Ia begitu lembut membelai, menyentuh,
dan mengecupku
Tak terlihat…
Namun perlahan menjalar menusuk jiwa
hingga relung kalbu
Kemudian ia merayu “ceritakanlah pedih
perihmu!”
Lalu berjanji bahwa ia akan menemani
hingga penghujung karya dan tinta
Guruh gemuruh mulai memudar di seberang
raya sana
Toh, wajah bulat itu pun mulai sayu,
malu, dan sadar
bahwa ia harus menyembunyikan
keindahannya… agar semua pasang mata beralih
hingga tak menumbuhkan rasa cemburu
yang begitu dalam!
Kepada “siapa” engkau bertanya??
Kukira kau pun tahu siapa dia
Ia kembali berpadu dengan dedaunan
Menghasilkan berjuntai-juntai nada
Ia dan kawannya bertahan di antara
kumpulan nada dan suasana yang terbuang
Seperti biasa!!!
Berkutat dengan pilihan
Berkelahi dengan waktu
Bergulat dengan warna hati
Hingga ada yang tersakiti
Terkadang dan memang mungkin demikian
Pabila beban disandarkan
Lalu direkatkan dengan begitu kuatnya
Hingga terasa begitu lelah
Aku hanya kembali pada satu ukiran nama
Yang membuat segalanya menjadi damai dan
dewasa
dan mengakui bahwa Ia yang sempurna
Benar bahwa aku yang hidup kini
Aku lelaki
Punya cita yang tinggi
Namun… aku bukan pahlawan berdikari
Tampil solo begitu mandiri
Bukan!!!
Aku butuh dekapan dan dukungan
Aku ini penuh kekurangan
Begitu lusuh dan punya pikiran begitu
rusuh
Sungguh begitu rapuh!!!
Aku butuh seikat penawar rindu
Berupa tali yang erat mengekang jiwa
Sekali lagi engkau bertanya “mengapa”?
Karena aku ini manusia
Bukan binatang jalang!!!
9
Oktober 2010
Obat
Hati
PUISI II (BUKAN ALIRAN SAYA)
MALU, RASA, DAN NYAWA
suka, suka, suka
suka, suka, dan suka
su-ka, su-ka, su-ka
su-ka, su-ka, ka-gum
ka-gum, kagum, kagum
kagum, kagum, dan
kagum
ka-gum, ka-gum,
ka-gum
ka-gum, ka-gum,
ka-yang
sa-yang, sayang,
sayang
sayang, sayang, dan
sayang
sa-yang, sa-yang,
sa-yang
sa-yang, sa-yang,
sa-ta
cin-ta, cinta, cinta
cinta, cinta, dan
cinta
cin-ta, cin-ta,
cin-ta
cin-ta, cin-ta,
cin-gia
ba-ha-gia, bahagia,
bahagia
bahagia, bahagia, dan
bahagia
ba-ha-gia, ba-ha-gia,
ba-ha-gia
ba-ha-gia, ba-ha-gia,
ba-ha-gia
kala dan telah
semua menjadi maka
dan bisa
hingga sangat biasa
dan akhirnya…
sakit
sakit, sakit
sakit, sakit, sakit
s
a
k
i
t
sakit, sakit, sakit
sakit, sakit
sakit
sa
ki
t
sa
ki
t
luka, darah, luka,
darah
luka dan darah
hingga meregang
nyawa
!
9 Oktober 2012
Teruna tak bestari
Catatan: puisi-puisi di atas juga dibuat dalam rangka mengerjakan tugas puisi dalam mata kuliah Apresiasi Puisi Indonesia
0 comments:
Post a Comment