Dia bangun di pagi buta mempersiapkan segalanya sebelum aku bangun. Bangun sebelum aku bangun dan membangunkanku untuk menghadap Rabbku. Ia kemudian mempersiapkan makanan kesukaanku dan susu putih manis yang terbuat dari lemak nabati di atas nampan bercorak bunga melati. Kemudian ia memberikanku beberapa buah nasehat sebelum aku pergi menuntut ilmu. Nasehat yang selalu menyirami dan memupuk hatiku. Sambil menasehati ia mengelus kepalaku dan memanjakanku. Dia seakan-akan menganggapku malaikat kecilnya dan aku pun senang akan hal itu. Aku rasa ibuku adalah orang yang luar biasa.
Di tempatku menuntut ilmu, aku selalu memikirkannya. Memikirkan senyumnya, caranya menatapku, caranya berbicara denganku, dan banyak hal tentang dia. Mungkin ia sedang menyapu sekarang atau mungkin juga ia sedang mempersiapkan makanan siangku, entahlah. Dia membuatku seolah-olah dapat melakukan apa saja yang kuinginkan. Entah mengapa ia sangat memperhatikanku. Setelah aku menuntut ilmu dan pulang ke rumah, ia menungguku di depan pintu rumah dengan senyumannya yang khas dan indah. Dan benar saja, makanan telah tersiap rapi dan menggugah di atas meja. Ia pun kemudian mendorong punggungku secara lembut agar aku dapat mengambil tempat di meja makan. Aku lalu menyantapnya dengan lahap tanpa tahu dan tak mau tahu bagaimana ia bisa membuatnya. Menurutku, masakan ibukulah yang paling enak di dunia. Ia juga adalah koki yang paling cantik sekaligus ibu yang paling baik sedunia.
Ketika malam telah tiba, ia tak pernah henti-hentinya menyuruhku untuk belajar dan mengulang ilmu yang telah aku dapatkan di tempatku menuntut ilmu. Ia juga tak pernah bosan-bosannya menyiapkan makanan untukku. Ia tak pernah mengeluh ketika aku merengek meminta sesuatu. Dan ketika rasa kantuk menyerangku, ia pun kembali hadir dan membawaku ke pembaringan. Terkadang ia menceritakan sesuatu baik itu kisah atau pun pengalamannya sebagai aroma bunga untuk membuatku tidur. Apabila mataku telah tertutup, kurasakan di dahiku ada sambaran ciuman lembut sembari mengelus kepalaku, sungguh begitu lembut kurasakan. Ia tak pernah terlihat lelah dihadapanku. Sungguh, aku adalah anak yang paling beruntung di dunia karena memiliki ibu yang begitu luar biasa.
Kemuadian aku bangun pada pagi hari ia tidak ada di depan mataku seperti biasanya. Dan ternyata, aku baru sadar bahwa ia memang tidak pernah ada. Dan aku masih di sini di rumah anak yatim piatu (panti asuhan) bersama anak-anak yang senasib denganku. Andaikan mimpiku ini jadi kenyataan. Namun apa yang bisa kulakukan, hatiku hanya bisa berteriak dan menangis bahwa andai aku memiliki ibu yang luar biasa seperti itu.
***
Saudaraku, sadarkah kita tentang orang tua kita. Ibu kita khususnya. Dari kecil dan mungkin hingga sekarang, tak pernah henti-hentinya ia memberikan kasih sayang secara ikhlas kepada kita. Ia menggadaikan kepenatan demi kesehatan kita. Ia rela beritndak seperti pelayan demi kebutuhan kita. Namun, coba bayangkan, apa yang telah kita balaskan terhadap ibu kita? terkadang kita selalu membantah dan berkata kasar terhadap orang tua kita. Padahal Allah telah memperingatkan kita dalam surah Al Israa’: 23:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Ini di perkuat dengan hadis riwayat Mughirah bin Syu'bah ra: ia berkata: Dari Rasulullah, beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah Taala mengharamkan atas kamu sekalian; mendurhakai ibu, mengubur anak-anak perempuan dalam keadaan hidup, (prilaku) menahan dan meminta. Dan Allah juga tidak menyukai tiga perkara yaitu; banyak bicara, banyak bertanya serta menyia-nyiakan harta “
Tanpa sadar atau memang mungkin kita sadari bahwa kita telah menyakiti hati ibu kita baik itu lewat perkataan atau pun perbuatan. Dan mungkin kita tak acuh akan hal tersebut. Namun saudaraku, mari lekaslah meminta maaf pada orang tua kita atas setiap bantahan yang keluar dari mulut ini. Marilah kita berbuat baik kepada kedua orang tua kita khususnya ibu kita. Dan jangan pernah berkata bahwa apa yang telah kita berikan pada mereka cukup untuk membalasnya. Tidak wahai saudaraku. Sesungguhnya apa yang kita berikan padanya tidak akan pernah cukup untuk membalas jasa-jasanya, tak akan pernah saudaraku bahkan jauh lebih dari yang engkau bayangkan.
Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya : “Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau menjawab : “Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan)” Subahanalloh.
Bahkan tahukah Engkau saudaraku, Zainal Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang keheranan kepadanya (dan berkata) : “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam satu talam”? Ia menjawab,”Aku khawatir tanganku mengambil sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya”. Dapatkah kita meneladani mereka? Maka syukurilah bahwa kita memiliki orang tua yang tidak dimiliki oleh mereka yang berada di panti asuhan.
Saudaraku, semoga kita selalu menyayangi dan mendoakan orang tua kita di mana pun kita berada. Semoga pekerjaan tidak melalaikan diri kita untuk menjenguk atau bahkan memberikan pesan singkat kepada orang tua kita. Dan semoga kita dan mereka dapat bertemu di Jannah-Nya wahai saudaraku. Insya Allah.
Terinspirasi dari nasyid my mom is amazing oleh Zain Bhika
13 Maret 2012
Wednesday, March 14, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment