Maraknya
penyimpangan-penyimpangan serta aliran-aliran sesat di Indonesia memunculkan
keresahan yang begitu besar pada rakyat Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan
tersebut mengarah pada pendangkalan akidah sehingga dapat menjadikan umat Islam
Indonesia kabur terhadap kebenaran yang sahih. Salah satu aliran yang
menyimpang tersebut adalah Syi’ah yang telah ditetapkan sebagai aliran
menyimpang oleh Majelis Ulamah Indonesia (MUI). Sebagai bentuk penegasan maka
MUI pusat kemudian meyusun dan menerbitan sebuah buku saku berjudul “Mengenal
dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia” bagi masyarakat Indonesia.
Berlandaskan
permasalahan di atas maka pukul 07.30 bertepatan dengan 22 Februari 2014 M/ 21
Rabiul Akhir 1435 H, ketika gumpalan awan memayungi Kota Makassar sebuah agenda
besar kembali digelar. Agenda yang telah lama dirancang-rencanakan tersebut
ialah Bedah Buku Nasional dengan tema “Menata Aqidah Menuju Masyarakat yang
berperadaban”. Bedah buku ini dilaksanakan di Masjid Kampus Universitas
Hasanuddin. Adapun buku yang dibedah ialah buku garapan Tim Penulis MUI Pusat
tersebut yang berjudul “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di
Indonesia”. Tak tanggung-tanggung, panitia penyelenggara mendatangkan pembedah-pembedah
yang memang pakar di bidangnya yaitu Ust. Fahmi Salim, MA. yang merupakan
anggota dari tim khusus komisi Fatwa MUI Pusat, Ust. Dr. H. Yusri Arsyad, MA. yang
juga merupakan pengurus Nahdlatul Ulama Makassar, dan Ust. Dr. Rahmat Abdurrahman, Lc. MA. yang merupakan
anggota komisi fatwa MUI Makassar.
Acara ini diselenggarakan bukan hanya sebagai wasilah
mensosialisasikan buku MUI ini namun juga sebagai bentuk pengejawantahan untuk
memurnikan akidah Islam agar tidak tercemari oleh berbagai paham yang
menyesatkan khsusunya paham Syi’ah yang sesat dan menyesatkan. Kesesatan Syi’ah
ini juga didasarkan pada sepuluh kriteria aliran sesat yang dijabarkan oleh MUI.
Maka jelas acara ini mendapatkan respon yang luar biasa dari masyarakat Kota
Makassar. peserta yang hadir mencapai sekitar 3000 dan para peserta juga
dibekali secara gratis buku dari MUI tersebut.
Buku “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di
Indonesia” tersebut dibedah menjadi tiga bagian. Bagian pertama yaitu “Sejarah Syi’ah”
dibedah oleh Ust. Fahmi Salim, MA. Bagian pertama ini menginformasikan kepada
peserta bahwa Syi’ah dari awal hingga sekarang telah terpecah-belah menjadi
berbagai sekte. Dewasa ini, Syi’ah Itsna ‘Asyariyah (yang mempercayai dua belas
imam) merupakan aliran terbesar Syi’ah. Aliran ini meyakini bahwa Nabi Muhammad
saw telah menetapkan dua belas imam sebagai penerusnya. Salah satu kelompok
dalam aliran ini yang terkenal kesesatannya adalah Syi’ah Rafidhah. Syi’ah
Rafidah yaitu kelompok yang meyakini dan mengklaim adanya teks/naskah wasiat
penunjukan Ali sebagai khalifah dan berlepas dii dari dan bahkan mencaci dan
mengkafirkan para khalifa sebelum Ali dan juga mengkafirkan mayoritas sahabat.
Golongan ini disepakati kesesatannya oleh ulama.
Bagian kedua yaitu
“Penyimpangan Ajaran Syi’ah” dibedah oleh Ust. Dr. H. Yusri Arsyad, MA. Dengan
suara lantang, Ust. Yusri yang juga merupakan pengurus Nahdlatul Ulama Makassar
membedah bagian ini. Bagian yang dibedah ini terdiri dari penyimpangan paham Syi’ah
tentang keorisinalan Alquran. Ulama-ulama Syi’ah menyatakan bahwa Alquran sudah
tidak asli lagi ada yang dtambah dan dikurangi. Kemudian penyimpangan paham
tentang Ahli Bait Rasul saw dan mengkafirkan Sahabat Nabi. Kemudian
penyimpangan paham Syi’ah yang mengkafirkan umat Islam yang bukan Syi’ah. Dan peyimpangan
paham nikah mut’ah (nikah kontrak) yang kaum Syi’ah membolehkan bahkan
menganjurkan.
Bagian terkahir yaitu
“Pergerakan Syi’ah di Indonesia dan Penyebarannya” dibedah oleh Ust. Dr. Rahmat Abdurrahman, Lc. MA. Adapun bagian
ini terdiri dari potensi konflik Syi’ah dan Sunni di Indonesia yang sudah
menjadi kenyataan. Kemudian perkembangan kelompok Syi’ahdi Indonesia dan metode
penyebarannya. Dan lima poros penyebaran Syi’ah di Indonesia yaitu Jakarta,
Bandung, Bangil dan Pasuruan, Yogyakarta, dan Pekalongan-Semarang.
Acara
ini diselenggarakan oleh: Universitas Hasanuddin, Lingkar Dakwah Mahasiswa
Indonesia (LIDMI) dan Forum Muslimah Dakwah Kampus Indonesia (FMDKI) serta didukung
oleh berbagai Lembaga-lembaga dakwah kampus yang di antaranya berasal
Universitas Negeri Makassar, Universitas Hasanuddin, Universitas Islam Negeri,
Universitas Indonesia Timur, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas 45,
Universitas Muslim Indonesia, Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab,
Politeknik Negeri Ujung Pandang, dan Stimik Dipanegara. Melihat bahwa banyaknya
elemen yang menyokong terselenggaranya acara ini, bukan sebuah kemustahilan
bahwa acara ini sukses menggemparkan Kota Makassar. ini juga menandakan bahwa
Syiah sangat tidak diharapkan kedatangannya di Bumi Kota Daeng baik masyarakat
setempat maupun mahasiswa.
Ust.
Fahmi menyatakan bahwa buku penyimpangan
Syi’ah ini adalah resmi dari MUI. Pernyatan ini juga menghapus anggapan dari
sebagian kecil orang yang mempertanyakan keabsahan buku tersebut. Bahkan,
beliau juga menyakan bahwa buku ini boleh untuk diperbanyak dan disebarkan
serta disosialisasikan agar masyarakat tahu hakikat Syi’ah sebenarnya. Acara
ini sebelumnya telah diadakan di Universitas Gajah Mada Yogyakarta yang juga
tak kalah suksesnya. Tentu sangat diharapkan agar acara-acara seperti ini dapat
diselenggarakan di seluruh pelosok Indonesia utamanya berbagai aktivis dakwah
kampus yang ada sebagai titik-titik pergerakan permurnian aqidah yang murni
sehingga Indonesia tetap damai sentosa tanpa Syi’ah. Sebagai penutup acara maka
penitia penyelenggara mengundang Ust. Said Abdul Somad, Lc. yang merupakan
ketua LPPI Makassar membacakan deklarasi Gema Sunni, Gerakan Makassar Sunni
yang menyiratkan bahwa gerakan ini memiliki visi mewujudkan Makassar tanpa
Syiah. Ust. Said juga berharap agar gerakan-gerakan ini juga diadakan
diberbagai daerah sehingga Indonesia bahkan dunia bebas dari penyimpangan dan
kesesatan Syiah.
0 comments:
Post a Comment