Hijriyah. Hari raya yang sebelumnya didahului dengan berbagai amalan salih yang dilakukan pada sembilan hari di awal bulan Dzul hijjah karena pada sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah adalah hari-hari yang Allah sangat mencintai amalan-amalan salih yang dilakukan hamba-hamba-Nya. Hal itu tercermin dalam hadits yang diriwayatkan  oleh Abu Dawud dan Ibnu Maja,
     “Tidak ada satu amal saleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal saleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi saw menjawab:”Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satu pun.”
     Termasuk di dalamnya puasa Arafah yang jatuh pada tanggal 9 dzulhijjah yang juga merupakan hari Arafah, puncak dari ibadah haji yang pada saat itu para jemaah haji sedang wukuf tanah Arafah, Arab nun jauh di sana. Puasa yang dijanjikan oleh Allah ketika melaksanakannya akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim.
Berkurban pada hari raya kurban merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Allah berfirman dalam surah Al-Kautsar ayat 2:
     “Maka dirikanlah salat karena Rabbmu dan berkurbanlah”
Refleksi Hikmah
     Begitu banyak hikmah yang dapat dipetik dari ibadah di hari yang agung ini. Hikmah-hikmah tersebut setidaknya berada pada tiga demensi kehidupan yakni spiritual, moral, dan sosial.
     Dalam dimensi spiritual, ibadah kurban merupakan ajang pembuktian kita kepada Allah akan keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya. Ibadah kurban yang dilakukan, pada hakikatnya bukanlah daging dan darahnya yang diinginkan oleh Allah, namun sejauh mana ketakwaan atas nama Allah itu terpatri dalam hati seorang hamba seperti yang terkandung dalam ayat 37 di surah Al-Hajj:
     “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah Telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”
     Begitulah pengorbanan yang merupakan tonggak sejara hari raya kurban yang dilakukan oleh Bapak para nabi, Ibrahim as yang dengan keikhlasan dan ketakwaan menjalankan titah dari Tuhannya untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail as.
     Dalam dimensi sosial, hari raya kurban mengajarkan manusia untuk menggugurkan sifat-sifat egois yang begitu mengakar dalam dirinya masing-masing. Hal itu karena manusia diajarkan untuk saling berbagi terhadap apa yang ia miliki kepada saudara-saudarannya. Dengan menyembelih binatang kurban, maka hasil sembelihan bukan hanya diri pribadi yang menikmati, namun juga berbagi dengan kaum fakir dan duafah yang memang berhak dan membutuhkan kerak-kerak daging tersebut. Dengan pemberian daging tersebut, maka mereka akan bersuka cita, sehingga kebahagian menjadi milik semua manusia. Peristiwa ini juga akan mengeratkan jalinan persaudaraan antar umat muslim sehingga permusuhan dan pertentangan yang terjadi kemudian rapuh dan hancur dengan sendirinya.
     Dalam dimensi moral, dengan adanya pengorbanan di hari raya kurban maka itu merupakan simbol menghilangkan sifat kebinatangan dan keburukan yang ada pada diri manusia. Selain itu, pengorbanan tersebut menunjukkan keridaan kita untuk memberikan segala yang dimiliki di atas nama kebaikan di jalan Allah. Hikma lain dalam hari raya kuban ini ialah menunjukkan bahwa betapa nyawa seorang manusia itu begitu berharga dan begitu layak untuk dihargai.
Pendidikan Kesabaran dalam Hari Raya Kurban
     Dunia pendidikan nasional kembali tercoreng akhir-akhir ini. Tawuran antarmahasiswa kembali pecah dan mengakibatkan dua korban meninggal di salah satu perguruan tinggi negeri di kota metropolitan Makassar. Tawuran yang entah telah berapa kali terjadi dan semakin memberikan noktah-noktah hitam dalam sejarah panjang pendidikan Indonesia.
     Sehubungan dengan itu, tersemat nilai-nilai pendidikan yang begitu agung dalam hari raya kurban ini. Salah satu nilai pendidikan tersebut ialah pentingnya sebuah kesabaran. Mungkin inilah yang mulai pudar bahkan menghilang dari para mahasiswa tersebut sehingga mudah tersulut api kemarahan walau penyulutnya merupakan hal-hal sepele.
     Nilai kesabaran itu digambarkan tatkala Nabi Ismail begitu sabar dan siap disembelih oleh bapaknya dalam rangka menjalankan titah dari Allah yang Mahaperkasa. Kesabaran dari seorang nabi Ismail as bukan semata-mata langsung muncul begitu saja. Kesabaran itu muncul dari bimbingan kedua orang tuanya, Nabi Ibrahim dan Sitti Hajar, sehingga sang anak Nabi Ismail begitu patuh terhadap orang tuanya dan memiliki akhlak yang begitu mulia. Hal inilah yang kemudian dikisahkan oleh Allah dalam surah As-Shaffat ayat 102-109. Betapa sabar Nabi Ismail as dan betapa mulianya Nabi Ibrahim as. Inilah pentingnya sebuah arti kesabaran diselingi keikhlasan hingga menciptakan kedamaian dan ketaatan kepada Allah.
Pelajaran Sejati untuk Semua Hati
     Sepatutnya semua orang dapat mengambil hikmah-hikmah di balik hari raya kurban ini. Pimpinan-pimpinan negeri harus menunjukkan sifat ketakwaan, keadilan, dan rasa peduli kepada yang dipimpin yaitu rakyatnya sehingga rakyat memiliki kepercayaan dan kepatuhan kepada pemimpinnya. Ketakwaan yang tinggi pula akan membuat pimpinan-pimpinan negeri tidak akan memanfaatkan wewenang yang dimiliki untuk memperkaya diri sendiri bahkan orang seperti ini akan merasa malu jika kehidupannya lebih mewah daripada rakyat yang diwakilinya. Begitu pula rakyat selaku yang dipimpin, harus taat dan patuh kepada pemimpin serta selalu mendoakan pimpinan agar tetap adil dalam memimpin rakyatnya.
    Hari raya kurban ini mengajarkan kita cara untuk berhubungan baik kepada sang Pencipta (hablumminallah) dan juga cara berbuat baik kepada sesama manusia (hablumminannas). Dalam hubungannya dengan Allah, manusia mempersembahkan setiap ibadahnya khususnya ibadah kurban ini hanya kepada Allah Azza wa Jalla, dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Dalam hubungannya dengan manusia lain, maka manusia akan senantiasa berada dalam status kehidupan sosial. Ajaran Islam begitu memperhatikan solidaritas sosial dan mengejawantahkan rasa solidaritas tersebut melalui media ritual hari raya kurban ini yang begitu kental akan rasa saling berbagi. Kurban adalah salah satu media ritual berbagi selain zakat, infak, dan sedekah untuk mengejawantahkan sikap kepekaan sosial itu.
      Hendaknya hikmah dan pelajaran pada hari raya kurban tidak semata-mata diterapkan hanya dalam satu hari itu saja. Karena sesungguhnya himah dan pelajaran di balik hari raya kurban berlaku di sepanjang tahun. Pelajaran-pelajaran yang kemudian akan menghantarkan cinta Allah dan cinta manusia kepangkuan kita ketika kita mempelajari, mengamalkan, dan membagikan hikma-hikmah dibalik hari raya kurban lalu bersabar di atasnya. Selamat hari raya kurban.

Oleh:
Murdani Tulqadri
Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra UNM


0 comments:

Post a Comment