Ads 468x60px

Monday, October 29, 2012

ANJANGSANA


Sebuah rindu…
Rindu begitu renjana…
Kepada sang kekasih bergelar sanak di sudut kota sana

Bersarang di pojok-pojok jiwa
Balig bahkan sudah tua
Renta dan begitu sengasara karena cinta

Hanya ada sebuah penawar
Bagi sengsara yang juga konsekuensi desir rasa
Anjangsana ianya

Ah, ini bukan persoalan mengapa dan siapa!
Hanya sebuah anjangsana
Lalu… hilang sudah duduk perkara

Ketika paras-paras telah saling berhadapan
Pucuk-pucuk rindu mulai layu
Berganti bianglala di langit-langit hati

Saling berceloteh mengumbar kasih…
Air muka lalu menjadi begitu suci
Kemuning bahagia bersandar di dipan-dipan hati
Hanya sebuah anjangsana
Lalu… sudah hilang semua perkara
Hingga musim semi yang dinanti… tiba… melukis rona merah di hati

28 Oktober 2012
Di peraduan sanak


28 Oktober 1928

Imagi berputar jauh ke belakang hari
Melintasi ingatan-ingatan yang pernah berarti
Hingga tiba di sebuah gerbang bertuliskan pemuda-pemudi

Mereka penuh jasa
Mereka punya upaya
Mereka adalah tonggak peradaban bertajuk “Indonesia”

Dalam kepungan penjajah
Ketakutan menghiasi hari-hari mereka
Hanya bisa merintih dan berteriak dalam hati “aku ingin merdeka”

Benalu itu begitu perkasa
Mengumbar janji, namun muslihat di balik raga
Tahulah bagaimana pemuda, tiada sabar dan memang rindu membuncah untuk merdeka

Lalu terjadilah apa yang terjadi
Mereka mengejawantahkan renjana dalam suatu tragedi
Membakar ketakutan lalu lahir trisula di bumi pertiwi

Dengan teriakan menggelegar membahana
“satu nusa, satu bangsa, satu bahasa…. INDONESIA”
Mereka lanjutkan mimpi yang telah terbit dalam adegan yang berbeda
Masa bodoh dengan malapetaka
Masa bodoh dengan gentar belantara
Mereka hanya ingin merdeka

Semangat mereka hidup hingga detik ini
Bergelora dalam sanubari
Bahwa Indonesia telah merdeka hingga kini

Terima kasih wahai pemuda pemudi
Kau pertaruhkan nyawa demi seukir senyum untuk anak-anak ibu pertiwi
Hingga kini, semua tertancap indah di hati-hati kami

Terima kasih wahai pemuda pemudi
Jasamu begitu dalam berarti
Bermunajat… Rahimakumullah… kepada Maha Pengasih

Terima kasih wahai pemudai pemudi
Nyalimu untuk nusantara akan selalu menggetarkan kolong hati ini
Sekali lagi, terima kasih wahai pemuda pemudi….

28 Oktober 2012
Refleksi pemuda-pemudi Indonesia dahulu dan kini



Catatan: puisi-puisi di atas juga dibuat dalam rangka mengerjakan tugas puisi dalam mata kuliah Apresiasi Puisi Indonesia


Cinta Zakiah


Ini cinta zakiah bukan cinta yang zadah
Bukan pula cinta kawula yuwono yang begitu sembrono
Ketika habis manis, sepah dibuang begitu jauh
Usah pula kira hanya semacam raut rasa
BUKAN… kau salah!!!

Ini benar zakiah…
Datang dari sang Pencipta
Hingga tumbuh begitu rimbun
Menjadi ornamen di dinding-dinding hati..

zakiah… zakiah… zakiah…
ini cinta zakiah…
bukan hanya sepasang insan merasakannya
BUKAN… Kau Salah!

ketika telah merajut cinta zakiah
hilang larah
hilang nestapa
hilang kilah keruh kendala

karsa rindu cinta zakiah..
Cinta yang diperuntuhkan bagi mereka yang di sana…
Hingga hati tertawan kenyam
Roman muka begitu bahagia…

Begitu rindu zakiah
Begitu rindu cinta zakiah
Ow… ini prahara cinta

Ah zakiah…
Di mana engkau berada…?

27 Oktober 2012
Pencarian cinta yang zakiah


Hujan Turun Lagi…


Hari ini… hujan turun lagi
Tatkala dua buah batin sedang diaduk berang
Benih-benih perseteruan mulai tumbuh bergelayutan
Hingga timbul suasana hening begitu mencekam

Hari ini… hujan turun lagi
Ketika kedua kelopak mata mulai menjatuhkan embunnya
Dua cakap telah bertentang kicau
Hingga menyisakan balutan luka

Hari ini… hujan turun lagi
Pernah terjadi suatu adegan yang sepadan
Namun dahulu begitu dahsyat
Hingga menorehkan luka begitu dalam
Ada kesah…
Ada sesal…
Namun tak ada yang mengalah

Hari ini… hujan turun lagi
Bagaimana kiranya jika hanya menawarkan rasa
Lalu dibeli dengan suatu pertikaian
Berakhir dengan permusuhan
Begitu takut seperti dahulu kala
Ketika masing-masing batin…
 sibuk menjahit mozaik rona

Hari ini… hujan turun lagi
Sang penentram hati, kembali beraksi
Mulai dari nada hingga masuk ke relung jiwa
Dingin dan menyejukkannya yang lelah
Semoga belum beku dan membatu
Hingga rukun dua batin

Hari ini… hujan turun lagi
Cakap batin pada Penciptanya
“Rabb… rajutlah kembali cinta itu”
Kiranya mustajab bagi ia yang malang
Hingga langit menyekah sedunya

Hari ini… hujan turun lagi
Berharap segera usai
Hingga kemilau senja berganti menerangi hati…

27 Oktober 2012
Air muka begitu kalut

Catatan: puisi-puisi di atas juga dibuat dalam rangka mengerjakan tugas puisi dalam mata kuliah Apresiasi Puisi Indonesia





REFLEKSI HIKMAH DI BALIK HARI RAYA KURBAN


“Katakanlah: Sesungguhnya salatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-An’am: 162)

http://radenedidermawan.blogspot.com/2012
     Sudah menjadi kehendak Allah untuk menyiapkan hikmah dan makna filosofis dari setiap perintah yang Ia hamparkan kepada seluruh hamba-Nya. Setiap ibadah yang Ia titahkan tidak ada yang bernilai sia-sia. Walau terkadang para hamba-Nya tidak atau belum mengetahui apa hikmah dan manfaat suatu ibadah diperintahkan kepada mereka masing-masing.
     Begitu pula dengan ibadah menyembelih kurban di hari raya kurban atau juga akrab dengan istilah idul adha yang merupakan hari raya bagi setiap muslim di dunia. Hari yang jatuh pada tanggal 10 Dzul hijjah dalam kalender Hijriyah. Hari raya yang sebelumnya didahului dengan berbagai amalan salih yang dilakukan pada sembilan hari di awal bulan Dzul hijjah karena pada sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah adalah hari-hari yang Allah sangat mencintai amalan-amalan salih yang dilakukan hamba-hamba-Nya. Hal itu tercermin dalam hadits yang diriwayatkan  oleh Abu Dawud dan Ibnu Maja,
     “Tidak ada satu amal saleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal saleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi saw menjawab:”Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satu pun.”
     Termasuk di dalamnya puasa Arafah yang jatuh pada tanggal 9 dzulhijjah yang juga merupakan hari Arafah, puncak dari ibadah haji yang pada saat itu para jemaah haji sedang wukuf tanah Arafah, Arab nun jauh di sana. Puasa yang dijanjikan oleh Allah ketika melaksanakannya akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim.
Berkurban pada hari raya kurban merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Allah berfirman dalam surah Al-Kautsar ayat 2:
     “Maka dirikanlah salat karena Rabbmu dan berkurbanlah”
Refleksi Hikmah
     Begitu banyak hikmah yang dapat dipetik dari ibadah di hari yang agung ini. Hikmah-hikmah tersebut setidaknya berada pada tiga demensi kehidupan yakni spiritual, moral, dan sosial.
     Dalam dimensi spiritual, ibadah kurban merupakan ajang pembuktian kita kepada Allah akan keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya. Ibadah kurban yang dilakukan, pada hakikatnya bukanlah daging dan darahnya yang diinginkan oleh Allah, namun sejauh mana ketakwaan atas nama Allah itu terpatri dalam hati seorang hamba seperti yang terkandung dalam ayat 37 di surah Al-Hajj:
     “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah Telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”
     Begitulah pengorbanan yang merupakan tonggak sejara hari raya kurban yang dilakukan oleh Bapak para nabi, Ibrahim as yang dengan keikhlasan dan ketakwaan menjalankan titah dari Tuhannya untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail as.
     Dalam dimensi sosial, hari raya kurban mengajarkan manusia untuk menggugurkan sifat-sifat egois yang begitu mengakar dalam dirinya masing-masing. Hal itu karena manusia diajarkan untuk saling berbagi terhadap apa yang ia miliki kepada saudara-saudarannya. Dengan menyembelih binatang kurban, maka hasil sembelihan bukan hanya diri pribadi yang menikmati, namun juga berbagi dengan kaum fakir dan duafah yang memang berhak dan membutuhkan kerak-kerak daging tersebut. Dengan pemberian daging tersebut, maka mereka akan bersuka cita, sehingga kebahagian menjadi milik semua manusia. Peristiwa ini juga akan mengeratkan jalinan persaudaraan antar umat muslim sehingga permusuhan dan pertentangan yang terjadi kemudian rapuh dan hancur dengan sendirinya.
     Dalam dimensi moral, dengan adanya pengorbanan di hari raya kurban maka itu merupakan simbol menghilangkan sifat kebinatangan dan keburukan yang ada pada diri manusia. Selain itu, pengorbanan tersebut menunjukkan keridaan kita untuk memberikan segala yang dimiliki di atas nama kebaikan di jalan Allah. Hikma lain dalam hari raya kuban ini ialah menunjukkan bahwa betapa nyawa seorang manusia itu begitu berharga dan begitu layak untuk dihargai.
Pendidikan Kesabaran dalam Hari Raya Kurban
     Dunia pendidikan nasional kembali tercoreng akhir-akhir ini. Tawuran antarmahasiswa kembali pecah dan mengakibatkan dua korban meninggal di salah satu perguruan tinggi negeri di kota metropolitan Makassar. Tawuran yang entah telah berapa kali terjadi dan semakin memberikan noktah-noktah hitam dalam sejarah panjang pendidikan Indonesia.
     Sehubungan dengan itu, tersemat nilai-nilai pendidikan yang begitu agung dalam hari raya kurban ini. Salah satu nilai pendidikan tersebut ialah pentingnya sebuah kesabaran. Mungkin inilah yang mulai pudar bahkan menghilang dari para mahasiswa tersebut sehingga mudah tersulut api kemarahan walau penyulutnya merupakan hal-hal sepele.
     Nilai kesabaran itu digambarkan tatkala Nabi Ismail begitu sabar dan siap disembelih oleh bapaknya dalam rangka menjalankan titah dari Allah yang Mahaperkasa. Kesabaran dari seorang nabi Ismail as bukan semata-mata langsung muncul begitu saja. Kesabaran itu muncul dari bimbingan kedua orang tuanya, Nabi Ibrahim dan Sitti Hajar, sehingga sang anak Nabi Ismail begitu patuh terhadap orang tuanya dan memiliki akhlak yang begitu mulia. Hal inilah yang kemudian dikisahkan oleh Allah dalam surah As-Shaffat ayat 102-109. Betapa sabar Nabi Ismail as dan betapa mulianya Nabi Ibrahim as. Inilah pentingnya sebuah arti kesabaran diselingi keikhlasan hingga menciptakan kedamaian dan ketaatan kepada Allah.
Pelajaran Sejati untuk Semua Hati
     Sepatutnya semua orang dapat mengambil hikmah-hikmah di balik hari raya kurban ini. Pimpinan-pimpinan negeri harus menunjukkan sifat ketakwaan, keadilan, dan rasa peduli kepada yang dipimpin yaitu rakyatnya sehingga rakyat memiliki kepercayaan dan kepatuhan kepada pemimpinnya. Ketakwaan yang tinggi pula akan membuat pimpinan-pimpinan negeri tidak akan memanfaatkan wewenang yang dimiliki untuk memperkaya diri sendiri bahkan orang seperti ini akan merasa malu jika kehidupannya lebih mewah daripada rakyat yang diwakilinya. Begitu pula rakyat selaku yang dipimpin, harus taat dan patuh kepada pemimpin serta selalu mendoakan pimpinan agar tetap adil dalam memimpin rakyatnya.
    Hari raya kurban ini mengajarkan kita cara untuk berhubungan baik kepada sang Pencipta (hablumminallah) dan juga cara berbuat baik kepada sesama manusia (hablumminannas). Dalam hubungannya dengan Allah, manusia mempersembahkan setiap ibadahnya khususnya ibadah kurban ini hanya kepada Allah Azza wa Jalla, dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Dalam hubungannya dengan manusia lain, maka manusia akan senantiasa berada dalam status kehidupan sosial. Ajaran Islam begitu memperhatikan solidaritas sosial dan mengejawantahkan rasa solidaritas tersebut melalui media ritual hari raya kurban ini yang begitu kental akan rasa saling berbagi. Kurban adalah salah satu media ritual berbagi selain zakat, infak, dan sedekah untuk mengejawantahkan sikap kepekaan sosial itu.
      Hendaknya hikmah dan pelajaran pada hari raya kurban tidak semata-mata diterapkan hanya dalam satu hari itu saja. Karena sesungguhnya himah dan pelajaran di balik hari raya kurban berlaku di sepanjang tahun. Pelajaran-pelajaran yang kemudian akan menghantarkan cinta Allah dan cinta manusia kepangkuan kita ketika kita mempelajari, mengamalkan, dan membagikan hikma-hikmah dibalik hari raya kurban lalu bersabar di atasnya. Selamat hari raya kurban.

Oleh:
Murdani Tulqadri
Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra UNM


Friday, October 19, 2012

BANGKITNYA GENERASI MUDA UNTUK MEMAJUKAN PENDIDIKAN NASIONAL


Siapa Pemuda Itu?

     Bagaikan pohon pisang yang telah dipanen buahnya dan ditebang pula, namun sang pohon sebelumnya sudah menyiapkan tunas-tunas untuk menggantikannya kelak. Tunas-tunas yang kemudian tumbuh memberikan manfaat kepada makhluk-makhluk lain yang ingin mengambil manfaat darinya. Mungkin begitulah analogi generasi muda sebuah bangsa. Mimpi dan cita-cita perjuangan bangsa berada di pundak pemudanya. Para pemuda jualah yang melanjutkan tongkat estafet nasib dan masa depan sebuah negara. Mereka adalah kader-kader perjuangan dan pembangunan menuju bangsa yang sejahtera dan menyejahterakan rakyatnya. Merekalah yang nantinya menjadi pemimpin-pemimpin dalam setiap lini kehidupan bangsa.  Begitulah urgensi pemuda sejak dahulu hingga ke depannya.
   Begitu pun dengan sejarah bangsa dan negara Indonesia. Indonesia dan generasi mudanya bak dua sisi koin yang tak pernah berpisah dan selalu melekat erat. Perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, atau pun saat perjuangan menanamkan demokrasi dalam tubuh Indonesia tidak terlepas dari peran serta generasi mudanya.
   Sejarah Indonesia tersaji melalui fragmen-fragmen perjuangan para pemudanya. Fragmen-fragmen tersebut di antaranya: berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 sebagai tonggak kebangkitan bangsa yang menyatukan setiap suku, ras, agama, dan wilayah yang telah lama berserakan dan saling berperang satu sama lain; arkian, generasi muda meneriakkan sumpahnya atau yang masyhur dikenal dengan sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah yang menyatakan satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu deretan aksara indah berbunyi “Indonesia”; kemudian, kisah pemuda dengan pimpinan bernama Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 memproklamasikan mimpi Indonesia menjadi sebuah negara yang merdeka, sebuah fragmen yang begitu mengharu biru kala itu; kemudian generasi muda yang terkumpul dalam beberapa organisasi kemahasiswaan dan segenap elemen kemahasiswaan menerbitkan tiga tuntuan rakyat (Tritura) yang menjadi pemicu tumbangnya Orde lama hingga melahirkan Orde Baru dengan segudang mimpi barunya. Dan akhirnya perjuangan generasi muda pada tahun 1998 untuk menumbangkan rezim Orde Baru berciri khas tirani dan penuh kekuasaan. Perjuangan yang harus dibayar mahal dengan begitu banyak memakan korban para pemuda demi sebuah reformasi bangsa.
      Dengan kata lain, pemuda adalah generasi emas dalam sebuah bangsa. Pada merekalah disimpan berbagai mimpi dan masa depan bangsa. Tak terkecuali bagi bangsa dan negara Indonesia. Pemuda Indonesia berjuang dengan keringat dan darah, semangat dan aktivis, serta retorika dan diplomasi hingga bangsa dan negara ini masih tetap ada hingga sekarang.

Hubungan Pemuda dengan Pendidikan

       Memang tak dipungkiri bahwa masa depan bangsa berada di tangan para pemudanya. Namun, ada satu hal yang harus bersinergi dengan generasi muda tersebut. Hal itu adalah pendidikan. Kemajuan suatu bangsa akan ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Di sinilah terlihat hubungan yang begitu erat antara pemuda dan pendidikan dalam suatu bangsa dan negara.
       Zaman sekarang adalah zaman yang penuh tantangan dan hambatan hidup. Globalisasi begitu cepat merambah hingga ke pelosok desa. Siapa yang tertinggal maka itulah yang kalah dan terjajah. Maka sudah sepantasnya pendidikan nasional harus menjadi prioritas pembangunan bangsa. Karena pendidikan merupakan benteng kokoh agar bangsa Indonesia tidak tergerus zaman dan bertahan dalam derasnya arus globalisasi.
  Pendidikan bukan semata-mata mengejar nilai akademik yang tinggi dan mengembangkan kecerdasan intelektual saja. Namun, kecerdasan emosional dan kecerdesan spiritual juga harus dipupuk sehingga ketiganya tumbuh berkembang secara seimbang. Dengan pendidikan yang merata pada ketiga aspek tersebut, maka Sumber Daya Manusia (SDA) Indonesia akan menjadi terasa dengan tajam, baik keterampilan, wawasan, moralitas, kejujuran, keadilan, kebijaksanaan, integritas, maupun mentalistas. Dengan pendidikan itu pula, maka kebodohan akan terhapus dan rakyat siap untuk mengahadapi era yang begitu berat menerpa bangsa ini.
        Ikut berpartisipasinya pemuda baik yang berstatus mahasiswa maupun pelajar begitu penting dalam memajukan pendidikan nasional. Hal itu sudah dibuktikan oleh generasi muda intelektual dalam perjuangan memerdekakan bangsa hingga melahirkan sebuah reformasi pada bangsa ini. Generasi muda merupakan unsur-unsur dalam bentuk pondasi bagi negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan melepaskan kejahilan yang telah lama melanda.

Problematika Pendidikan Bangsa

        Sudah sekitar 67 tahun bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan. Namun, Indonesia dalam rentang waktu kemerdekaan hingga hari ini yang begitu lama, masih menyisakan permasalahan-permasalahan nasional yang membutuhkan pemecahan. Salah satu permasalahan tersebut begitu nyata dalam dunia pendidikan. Pendidikan ideal untuk mencerdaskan kehidupan bangsa seakan-akan masih termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Ia belum menjadi nyata secara kafah.
       Berbagai permasalahan yang melanda dunia pendidikan ini. Kebijakan presiden untuk menganggarkan dua puluh persen dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk bidang pendidikan seakan belum cukup untuk merealisasikan pendidikan yang diidam-idamkan oleh bangsa ini. Masih terdapat kerapuhan dan luka di berbagai tubuh pendidikan. Banyaknya sekolah dengan kondisi yang tak layak, pengajar-pengajar dengan kompetensi yang rendah, sistem pendidikan yang cenderung kapitalis, dan sebagainya merupakan contoh dari masalah yang melingkupi dunia pendidikan.
         Bukan hanya itu, porsi orientasi pendidikan Indonesia lebih banyak bahkan dominan diisi oleh mata pelajaran-mata pelajaran yang tidak menyinggung masalah keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga hasil pendidikan dapat dilihat hingga sekarang yaitu menghasilkan peserta didik yang lebih cenderung memprioritaskan kecerdasan intelektual sehingga kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual begitu pincang hingga mengakibatkan masalah-masalah lain. Masalah-masalah lain yang muncul di antaranya berbentuk tawuran antarpelajar, seks bebas yang merajalela di kalangan pelajar, penyalahgunaan narkotika, lunturnya budaya malu bangsa Indonesia terutama pada kalangan pelajarnya, dan berbagai masalah lain yang membuat dunia pendidikan nasional semakin tak menentu masa depannya.
     Sehubungan dengan itu, dunia pendidikan Indonesia yang dapat dikatakan telah sekarat membutuhkan obat penyembuh yang ampuh. Solusi-solusi sebagai pemecahan masalah pendidikan nasional begitu dibutuhkan sehingga tujuan pendidikan nasional tercapai. Dan tentu, dari sekian pemecahan masalah, generasi muda mempunyai andil yang begitu besar untuk merealisasikannya.

Pemuda Bagi Keberhasilan Pendidikan Sebuah Bangsa

          Pemuda sebagai tulang punggung bangsa harusnya menjadi pelopor sekaligus garda terdepan dalam memberikan solusi terhadap masalah-masalah kebangsaan yang terjadi utamanya dalam bidang pendidikan ini. Pemuda juga harus bergerak sebagai pionir-pionir yang mendobrak setiap kebijakan pemerintah dalam hal dunia pendidikan yang tidak berpihak pada rakyat kecil. Hal tersebut bukanlah hal yang mustahil karena begitu banyak wadah yang dapat menjadikannya nyata. Gagasan-gagasan cemerlang mengenai solusi masalah pendidikan dari pemuda dapat disuarakan melalui perpanjangan tangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Selain itu, para pemuda juga dapat menyuarakan pendapatnya dalam seminar-seminar, forum diskusi, dan di mana pun hal itu dapat terwujudkan.
        Selain itu, para pemuda juga dapat membangun sekolah alternatif nonformal untuk membantu anak-anak yang putus sekolah karena permasalahan biaya pendidikan. Usaha lainnya ialah memanfaatkan media-media informasi dan komunikasi dengan menyebarkan tulisan-tulisan mengenai problematika pendidikan yang terjadi yang dibuat oleh para pemuda. Dengan menyebarnya tulisan-tulisan tersebut melalui media, maka hal ini dapat menyadarkan masyarakat tentang kondisi pendidikan Indonesia saat ini. Atau para pemuda dapat langsung terjun ke dalam masyarakat untuk menyosialisasikan bahwa begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan bangsa. Serta masih banyak cara yang dapat dilakukan para pemuda untuk memecahkan permasalahan pendidikan nasional.
     Semua hal tersebut dapat terjadi apabila para pemuda juga memiliki kualitas pendidikan yang mumpuni dan merata baik pada segi intelektual, spiritual, maupun emosional. Bagaimanapun juga, generasi mudalah yang nantinya akan menjadi pemimpin dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan memecahkan setiap permasalahan yang terjadi. Karena harapan dan mimpi bangsa ini ada di pundak para pemudanya. Mari bergerak!

Sumber tambahan:
Alfan. 2010. Peran Pemuda dalam Bidang Pendidikan (Online), http://pemuda-teknologi.blogspot.com/2010/06/peran-pemuda-dalam-bidang-pendidikan.html, di akases tanggal 17 Oktober 2012.
Anonim. 2012. Generasi Muda dalam Pendidikan Indonesia (Online), http://krblanglangbuana.wordpress.com/2012/01/05/generasi-muda-dalam-pandangan-masyarakat/, di akses tanggal  17 Oktober 2012.
Fatwa, Andi Mapetahang. 2012. Peran Pemuda dalam Pengembangan Pendidikan (Online),  http://edukasi.kompasiana.com/2012/07/05/peran-pemuda-dalam-pengembangan-pendidikan/, di akases tanggal 17 Oktober 2012.
Syam, Nur.  Peran Generasi Pemuda Bagi Bangsanya (Online), http://nursyam.sunan-ampel.ac.id/?p=115, di akases tanggal 17 Oktober 2012.




           

Wednesday, October 17, 2012

CITA-CITA DAN MIMPI: ALASAN MENGAPA HARUS HIDUP


Bismillah…

            Baik. Kumulai tulisan ini di sebuah kamar tempat aku tidur sehari-hari. Aku kini, beralaskan dipan dan sehelai karpet merah. Ada kipas yang sedang berputar, barang-barang yang sebagiannya tak beraturan, dan seakan centang perenang kata Andre Hirata sang penulis tetralogi “Laskar Pelangi”, sudah baca?

HUJAN DI HARI PERTAMA BULAN ZULHIJAH


Bismillah…

            Baru saja aku pulang dari taklim rutin di sebuah masjid di belakang kampusku. Nama masjidnya ialah Ar-Rahma. Taklim tadi membahas tentang keutamaan bulan Dzul Hijjah—kalau dalam KBBI tertulis Zulhijah. Kawan, sungguh agung bulan ini, apatah lagi di sepuluh hari awal bulan ini, sungguh-sungguh agung dan penuh kebaikan. Kumohon, jangan sia-siakan bulan ini!!!

Thursday, October 11, 2012

Bukan Keluh


Ia begitu lembut membelai, menyentuh, dan mengecupku
Tak terlihat…
Namun perlahan menjalar menusuk jiwa hingga relung kalbu
Kemudian ia merayu “ceritakanlah pedih perihmu!”
Lalu berjanji bahwa ia akan menemani hingga penghujung karya dan tinta

Guruh gemuruh mulai memudar di seberang raya sana
Toh, wajah bulat itu pun mulai sayu, malu, dan sadar
bahwa ia harus menyembunyikan keindahannya… agar semua pasang mata beralih
hingga tak menumbuhkan rasa cemburu yang begitu dalam!
Kepada “siapa” engkau bertanya??
Kukira kau pun tahu siapa dia

Ia kembali berpadu dengan dedaunan
Menghasilkan berjuntai-juntai nada
Ia dan kawannya bertahan di antara kumpulan nada dan suasana yang terbuang
Seperti biasa!!!

Berkutat dengan pilihan
Berkelahi dengan waktu
Bergulat dengan warna hati
Hingga ada yang tersakiti

Terkadang dan memang mungkin demikian
Pabila beban disandarkan
Lalu direkatkan dengan begitu kuatnya
Hingga terasa begitu lelah
Aku hanya kembali pada satu ukiran nama
Yang membuat segalanya menjadi damai dan dewasa
dan mengakui bahwa Ia yang sempurna

Benar bahwa aku yang hidup kini
Aku lelaki
Punya cita yang tinggi
Namun… aku bukan pahlawan berdikari
Tampil solo begitu mandiri
Bukan!!!

Aku butuh dekapan dan dukungan
Aku ini penuh kekurangan
Begitu lusuh dan punya pikiran begitu rusuh
Sungguh begitu rapuh!!!

Aku butuh seikat penawar rindu
Berupa tali yang erat mengekang jiwa
Sekali lagi engkau bertanya “mengapa”?
Karena aku ini manusia
Bukan binatang jalang!!!
9 Oktober 2010
Obat Hati



PUISI II (BUKAN ALIRAN SAYA)

MALU, RASA, DAN NYAWA

suka, suka, suka
suka, suka, dan suka
su-ka, su-ka, su-ka
su-ka, su-ka, ka-gum
ka-gum, kagum, kagum
kagum, kagum, dan kagum
ka-gum, ka-gum, ka-gum
ka-gum, ka-gum, ka-yang
sa-yang, sayang, sayang
sayang, sayang, dan sayang
sa-yang, sa-yang, sa-yang
sa-yang, sa-yang, sa-ta
cin-ta, cinta, cinta
cinta, cinta, dan cinta
cin-ta, cin-ta, cin-ta
cin-ta, cin-ta, cin-gia
ba-ha-gia, bahagia, bahagia
bahagia, bahagia, dan bahagia
ba-ha-gia, ba-ha-gia, ba-ha-gia
ba-ha-gia, ba-ha-gia, ba-ha-gia
kala dan telah
semua menjadi maka dan bisa
hingga sangat biasa
dan akhirnya…
sakit
sakit, sakit
sakit, sakit, sakit
s
a
k
i
t
sakit, sakit, sakit
sakit, sakit
sakit
sa
ki
t
sa
ki
t
luka,      darah,   luka,      darah
luka        dan       darah
hingga meregang
nyawa
!
9 Oktober 2012
Teruna tak bestari

Catatan: puisi-puisi di atas juga dibuat dalam rangka mengerjakan tugas puisi dalam mata kuliah Apresiasi Puisi Indonesia