Kridalaksana (2009: 24) meyatakan bahwa bahasa adalah system lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Chaer (2009: 51) menambahkan bahwa berbahasa merupakan penyampaian pikiran atau perasaan dari orang yang berbicara mengenai masalah yang dihadapi dalam kehidupan budayanya. Jadi, kesimpulannya ialah bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi itu (Chaer, 2009: 30).
Friday, March 30, 2012
Thursday, March 29, 2012
Strategi Pembelajaran Kontekstual, Apa itu?
Tag
indonesia
“Dalam pembelajaran ini, siswa tidak dianggap sebagai gelas kosong yang harus diisi dengan ilmu pengetahuan. Namun, siswa diperlakukan sebagai tumbuhan yang harus disirami dan di bantu untuk tumbuh mencari ilmu sendiri.”
Saudara sekalian. Apakah Anda hendak menjadi guru nantinya? Atau dengan kata lain, mungkin ingin menjadi pengajar, dsb. Ada baiknya ketika telah merealisasikan cita-cita tersebut, Anda mengaplikasikan strategi mengajar berikut ini. Strategi tersebut bernama, “Pembelajaran kontekstual” atau dalam bahasa Inggris kita kenal dengan nama “Contekstual Teaching and Learning”.
Saudara sekalian. Apakah Anda hendak menjadi guru nantinya? Atau dengan kata lain, mungkin ingin menjadi pengajar, dsb. Ada baiknya ketika telah merealisasikan cita-cita tersebut, Anda mengaplikasikan strategi mengajar berikut ini. Strategi tersebut bernama, “Pembelajaran kontekstual” atau dalam bahasa Inggris kita kenal dengan nama “Contekstual Teaching and Learning”.
Wednesday, March 28, 2012
Pemimpin yang Ideal, Masih Adakah?
Tag
Tokoh
Bismillah,
Sebelumnya, kubertanya padamu wahai saudaraku, bagaimanakah pemimpin yang Engkau dambakan? Tampankah? Cantikkah? Perhatiankah? Atau…?
Bukan memberontak, namun coba Engkau wahai saudaraku ikuti sampai habis kisah seorang pemimpin berikut ini. Waktu untuk membacanya hanya sekitaran sepuluh menit kalau Engkau mau bersabar wahai saudaraku. Dan coba Engkau komparasikan dengan pemimpin yang ada di dunia bahkan di negara yang kita cintai ini. Beginikah sosok pemimpin yang kita cita-citakan? Kita damba-dambakan? Yang mungkin melebihi idealitas kepemimpinan yang ada dalam buku filsafat dan semacamnya. Insya Allah semoga ada nanti (doakan semoga di pemilu terdekat nanti) pemimpin seperti ini.
Sebelumnya, kubertanya padamu wahai saudaraku, bagaimanakah pemimpin yang Engkau dambakan? Tampankah? Cantikkah? Perhatiankah? Atau…?
Bukan memberontak, namun coba Engkau wahai saudaraku ikuti sampai habis kisah seorang pemimpin berikut ini. Waktu untuk membacanya hanya sekitaran sepuluh menit kalau Engkau mau bersabar wahai saudaraku. Dan coba Engkau komparasikan dengan pemimpin yang ada di dunia bahkan di negara yang kita cintai ini. Beginikah sosok pemimpin yang kita cita-citakan? Kita damba-dambakan? Yang mungkin melebihi idealitas kepemimpinan yang ada dalam buku filsafat dan semacamnya. Insya Allah semoga ada nanti (doakan semoga di pemilu terdekat nanti) pemimpin seperti ini.
Sunday, March 25, 2012
Mengapa Mesti Mencelah Hujan?
Tag
taklim
“Hujan mi sede’, akhhh stresku!”, “mdd… baru kie sudah mencuci, hujan mi, argggg!”, “Awwa, kenapa ko hujan!? Mau ma lagi pergi malam mingguan?”, “we kasiank, kenapa hujan terus, tidak ada mi ini sapake kuliah!!?”
Hehe… Kalimat demi kalimat kekesalan atau pun kegalauan tersebut tak jarang kita dengarkan, baik dari teman-teman sekelas, saudara, keluarga, atau bahkan mendengar dari diri sendiri. Wajarlah, apabila mentari sangat dinantikan kehadirannya atau pun cuaca cerah kiranya, eh, awan menggumpal kehitaman yang datang membawa sebulir hujan dkk. untuk membasahi bumi. Tak pelak, ungkapan-ungkapan kekesalan itu meluncur keluar begitu saja.
Nah, giliran matahari terus bergaya memamerkan sinarnya hingga sore menjelang petang, eh kita malah bilang “panassssss….”, “serasa kayak di neraka saja panasnya”-memang pernah ke sana, hehe-, ada lagi nih, “wah ini oven atau kamar?”, “we… hujan lalo ko…”. Haha… dasar memang kitanya mungkin yang tidak konsisten, sebenarnya mau cuaca yang bagaimana sih?
Nah, beberapa waktu lalu, penulis datang ke sebuah taklim yang membahas persoalan hujan. Nah berikut beberapa penjelasan yang mencerahkan agar kita bisa berdamai dengan makhluk ciptaan tuhan bernama “hujan” tersebut.
Saudaraku, hujan yang dari dulu kita selalu celah, ternyata merupakan rezeki dari Allah Swt. Tidakkah engkau percaya? Dalam Firman-Nya:
“Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menumbuhkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untuk kalian.” (QS. Al-Baqarah: 22)
“Dialah Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kalian, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kalian mengembalakan ternak kalian.” (QS. An-Nahl: 10)
“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan Dia menyebarkan rahmat-Nya.” (QS. Asy-Syuraa: 28)
Mengakui bahwa hujan itu adalah karunia Allah merupakan salah satu ciri orang yang beriman. Dari Zaid bin Khalid Al-Juhaini radhiallahu anhu dia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memimpin kami shalat subuh di Hudaibiah di atas bekas-bekas hujan yang turun pada malam harinya. Setelah selesai shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda, “Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?” mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “(Allah berfirman), “Subuh hari ini ada hamba-hambaKu yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Siapa yang berkata, “Hujan turun kepada kita karena karunia Allah dan rahmat-Nya,” maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata, “(Hujan turun disebabkan) bintang ini atau itu,” maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.” (HR. Al-Bukhari no. 1038)
Saudaraku, ternyata pada waktu hujan itu, merupakan salah satu waktu yang mustajab (manjur) agar doa dikabulkan. Hadits dari Imam Syafii dan Baihaki, yang disahihkan Syekh AlBani berbunyi:
“Carilah doa yang mustajab pada 3 keadaan yaitu: bertemunya dua pasukan, menjelang salat dilaksanakan, dan pada saat turunnya hujan.”
Lalu, ketika kita sudah tahu bahwa hujan adalah nikmat yang luar biasa serta GRATIS dikaruniakan untuk kita dari Allah, masihkah kita mau mencelahnya? Seharusnya, yang kita lakukan ialah berdoa dan mensyukuri nikmat tersebut.
Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:
“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat hujan, maka beliau berdoa, “ALLAHUMMA SHAYYIBAN NAAFI’AN (Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras lagi bermanfaat).” (HR. Al-Bukhari no. 1032)
Hujan… hujan…
Yah saudaraku, mari bersama-sama menghilangkan kebiasaan buruk kita mencelah dan tidak mensyukuri nikmat hujan ini karena "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf [50] : 18).
Semoga, ketika hujan turun, kita dapat berkata “Alhamdulillah, masih bisa ka lihat lagi hujan.”, “wuih, hujan membawa kesejukan!”. “semoga hujan ini menghapuskan dan meluluhkan dosa-dosaku ketika butiran-butirannya membasahi tubuhku.” Dsb. Karena, ketika kita bersyukur, maka Ia senantia menambah dan menambahnya. Namun tatkala kita kufur dan tak bersyukur, maka tunggulah Azab-Nya.
25 Maret 2012
Hapuskanlah dosa kami dari air-Mu, dari embun-Mu, dari salju-Mu, dan dari hujan-Mu yaa Rabb
Sumber:
Ust. Slamet. 20 Mei 2012. Taklim Ar Rahmah.
http://al-atsariyyah.com/hujan-dalam-syariat-islam.html
http://katamanis-katamanis.blogspot.com/2011/11/jangan-mencela-hujan.html
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTEuqDGxgVUFNplqIlWSzqmHRw3B1c5Bop2P8QKhSo0zIrfS-OYSOngFSz3qcGyDxgzuEpaXcq9h_DbKrgUI3hiq28jeQa-i1JwS81gaE1Ahv-prHGWSOka283G7lM5nGCUtHWWYrNua4/s1600/Where_Rain_Grows_by_x_horizon.jpg
Hehe… Kalimat demi kalimat kekesalan atau pun kegalauan tersebut tak jarang kita dengarkan, baik dari teman-teman sekelas, saudara, keluarga, atau bahkan mendengar dari diri sendiri. Wajarlah, apabila mentari sangat dinantikan kehadirannya atau pun cuaca cerah kiranya, eh, awan menggumpal kehitaman yang datang membawa sebulir hujan dkk. untuk membasahi bumi. Tak pelak, ungkapan-ungkapan kekesalan itu meluncur keluar begitu saja.
Nah, giliran matahari terus bergaya memamerkan sinarnya hingga sore menjelang petang, eh kita malah bilang “panassssss….”, “serasa kayak di neraka saja panasnya”-memang pernah ke sana, hehe-, ada lagi nih, “wah ini oven atau kamar?”, “we… hujan lalo ko…”. Haha… dasar memang kitanya mungkin yang tidak konsisten, sebenarnya mau cuaca yang bagaimana sih?
Nah, beberapa waktu lalu, penulis datang ke sebuah taklim yang membahas persoalan hujan. Nah berikut beberapa penjelasan yang mencerahkan agar kita bisa berdamai dengan makhluk ciptaan tuhan bernama “hujan” tersebut.
Saudaraku, hujan yang dari dulu kita selalu celah, ternyata merupakan rezeki dari Allah Swt. Tidakkah engkau percaya? Dalam Firman-Nya:
“Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menumbuhkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untuk kalian.” (QS. Al-Baqarah: 22)
“Dialah Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kalian, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kalian mengembalakan ternak kalian.” (QS. An-Nahl: 10)
“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan Dia menyebarkan rahmat-Nya.” (QS. Asy-Syuraa: 28)
Mengakui bahwa hujan itu adalah karunia Allah merupakan salah satu ciri orang yang beriman. Dari Zaid bin Khalid Al-Juhaini radhiallahu anhu dia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memimpin kami shalat subuh di Hudaibiah di atas bekas-bekas hujan yang turun pada malam harinya. Setelah selesai shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda, “Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?” mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “(Allah berfirman), “Subuh hari ini ada hamba-hambaKu yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Siapa yang berkata, “Hujan turun kepada kita karena karunia Allah dan rahmat-Nya,” maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata, “(Hujan turun disebabkan) bintang ini atau itu,” maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.” (HR. Al-Bukhari no. 1038)
Saudaraku, ternyata pada waktu hujan itu, merupakan salah satu waktu yang mustajab (manjur) agar doa dikabulkan. Hadits dari Imam Syafii dan Baihaki, yang disahihkan Syekh AlBani berbunyi:
“Carilah doa yang mustajab pada 3 keadaan yaitu: bertemunya dua pasukan, menjelang salat dilaksanakan, dan pada saat turunnya hujan.”
Lalu, ketika kita sudah tahu bahwa hujan adalah nikmat yang luar biasa serta GRATIS dikaruniakan untuk kita dari Allah, masihkah kita mau mencelahnya? Seharusnya, yang kita lakukan ialah berdoa dan mensyukuri nikmat tersebut.
Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:
“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat hujan, maka beliau berdoa, “ALLAHUMMA SHAYYIBAN NAAFI’AN (Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras lagi bermanfaat).” (HR. Al-Bukhari no. 1032)
Hujan… hujan…
Yah saudaraku, mari bersama-sama menghilangkan kebiasaan buruk kita mencelah dan tidak mensyukuri nikmat hujan ini karena "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf [50] : 18).
Semoga, ketika hujan turun, kita dapat berkata “Alhamdulillah, masih bisa ka lihat lagi hujan.”, “wuih, hujan membawa kesejukan!”. “semoga hujan ini menghapuskan dan meluluhkan dosa-dosaku ketika butiran-butirannya membasahi tubuhku.” Dsb. Karena, ketika kita bersyukur, maka Ia senantia menambah dan menambahnya. Namun tatkala kita kufur dan tak bersyukur, maka tunggulah Azab-Nya.
25 Maret 2012
Hapuskanlah dosa kami dari air-Mu, dari embun-Mu, dari salju-Mu, dan dari hujan-Mu yaa Rabb
Sumber:
Ust. Slamet. 20 Mei 2012. Taklim Ar Rahmah.
http://al-atsariyyah.com/hujan-dalam-syariat-islam.html
http://katamanis-katamanis.blogspot.com/2011/11/jangan-mencela-hujan.html
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTEuqDGxgVUFNplqIlWSzqmHRw3B1c5Bop2P8QKhSo0zIrfS-OYSOngFSz3qcGyDxgzuEpaXcq9h_DbKrgUI3hiq28jeQa-i1JwS81gaE1Ahv-prHGWSOka283G7lM5nGCUtHWWYrNua4/s1600/Where_Rain_Grows_by_x_horizon.jpg
Friday, March 23, 2012
Mari Memasak dan Makan Mi dengan Cara yang Sehat
Tag
Artikel
A..ha.. Mi. Pasti Saudara tahu dua huruf yang berjejeran rapi tersebut. Kata yang sangat mudah diucapkan dan menggugah selerah, bukan begitu saudara? Jauh dari keluarga berarti jauh dari sayur dan ikan (pada umumnya). Jadilah mi sebagai makanan favorit dan kegemaran. Khususnya yang berstatus sebagai mahasiswa dan anak indekos (kos-kosan).
Permasalahannya adalah ada-ada saja orang yang meragukan makanan yang lezat, super murah, dan bergizi ini. Dengan alasan bahwa mengkomsumsinya mengakibatkan efek samping dan berbagai macam penyakit (selengkapnya, tanyakan kepada Prof. Google). Nah, untuk menghilangkan keraguan Saudara dan menghemat kantong Saudara, maka mari makan mi dengan cara yang sehat sebagai berikut:
1. Rebus air dalam panci sampai mendidih, ingat sampai mendidih (ini bukan telur setengah mendidih/matang).
2. Setelah mendidih, masukkan Mi (terserah mau mereknya apa).
3. Aduk-aduk mi ± 1,5 menit yang pertama
Setelah mi dimasukkan ke panci, maka aduk-aduklah mi selama ± 1,5 menit, agar bahan-bahan kimia yang ada dalam mi instan rontok misalnya lilin, zat pewarna, zat pengawet, dan ratusan lagi zat-zat kimia lain yang berbahaya bagi tubuh kita.
4. Buang air rebusan mi yang pertama. Air yang kekuningan (katanya: coba cek untuk pastinya Prof. Google) merupakan bahan kimia yang rontok.
5. Masukkan lagi ke dalam air dingin dan di rebus lagi untuk yang kedua kalinya. Dengan waktu dan tempat yang sama. Agar bahan kimianya semakin rontok. Aduk terus minya.
6. Angkat lalu tiriskan kemudian mi siap untuk dihidangkan.
Jika selesai, mi siap dihidangkan (kalau minya adalah mi goreng). Namun kalau minya adalah mi kuamoh, maka air yang kedua tak perlu dibuang, cukup itu saja. Atau untuk lebih amannya, mari masak lagi. eh, jangan lupa tambah sayur, telur, dll agar lebih enak.
Semoga bermanfaat, :)
Sumber :
http://bambang-gene.blogspot.com/2011/03/cara-memasak-mie-instant-yang-baik-dan.html#ixzz1pqIaZ9YS
http://images.detik.com/content/2010/10/11/294/miinstanctt.jpg
Permasalahannya adalah ada-ada saja orang yang meragukan makanan yang lezat, super murah, dan bergizi ini. Dengan alasan bahwa mengkomsumsinya mengakibatkan efek samping dan berbagai macam penyakit (selengkapnya, tanyakan kepada Prof. Google). Nah, untuk menghilangkan keraguan Saudara dan menghemat kantong Saudara, maka mari makan mi dengan cara yang sehat sebagai berikut:
1. Rebus air dalam panci sampai mendidih, ingat sampai mendidih (ini bukan telur setengah mendidih/matang).
2. Setelah mendidih, masukkan Mi (terserah mau mereknya apa).
3. Aduk-aduk mi ± 1,5 menit yang pertama
Setelah mi dimasukkan ke panci, maka aduk-aduklah mi selama ± 1,5 menit, agar bahan-bahan kimia yang ada dalam mi instan rontok misalnya lilin, zat pewarna, zat pengawet, dan ratusan lagi zat-zat kimia lain yang berbahaya bagi tubuh kita.
4. Buang air rebusan mi yang pertama. Air yang kekuningan (katanya: coba cek untuk pastinya Prof. Google) merupakan bahan kimia yang rontok.
5. Masukkan lagi ke dalam air dingin dan di rebus lagi untuk yang kedua kalinya. Dengan waktu dan tempat yang sama. Agar bahan kimianya semakin rontok. Aduk terus minya.
6. Angkat lalu tiriskan kemudian mi siap untuk dihidangkan.
Jika selesai, mi siap dihidangkan (kalau minya adalah mi goreng). Namun kalau minya adalah mi kuamoh, maka air yang kedua tak perlu dibuang, cukup itu saja. Atau untuk lebih amannya, mari masak lagi. eh, jangan lupa tambah sayur, telur, dll agar lebih enak.
Semoga bermanfaat, :)
Sumber :
http://bambang-gene.blogspot.com/2011/03/cara-memasak-mie-instant-yang-baik-dan.html#ixzz1pqIaZ9YS
http://images.detik.com/content/2010/10/11/294/miinstanctt.jpg
Thursday, March 22, 2012
Nikah dan Syarat-Syaratnya
Tag
Islam
Nikah secara bahasa berarti menghubungkan atau mengumpulkan antara dua hal. Nikah juga disebut akad atau ikatan. Adapun nikah secara istilah adalah akad yang diungkapkan dengan lafadz inkah (menikah) atau tazwij (kawin) secara umum. Perempuan yang dinikahi akan menjadi teman hidup bagi mempelai laki-laki.
Di dalam pernikahan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat tersebut berjumlah empat. Syarat yang pertama ialah adanya calon suami dan istri. Syarat ini adalah syarat yang paling utama. Tidak ada pernikahan tanpa ada pasangan. Apabila ada, pasti namanya bukan pernikahan.
Syarat yang kedua ialah keridhaan suami dan istri. Tidak boleh memaksa salah satu dari keduanya untuk menikah. Gadis atau janda harus dimintai izinnya. Karena ini bukan zaman Siti Nurbayah. Izin tersebut berupa sikap diam bagi gadis dan berupa perkataan bagi janda. Hal ini tidak disyaratkan bagi pasangan yang gila dan bisu.
Syarat yang ketiga ialah adanya wali. Wali di sini bukan berarti sekelompok pemuda yang menyanyikan lagi “Jodi (Jomblo Ditinggal Mati” di atas panggung. Namun wali di sini berarti pengasuh pengantin perempuan pada waktu menikah. Wali yang utama dan pertama ialah orang tua (ayah) dari pengantin perempuan tersebut. Wali yang paling terakhir ialah pemerintah. Wali bukan juga tukang becak yang diberi uang untuk dijadikan wali pernikahan.
Syarat yang terkhir ialah saksi. Saksi adalah orang yg dimintai hadir pada suatu peristiwa yang dianggap mengetahui kejadian tersebut agar pada suatu ketika, apabila diperlukan, dapat memberikan keterangan yg membenarkan bahwa peristiwa itu sungguh-sungguh terjadi. Tidak sah nikah bila tanpa dua orang saksi yang adil. Saksi tersebut adalah laki-laki dan sudah dewasa.
Demikianlah pembahasan mengenai pengertian menikah dan syarat-syaratnya. Semua syarat-syarat di atas harus terpenuhi agar pernikahan menjadi sah. Karena setiap syarat sangat erat kaitannya dengan syarat yang lain.
Sekadar Catatan dari Orang yang Ingin Menikah:
Lebih baik menikah dahulu kemudian pacaran, bukan sebaliknya. Karena pacaran setelah menikah jauh lebih nikmat rasanya, insya Allah. Adapun yang telah pacaran dihimbau untuk segera menikah sesuai tuntunan agama agar semuanya menjadi pahala bukan dosa. Wallahu A’lam.
Sumber pustaka:
As-sadlan, Shalih bin Ghanim dan Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid. 2009. Intisari Fiqih Islam. Surabaya: Elba.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr-zfPwwv8svwqOq24p-hhiZbh-5sNvAsbr2DFc6GeUXW9chyoncl49QMOb7tIw5h4soKL_YxlEcsNpXjtbDLEGY_Bs2BsYNMUuApzQk-8uUBrIrM2rQ68Kll0SqS6CYPayJBjZhPaOX4Y/s1600/cincin-kawin-cianjur2%5B1%5D.jpg
Di dalam pernikahan, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat tersebut berjumlah empat. Syarat yang pertama ialah adanya calon suami dan istri. Syarat ini adalah syarat yang paling utama. Tidak ada pernikahan tanpa ada pasangan. Apabila ada, pasti namanya bukan pernikahan.
Syarat yang kedua ialah keridhaan suami dan istri. Tidak boleh memaksa salah satu dari keduanya untuk menikah. Gadis atau janda harus dimintai izinnya. Karena ini bukan zaman Siti Nurbayah. Izin tersebut berupa sikap diam bagi gadis dan berupa perkataan bagi janda. Hal ini tidak disyaratkan bagi pasangan yang gila dan bisu.
Syarat yang ketiga ialah adanya wali. Wali di sini bukan berarti sekelompok pemuda yang menyanyikan lagi “Jodi (Jomblo Ditinggal Mati” di atas panggung. Namun wali di sini berarti pengasuh pengantin perempuan pada waktu menikah. Wali yang utama dan pertama ialah orang tua (ayah) dari pengantin perempuan tersebut. Wali yang paling terakhir ialah pemerintah. Wali bukan juga tukang becak yang diberi uang untuk dijadikan wali pernikahan.
Syarat yang terkhir ialah saksi. Saksi adalah orang yg dimintai hadir pada suatu peristiwa yang dianggap mengetahui kejadian tersebut agar pada suatu ketika, apabila diperlukan, dapat memberikan keterangan yg membenarkan bahwa peristiwa itu sungguh-sungguh terjadi. Tidak sah nikah bila tanpa dua orang saksi yang adil. Saksi tersebut adalah laki-laki dan sudah dewasa.
Demikianlah pembahasan mengenai pengertian menikah dan syarat-syaratnya. Semua syarat-syarat di atas harus terpenuhi agar pernikahan menjadi sah. Karena setiap syarat sangat erat kaitannya dengan syarat yang lain.
Sekadar Catatan dari Orang yang Ingin Menikah:
Lebih baik menikah dahulu kemudian pacaran, bukan sebaliknya. Karena pacaran setelah menikah jauh lebih nikmat rasanya, insya Allah. Adapun yang telah pacaran dihimbau untuk segera menikah sesuai tuntunan agama agar semuanya menjadi pahala bukan dosa. Wallahu A’lam.
Sumber pustaka:
As-sadlan, Shalih bin Ghanim dan Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid. 2009. Intisari Fiqih Islam. Surabaya: Elba.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhr-zfPwwv8svwqOq24p-hhiZbh-5sNvAsbr2DFc6GeUXW9chyoncl49QMOb7tIw5h4soKL_YxlEcsNpXjtbDLEGY_Bs2BsYNMUuApzQk-8uUBrIrM2rQ68Kll0SqS6CYPayJBjZhPaOX4Y/s1600/cincin-kawin-cianjur2%5B1%5D.jpg
Aku dan Tubuhku di antara Neraka
Tag
puisi
Aku bertanya pada mataku,
“Wahai Mata, maukah engkau masuk neraka?”
Ia menjawab, “Tidak tuanku!”
“Maka jagalah setiap pandanganmu!” Balasku.
Lalu, aku bertanya pada lidahku,
“Wahai Lidah, maukah engkau masuk neraka?”
Ia menjawab, “Tidak tuanku!”
“Maka jagalah setiap lisanmu!” Balasku.
Kemudian aku bertanya pada telingaku,
“Wahai Telinga, maukah engkau masuk neraka?”
Ia menjawab, “Tidak tuanku!”
“Maka jagalah setiap pendengaranmu!” Balasku.
Setelah itu, aku bertanya pada kulitku,
“Wahai Kulit, maukah engkau masuk neraka?”
Ia menjawab, “Tidak tuanku!”
“Maka jagalah setiap sentuhanmu!” Balasku
.
Aku pun bertanya pada yang lain dan jawabannya semuanya sama, mereka semua berkata, “Tidak tuanku!”
Karena baik diriku dan setiap jengkal dari tubuhku, semua akan dimintai pertanggungjawaban!!!
18 Maret 2012
Segelas minuman hangat bernama “INTROSPEKSI”
“Wahai Mata, maukah engkau masuk neraka?”
Ia menjawab, “Tidak tuanku!”
“Maka jagalah setiap pandanganmu!” Balasku.
Lalu, aku bertanya pada lidahku,
“Wahai Lidah, maukah engkau masuk neraka?”
Ia menjawab, “Tidak tuanku!”
“Maka jagalah setiap lisanmu!” Balasku.
Kemudian aku bertanya pada telingaku,
“Wahai Telinga, maukah engkau masuk neraka?”
Ia menjawab, “Tidak tuanku!”
“Maka jagalah setiap pendengaranmu!” Balasku.
Setelah itu, aku bertanya pada kulitku,
“Wahai Kulit, maukah engkau masuk neraka?”
Ia menjawab, “Tidak tuanku!”
“Maka jagalah setiap sentuhanmu!” Balasku
.
Aku pun bertanya pada yang lain dan jawabannya semuanya sama, mereka semua berkata, “Tidak tuanku!”
Karena baik diriku dan setiap jengkal dari tubuhku, semua akan dimintai pertanggungjawaban!!!
18 Maret 2012
Segelas minuman hangat bernama “INTROSPEKSI”
Friday, March 16, 2012
Membaca Kisah Hidup Generasi Salaf Sebagai Solusi Meningkatkan Motivasi Belajar
Tag
Kisah dan Cerita
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu dan pengetahuan agama Islam merupakan kebutuhan primer bagi setiap muslim. Ilmu dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh dengan belajar. Oleh karena itu, memelajarinya merupakan suatu kewajiban bagi setiap Islam agar dapat dijadikan tuntunan dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya, ilmu dan pengetahuan yang diperoleh mendekatkan diri pada Allah Swt sebagai Tuhan yang menciptakan ilmu dan pengetahuan itu sendiri. Sehubungan dengan itu, At-tsauri dalam Al-Muhaimid (2006: 194) berkata bahwa tidaklah seseorang mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada ilmu yang bisa meningkatkan rasa butuhnya kepada Allah. Oleh karena itu, dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh akan dimanfaatkan untuk mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Katsir dalam Al-Muhaimid (2006: 200) mengatakan bahwa ilmu tidak akan datang dengan tubuh yang santai. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa memelajari agama Islam membutuhkan kesabaran dan keikhlasan. Memelajarinya juga membutuhkan pengorbanan yang besar karena memang ilmu itu mahal harganya. Di samping itu, guru yang baik juga merupakan salah satu faktor agar ilmu dapat tersalurkan dengan baik pula. Al-Utsaimin (2005: 10) menambahkan bahwa ketika ilmu sudah dipelajari, maka hal selanjutnya yang harus dilakukan ialah mengamalkan, mendakwahkannya, dan bersabar terhadap gangguan di dalamnya.
Kurangnya semangat dan motivasi untuk memelajarinya merupakan sekian penyebab mengapa ilmu agama tersingkirkan. Dampaknya, dominan orang-orang tidak lagi menggunakan ilmu agama sebagai alat ukur untuk menyelesaikan masalah di dunia ini. Yang terjadi ialah umat Islam di zaman sekarang sedang mengalami kelemahan daan perpecahan yang menjadikannya berada di belakang rombongan perjalanan umat-umat kafir (Al-Hilali, 2009: 8).
Basyier (2011) menjelaskan bahwa mudarat yang lebih besar ketika tidak memelajari agama ini dan mengaplikasikannya ialah suatu negeri menjadi begitu rapuh karena elemen masyarakatnya tidak saling percaya, tidak saling menghormati, dan tidak saling mendukung untuk membangun. Negeri tersebut akan semakin rapuh karena rakyat dan pemimpinnya tidak bahu membahu. Belia manambahkan bahwa negeri itu seolah dililit benang kusut krisis yang tidak diketahui di mana ujung akhirnya.
Pendidikan agama Islam memang telah diajarkan di bangku sekolah, namun hasilnya sangat jauh dari yang diharapkan. Apatah lagi, para pembelajar lebih gemar memelajari ilmu eksak maupun bahasa asing tinimbang memelajari ilmu agama Islam. Hal itu karena pembelajaran agama Islam tidak diselingi oleh kisah-kisah para salaf.
Secara bahasa salaf berarti sesuatu atau orang-orang terdahulu. Generasi salaf ialah generasi emas orang-orang terdahulu. Al-Muhaimid (2006: 45) mengatakan bahwa kisah-kisah mereka di dalamnya terdapat penyucian karakter, pelembutan jiwa, pemantapan iman, dan pemandangan nyata mengenai komitmen terhadap agama. dan boleh dikatakan sejarah hidup mereka adalah figur yang bisa dijadikan sebagai contoh atau teladan dalam segala hal. Membicarakan kehidupan generasi seperti mereka akan menghidupkan hati dan membangkitkan semangat.
Sehubungan dengan hal di atas maka sangat penting jika masalah ini dijadikan karya tulis ilmiah. “Membaca Kisah Hidup Generasi Salaf Sebagai Solusi Meningkatkan Motivasi Belajar” merupakan judul yang penulis angkat sebagai karya tulis yang menawarkan metode baru yang lebih mutakhir untuk memecahkan masalah tersebut.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan karya tulis ini adalah untuk mengetahui cara menigkatkan motivasi belajar agama Islam dengan membaca sejarah hidup generasi salaf.
Manfaat yang Ingin Dicapai
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam gagasan ini yaitu:
1. Bagi pembelajar agama Islam, karya tulis ini dapat dijadikan tambahan metode baru dalam meningkatkan motivasi belajar.
2. Menjadi masukan bagi pemerintah untuk dapat dijadikan tambahan metode dalam meningkatkan motivasi belajar agama Islam dengan mensosialisasikannya ke masyarakat.
3. Bagi umat Islam, karya tulis ini dapat dijadikan solusi untuk terus bersemangat memelajari agama Islam.
Kajian Teoritis
Pengertian Motivasi
Motivasi menurut Sahabuddin dalam Annisa (2011: 6) berasal dari kata motus, movere = tc move yang didefinisikan oleh ahli-ahli psikologi sebagai gejala yang meliputi dorongan dan perilaku mencari tujuan pribadi; kecendrungan untuk melakukan kegiatan yang berawal dengan stimulus atau dorongan yang kuat. Sehubungan dengan itu, pengertian motivasi dalam KBBIofline (Kamus Besar Bahasa Indonesia ofline, 2010) ialah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Pengertian lainnya yaitu usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Fungsi motivasi ada bermacam-mcam, diantaranya:
1. Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Para siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan dgn siswa yang motivasi rendah. Hal ini dapat dipahami, karena siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun belajar dan terus belajar secara kontinu tanpa mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat menganggu kegiatan belajar yang dilakukan (Annisa, 2011: 6)
2. Motivasi sebagai daya penggerak. Motivasi mempunyai daya penggerak yang besar biasanya ialah motivasi intrinsik. Motivasi yang sehat perlu ditumbuhkan secara integral di dalam dunia belajar, yang di ambil dari dalam suatu sistem nilai lingkungan hidup pelajar dan ditujukan pada penjelasan tugas-tugas dari pelajar itu (Salam (2004: 7).
Melihat dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang kuat dalam diri pribadi seseorang untuk melakukan tindakan tertentu agar tujuannya tercapai.
Pengertian Belajar
Ajar merupakan kata dasar dari belajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Jadi belajar berarti berusaha memeroleh kepandaian atau ilmu; berlatih; berupa tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBIofline, 2010).
Salam (2004: 3) mengatakan “Para pedagog dan psikolog berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku. Prilaku mengundang arti yang sangat luas meliputi pengetahuan kemampuan berpikir, skill/keterampilan, penghargaan terhadap sesuatu sikap, minat, dan semacamnya.” Salam menambahkan bahwa belajar adalah mengalami. Dengan mengalami pelajaran menghayati sesuatu aktual yang akan menimbulkan respons tertentu antara lain: perubahan tingkah laku, sistem nilai perubahan konsep-konsep (pengertian) dan kekayaan informasi (pengajaran) (Salam, 2004: 8.).
Belajar adalah suatu usaha perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak, dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat, dsb. (Dalyono dalam Musyaraffah, dkk., 2008). Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan (Syah dalam Musyaraffah, dkk., 2008). Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memeroleh ilmu dan berlatih melalui pengalaman.
Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan faktor inner (batin) yang berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan pelajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesakn belajarnya (Dalyono Musyaraffah, dkk., 2008).
Sahabuddin (2007 ) mengatakan:
“Motif belajar adalah sesuatu yang mendorong individu untuk berprilaku yang langsung menyebabkan munculnya prilaku. Tanpa motif seseorang tak dapat belajar, karena dengan hal tersebut dapat memberi semangat dan arah dalam belajar. Karena motif merupakan keinginan yang akan dipenuhi/ dipuaskan, maka ia timbul bila ada ransangan, baaik karena adanya kebutuhan (needs), maupun adanya minat (interest) terhadap sesuatu.”
Menurut Sahabuddin (2007: 141) motivasi dikatakan berperan dalam belajar karena motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau tidaknya kegiatan peserta didik. Belajar tanpa motivasi akan sulit mencapai hasil yang optimal.
b. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri peserta didik.
c. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinanaan disiplin kelas, masalah disiplin kelas dapat timbul karena kegagalan dalam pergerakan motivasi belajar.
Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karaktrer tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Sahabuddin dalam Annisa (2011: 7). Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan kuat dalam diri seseorang untuk memeroleh ilmu dan berlatih melalui pengalaman.
Pengertian Agama Islam
Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusi serta lingkungannya (KBBIofline, 2010). Islam sendiri berarti agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw berpedoman kepada kitab Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Utsaimin (2005, 106-107) Agama Islam ialah penyerahan diri kepada Allah dengan bertauhid, ketundukan kepada-Nya dengan menaatinya, dan pembebasan diri dari syirik dan orang-orang musyrik. Dapat disimpulkan bahwa Agama Islam adalah agama yang memercayai satu Tuhan bernama Allah dan kitab pegangannya ialah Alquran serta nabi pembawanya ialah Nabi Muhammad saw.
Pengertian Membaca
Membaca diambil dari kata dasar baca. Baca atau pun membaca sama-sama berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati); mengaja atau melafalkan apa yang tertulis; mengucapkan; mengetahui; memperhitungkan; memahami (KBBIofline, 2010). Tarigan sendiri mengemukakan pendapat bahwa membaca adalah proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan (Tarigan, 1985).
Ahuja dan Ahuja (2010: 5) mengatakan:
“Membaca adalah sebuah karya cita masyarakat. Orang menulis, pertama-tama, ketika mereka merasa perlu mengkomunikasikan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang lebih permanen daripada bentuk tuturan atau ujaran. Kemudian, secara serempak, mereka merasakan kebutuhan untuk menginterpretasikan simbol-simbol tertulis melalui sebuah proses yang kemudian disebut membaca.”
Melihat beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah aktivitas yang dilakukan untuk melihat dan memahami pesan yang disampaikan oleh penulis dalam tulisannya.
Pengertian Generasi Salaf
Salaf secara bahasa (KBBIofline, 2010) berarti sesuatu atau orang terdahulu. Ada pun salaf saleh adalah ulama-ulama terdahulu yang saleh. Sejalan dengan pengertian tersebut, salaf berarti generasi pertama dari kalangan sahabat Nabi Muhammad saw. dan tabiin (generai setelah sahabat) yang berada di atas fitrah yang selamat dan bersih dengan wahyu Allah (Wikipedia).
Al-Muhaimid dalam bukunya (2006: 44) mengatakan bahwa kehidupan generasi salaf mengandung banyak sekali pelajaran yang berharga, petuah yang baik, petunjuk dan cahaya, kemenangan dan keberuntungan, kebahagiaan dan kesuksesan. Di dalamnya terdapat penyucian karakter, pelembutan jiwa, pemantapan iman, dan pemandangan nyata mengenai komitmen terhadap agama. Dapat dikatakan bahwa sejarah hidup generasi salaf adalah figur yang bisa dijadikan sebagai contoh dan tauladan dalam segala hal.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Basya (2011) bahwa generasi salaf adalah generasi yang menghadirkan kisah-kisah yang luar biasa, kisah-kisah yang sangat menakjubkan yang belum tertandingi hingga hari ini. Basya menambahkan bahwa dengan membaca sejara generasi salaf tidak hanya mendapat segala keyakinan dan perangai yang layak untuk diteladani, namun juga mendapatkan ilmu fikih. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa generasi salaf adalah generasi orang-orang terdahulu yang mempunyai kisah-kisah luar biasa yang patut dijadikan inspirasi dan pelajaran.
GAGASAN
Kondisi Kekinian Pendidikan Agama Islam
Ilmu agama Islam yang sejatinya menjadi penuntun bagi umat Islam dalam mejalankan roda kehidupan sehari-sehari perlahan-perlahan mulai tersingkirkan dan terlupakan. Padahal, ilmu tersebut mengajarkan bagaimana membedakan suatu perkara yang baik dan yang buruk. Akibatnya, orang tidak memelajarinya akan tenggelam dalam keragu-raguan dan bingung memilih antara perkara yang baik dan perkara yang buruk tersebut.
Ilmu agama Islam sekarang menjadi pembelajaran pada nomor kesekian bagi umat Islam. Mempelajarinya hanya sekadar formalitas saja. Mengapa demikian? Karena umat Islam sekarang lebih senang memelajari ilmu dunia sembari mempersiapkan dunianya agar lebih baik lagi ke depannya. Namun, mereka lupa mempersiapkan kematiaannya karena saking sibuknya dalam mempersiapkan dunianya.
Akhirnya apa yang terjadi ketika tidak memelajari dan meninggalkan pelajaran yang sangat penting bagi dunia dan akhirat ini ialah suatu kehancuran. Realitas kehidupan dunia sekarang sungguh jauh dari idealitas dalam agama Islam. Umat Islam begitu rapuh sehingga mudah diadu domba. Setiap elemennya tak lagi saling percaya dan saling menghormati. Antara pemimpin dan rakyat seakan tidak ada lagi kepercayaan dan sangat jauh kesenjangannya.
Ilmu agama ini mengajarkan bagaimana berpakaian dengan baik. Namun realitasnya terjadi pameran aurat di mana-mana yang dilakukan oleh umat Islam. Agama ini mengajarkan bagaimana memimpin rakyat dan bagaimana menasihati pemimpin. Namun realitas yang terjadi ialah pemimpin memikirkan diri sendiri dan citra pribadi sedangkan rakyat meneriakkan hinaan bagi pemimpinnya. Masih banyak yang terjadi apabila tidak memelajari agama ini.
Kurangnya kepedulian memelajari agama ini juga dipengaruhi oleh metode belajar yang dikembangkan guru pengampuh mata pelajaran agama. Itu terbukti dari pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari para pembelajarnya, sangat jauh dari teori yang diajarkan. Dan yang paling berpengaruh terhadap rendahnya kemauan untuk memelajari agama Islam ialah kurangnya motivasi. Kekurangan motivasi dalam memelajari agama Islam ialah kurangnya dorongan dari dalam diri pribadi untuk memelajari agama yan mulia ini. Untuk itu dibutuhkan suatu pemicu agar motivasi itu dan kembali lagi bahkan meninggi utntuk memelajari agama ini.
Solusi yang Pernah Ditawarkan Sebelumnya
Banyak solusi yang pernah ditawarkan dari berbagai pihak untuk meningkatkan pendidikan agama Islam. Metode tersebut seperti metode “Jigsaw” (Anonim, 2011), memberikan jam tambahan pelajaran, memberikan ganjaran yang berupa pujian dan hadia, mengadakan persaingan atau kompetisi, memberikan ulangan, serta memberikan hukuman yang bersifat mendidik (Anonim, 2011). Namun hasil dari solusi-solusi tersebut tampak kurang memuaskan dan hanya bersifat sementara.
Gagasan Baru yang Ditawarkan
Terdapat suatu cara yang dapat dilakukan agar semua hal di atas dapat diperbaiki dan kembali membuat umat Islam termotivasi lagi memelajari agamanya. Umat Islam harus belajar banyak kepada generasi salaf, generasi emas orang-orang terdahulu. Kisah-kisah mereka yang sudah banyak dituliskan merupakan kisah yang penuh inspirasi, menghidupkan hati, membangkitkan semangat, dan sebagai referensi utama dalam menjalankan kehidupan dunia ini. Karena memang pengalaman adalah guru yang paling baik. Apatah lagi, pengalaman-pengalaman itu diperoleh dari generasi salaf yang merupakan teladan yang paling baik. Oleh karena itu, membaca sejarah hidup generasi salaf dapat menjadi solusi yang jitu untuk meningkatkan motivasi belajar agama Islam
Membaca sejarah hidup generasi salaf merupakan jalan yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar agama Islam. Di dalamnya terdapat kisah-kisah orang-orang terdahulu yang memberikan semangat bagi jiwa yang lelah. Kisah-kisah yang membuat para pembacanya ingin menjalankan syariat agama dengan benar untuk mencapai janahnya. Mereka adalah generasi yang paling dekat dengan kehidupan Rasulullah saw orang yang paling mulia yang pernah lahir di dunia ini. Mereka adalah teladan-teladan yang baik dalam mengarungi hidup ini.
Kehidupan para ulama salaf merupakan taman yang menumbuhkan begitu banyak hikma, petunjuk, pelajaran, dan cahaya. Mereka adalah orang-orang yang tak pernah lelah memelajari agama ini. Mereka adalah orang-orang yang tak pernah bosan untuk mengamalkan ilmunya. Mereka adalah orang yang tak pernah letih dalam mendakwahkan agama ini. Dan mereka adalah orang-orang yang selalu bersabar di atas jalan Allah. Sungguh pantas, kehidupan para generasi salaf dijadikan anutan agar umat Islam tak pernah berhenti dan lelah untuk memelajari agama mereka, agama Islam.
Pihak-pihak yang Mengimplementasikan dan Penerapannya
Metode membaca sejarah generasi salaf ini dapat digunakan oleh guru pada saat ia dalam proses mengajar. Ketika para siswa sudah jenuh dalam memelajari teori-teori agama Islam, maka guru dapat mengambil inisiatif untuk membacakan kisah sejarah kehidupan para salaf agar dapat membangkitkan gairah mereka untuk kembali belajar agama. Metode ini juga sangat efektif digunakan untuk pejuang dakwah yang sedang lelah dalam menyuruh kepada kebaikan seta mencegah kepada kemungkaran. Apabila mereka membaca sejarah kehidupan para salaf, maka semangat mereka akan kembali penuh karena mereka mengingat kembali tujuan mereka berdakwah yaitu wajah Allah dan kebahagiaan abadi.
Kisah-kisah para generasi salaf juga dapat dibawakan pada saat khotbah Jumat, ceramah, kultum, atau pun dijadikan bahan untuk memerikan nasihat bagi orang yang membutuhkannya. Metode membaca sejarah hidup generasi salaf juga dapat digunakan untuk umat Islam pada umumnya. Umat yang selalu merindukan wajah Allah dan surga-Nya yang begitu indah dan abadi. Kisah-kisah para salaf merupakan cara yang paling baik untuk mengingatkan alasan kita hidup di dunia ini. bahwasanya para salaf hanya mengganggap dunia ini adalah sekadar tempat berteduh sementara untuk pulang ke kampung halaman yang sesunggunya yaitu surga. Dan umat Islam seluruhnya pun harus melakukan hal yang sama terhadap apa yang dilakukan oleh para salaf.
KESIMPULAN
Inti Gagasan
Membaca kisah hidup genarasi salaf merupakan metode yang jitu dan baik untuk meningkatkan motivasi belajar agama Islam. Dengan membaca kisah mereka, maka pembacanya dapat belajar dari pengalaman-pengalaman mereka serta mengambil pelajaran di dalamnya. Karena di dalam kisah mereka terdapat banyak hikma, petunjuk, dan teladan yang baik.
Teknik Implementasi Gagasan
Metode membaca sejarah hidup generasi salaf dapat diaplikasikan kepada pembelajar agama Islam di sekolah, pejuang dakwah yang lelah dalam mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, dan umat Islam pada umumnya. Kisah-kisah para generasi salaf juga dapat dibawakan pada saat khotbah Jumat, ceramah, kultum, atau pun dijadikan bahan untuk memerikan nasihat bagi orang yang membutuhkannya.
Prediksi Keberhasilan Gagasan
Sehubungan dengan itu, motivasi belajar agama Islam akan meningkat apabila metode ini terus diterapkan dibandingkan dengan metode-metode sebelumnya. Cara atau pun metode ini memberikan semangat yang baru untuk belajar agama Islam ketika menerapkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, Pramila dan G.C. Ahuja. 2010. Membaca Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Kiblat.
Al-Hilali, Syaikh Salim bin ‘Ied. 2009. Umat Islam Dikepung dari Segala Penjuru. Bogor: Pustaka Darul Ilmi.
Al-Muhaimid, Shalih bin Abdul Aziz. 2006. 1000 Hikmah Ulama Salaf. Surabaya: Elba
Al-Ustsaimin, Muhammad bin Sholih. 2005. Syarah Tsalatsatul Ushul: Mengenal Alloh, Rosul dan Dinul Islam. Surakarta: Alqowam.
Annnisa, azizah mujahidah. 2011. Pembelajaran Berbasis E-Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa. Makassar: tidak diterbitkan).
Anonim. 2011. Aplikasi Metode Jigsaw Guna Meningkatkan Motivasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (http://www.lib4online.com/2011/05/aplikasi metode;jigsaw guna.html?m=1, diakses tanggal 7 Maret 2012).
Anonim. 2011. Upaya Guru Pendidikan agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. (http://contohmakalahs.blogspot.com/2011/10/upaya-guru-pendidikan agama-agama-Islam-dalam.html?m1, diakses tanggal 7 Maret 2012).
Anonim. 2012. Salaf. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Salaf. Diakses tanggal 3 Februari 2012
Basya, Abdurrahman Ra’faat. 2011. Tabi’in. Solo: At-Tibyan.
Basyier, Abu Umar. 2011. Indonesia Negeri Para Pendengki. Surabaya: Shafa Republika.
Musyaraffah, dkk. 2008. Studi Tingkat Motivasi Belajar Siswa Kelas III Sman 1 Galesong Utara Setelah Penambahan Mata Pelajaran Ujian Nasional (Un). Makassar: (tidak diterbitkan).
Pusat Bahasa. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline.
Salam. 2004. Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Latar Belakang
Ilmu dan pengetahuan agama Islam merupakan kebutuhan primer bagi setiap muslim. Ilmu dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh dengan belajar. Oleh karena itu, memelajarinya merupakan suatu kewajiban bagi setiap Islam agar dapat dijadikan tuntunan dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya, ilmu dan pengetahuan yang diperoleh mendekatkan diri pada Allah Swt sebagai Tuhan yang menciptakan ilmu dan pengetahuan itu sendiri. Sehubungan dengan itu, At-tsauri dalam Al-Muhaimid (2006: 194) berkata bahwa tidaklah seseorang mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada ilmu yang bisa meningkatkan rasa butuhnya kepada Allah. Oleh karena itu, dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh akan dimanfaatkan untuk mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Katsir dalam Al-Muhaimid (2006: 200) mengatakan bahwa ilmu tidak akan datang dengan tubuh yang santai. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa memelajari agama Islam membutuhkan kesabaran dan keikhlasan. Memelajarinya juga membutuhkan pengorbanan yang besar karena memang ilmu itu mahal harganya. Di samping itu, guru yang baik juga merupakan salah satu faktor agar ilmu dapat tersalurkan dengan baik pula. Al-Utsaimin (2005: 10) menambahkan bahwa ketika ilmu sudah dipelajari, maka hal selanjutnya yang harus dilakukan ialah mengamalkan, mendakwahkannya, dan bersabar terhadap gangguan di dalamnya.
Kurangnya semangat dan motivasi untuk memelajarinya merupakan sekian penyebab mengapa ilmu agama tersingkirkan. Dampaknya, dominan orang-orang tidak lagi menggunakan ilmu agama sebagai alat ukur untuk menyelesaikan masalah di dunia ini. Yang terjadi ialah umat Islam di zaman sekarang sedang mengalami kelemahan daan perpecahan yang menjadikannya berada di belakang rombongan perjalanan umat-umat kafir (Al-Hilali, 2009: 8).
Basyier (2011) menjelaskan bahwa mudarat yang lebih besar ketika tidak memelajari agama ini dan mengaplikasikannya ialah suatu negeri menjadi begitu rapuh karena elemen masyarakatnya tidak saling percaya, tidak saling menghormati, dan tidak saling mendukung untuk membangun. Negeri tersebut akan semakin rapuh karena rakyat dan pemimpinnya tidak bahu membahu. Belia manambahkan bahwa negeri itu seolah dililit benang kusut krisis yang tidak diketahui di mana ujung akhirnya.
Pendidikan agama Islam memang telah diajarkan di bangku sekolah, namun hasilnya sangat jauh dari yang diharapkan. Apatah lagi, para pembelajar lebih gemar memelajari ilmu eksak maupun bahasa asing tinimbang memelajari ilmu agama Islam. Hal itu karena pembelajaran agama Islam tidak diselingi oleh kisah-kisah para salaf.
Secara bahasa salaf berarti sesuatu atau orang-orang terdahulu. Generasi salaf ialah generasi emas orang-orang terdahulu. Al-Muhaimid (2006: 45) mengatakan bahwa kisah-kisah mereka di dalamnya terdapat penyucian karakter, pelembutan jiwa, pemantapan iman, dan pemandangan nyata mengenai komitmen terhadap agama. dan boleh dikatakan sejarah hidup mereka adalah figur yang bisa dijadikan sebagai contoh atau teladan dalam segala hal. Membicarakan kehidupan generasi seperti mereka akan menghidupkan hati dan membangkitkan semangat.
Sehubungan dengan hal di atas maka sangat penting jika masalah ini dijadikan karya tulis ilmiah. “Membaca Kisah Hidup Generasi Salaf Sebagai Solusi Meningkatkan Motivasi Belajar” merupakan judul yang penulis angkat sebagai karya tulis yang menawarkan metode baru yang lebih mutakhir untuk memecahkan masalah tersebut.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan karya tulis ini adalah untuk mengetahui cara menigkatkan motivasi belajar agama Islam dengan membaca sejarah hidup generasi salaf.
Manfaat yang Ingin Dicapai
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam gagasan ini yaitu:
1. Bagi pembelajar agama Islam, karya tulis ini dapat dijadikan tambahan metode baru dalam meningkatkan motivasi belajar.
2. Menjadi masukan bagi pemerintah untuk dapat dijadikan tambahan metode dalam meningkatkan motivasi belajar agama Islam dengan mensosialisasikannya ke masyarakat.
3. Bagi umat Islam, karya tulis ini dapat dijadikan solusi untuk terus bersemangat memelajari agama Islam.
Kajian Teoritis
Pengertian Motivasi
Motivasi menurut Sahabuddin dalam Annisa (2011: 6) berasal dari kata motus, movere = tc move yang didefinisikan oleh ahli-ahli psikologi sebagai gejala yang meliputi dorongan dan perilaku mencari tujuan pribadi; kecendrungan untuk melakukan kegiatan yang berawal dengan stimulus atau dorongan yang kuat. Sehubungan dengan itu, pengertian motivasi dalam KBBIofline (Kamus Besar Bahasa Indonesia ofline, 2010) ialah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Pengertian lainnya yaitu usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Fungsi motivasi ada bermacam-mcam, diantaranya:
1. Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Para siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan dgn siswa yang motivasi rendah. Hal ini dapat dipahami, karena siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun belajar dan terus belajar secara kontinu tanpa mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat menganggu kegiatan belajar yang dilakukan (Annisa, 2011: 6)
2. Motivasi sebagai daya penggerak. Motivasi mempunyai daya penggerak yang besar biasanya ialah motivasi intrinsik. Motivasi yang sehat perlu ditumbuhkan secara integral di dalam dunia belajar, yang di ambil dari dalam suatu sistem nilai lingkungan hidup pelajar dan ditujukan pada penjelasan tugas-tugas dari pelajar itu (Salam (2004: 7).
Melihat dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang kuat dalam diri pribadi seseorang untuk melakukan tindakan tertentu agar tujuannya tercapai.
Pengertian Belajar
Ajar merupakan kata dasar dari belajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Jadi belajar berarti berusaha memeroleh kepandaian atau ilmu; berlatih; berupa tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBIofline, 2010).
Salam (2004: 3) mengatakan “Para pedagog dan psikolog berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku. Prilaku mengundang arti yang sangat luas meliputi pengetahuan kemampuan berpikir, skill/keterampilan, penghargaan terhadap sesuatu sikap, minat, dan semacamnya.” Salam menambahkan bahwa belajar adalah mengalami. Dengan mengalami pelajaran menghayati sesuatu aktual yang akan menimbulkan respons tertentu antara lain: perubahan tingkah laku, sistem nilai perubahan konsep-konsep (pengertian) dan kekayaan informasi (pengajaran) (Salam, 2004: 8.).
Belajar adalah suatu usaha perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak, dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat, dsb. (Dalyono dalam Musyaraffah, dkk., 2008). Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan (Syah dalam Musyaraffah, dkk., 2008). Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memeroleh ilmu dan berlatih melalui pengalaman.
Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan faktor inner (batin) yang berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan pelajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesakn belajarnya (Dalyono Musyaraffah, dkk., 2008).
Sahabuddin (2007 ) mengatakan:
“Motif belajar adalah sesuatu yang mendorong individu untuk berprilaku yang langsung menyebabkan munculnya prilaku. Tanpa motif seseorang tak dapat belajar, karena dengan hal tersebut dapat memberi semangat dan arah dalam belajar. Karena motif merupakan keinginan yang akan dipenuhi/ dipuaskan, maka ia timbul bila ada ransangan, baaik karena adanya kebutuhan (needs), maupun adanya minat (interest) terhadap sesuatu.”
Menurut Sahabuddin (2007: 141) motivasi dikatakan berperan dalam belajar karena motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau tidaknya kegiatan peserta didik. Belajar tanpa motivasi akan sulit mencapai hasil yang optimal.
b. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri peserta didik.
c. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinanaan disiplin kelas, masalah disiplin kelas dapat timbul karena kegagalan dalam pergerakan motivasi belajar.
Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karaktrer tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Sahabuddin dalam Annisa (2011: 7). Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan kuat dalam diri seseorang untuk memeroleh ilmu dan berlatih melalui pengalaman.
Pengertian Agama Islam
Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusi serta lingkungannya (KBBIofline, 2010). Islam sendiri berarti agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw berpedoman kepada kitab Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Utsaimin (2005, 106-107) Agama Islam ialah penyerahan diri kepada Allah dengan bertauhid, ketundukan kepada-Nya dengan menaatinya, dan pembebasan diri dari syirik dan orang-orang musyrik. Dapat disimpulkan bahwa Agama Islam adalah agama yang memercayai satu Tuhan bernama Allah dan kitab pegangannya ialah Alquran serta nabi pembawanya ialah Nabi Muhammad saw.
Pengertian Membaca
Membaca diambil dari kata dasar baca. Baca atau pun membaca sama-sama berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati); mengaja atau melafalkan apa yang tertulis; mengucapkan; mengetahui; memperhitungkan; memahami (KBBIofline, 2010). Tarigan sendiri mengemukakan pendapat bahwa membaca adalah proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan (Tarigan, 1985).
Ahuja dan Ahuja (2010: 5) mengatakan:
“Membaca adalah sebuah karya cita masyarakat. Orang menulis, pertama-tama, ketika mereka merasa perlu mengkomunikasikan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang lebih permanen daripada bentuk tuturan atau ujaran. Kemudian, secara serempak, mereka merasakan kebutuhan untuk menginterpretasikan simbol-simbol tertulis melalui sebuah proses yang kemudian disebut membaca.”
Melihat beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah aktivitas yang dilakukan untuk melihat dan memahami pesan yang disampaikan oleh penulis dalam tulisannya.
Pengertian Generasi Salaf
Salaf secara bahasa (KBBIofline, 2010) berarti sesuatu atau orang terdahulu. Ada pun salaf saleh adalah ulama-ulama terdahulu yang saleh. Sejalan dengan pengertian tersebut, salaf berarti generasi pertama dari kalangan sahabat Nabi Muhammad saw. dan tabiin (generai setelah sahabat) yang berada di atas fitrah yang selamat dan bersih dengan wahyu Allah (Wikipedia).
Al-Muhaimid dalam bukunya (2006: 44) mengatakan bahwa kehidupan generasi salaf mengandung banyak sekali pelajaran yang berharga, petuah yang baik, petunjuk dan cahaya, kemenangan dan keberuntungan, kebahagiaan dan kesuksesan. Di dalamnya terdapat penyucian karakter, pelembutan jiwa, pemantapan iman, dan pemandangan nyata mengenai komitmen terhadap agama. Dapat dikatakan bahwa sejarah hidup generasi salaf adalah figur yang bisa dijadikan sebagai contoh dan tauladan dalam segala hal.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Basya (2011) bahwa generasi salaf adalah generasi yang menghadirkan kisah-kisah yang luar biasa, kisah-kisah yang sangat menakjubkan yang belum tertandingi hingga hari ini. Basya menambahkan bahwa dengan membaca sejara generasi salaf tidak hanya mendapat segala keyakinan dan perangai yang layak untuk diteladani, namun juga mendapatkan ilmu fikih. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa generasi salaf adalah generasi orang-orang terdahulu yang mempunyai kisah-kisah luar biasa yang patut dijadikan inspirasi dan pelajaran.
GAGASAN
Kondisi Kekinian Pendidikan Agama Islam
Ilmu agama Islam yang sejatinya menjadi penuntun bagi umat Islam dalam mejalankan roda kehidupan sehari-sehari perlahan-perlahan mulai tersingkirkan dan terlupakan. Padahal, ilmu tersebut mengajarkan bagaimana membedakan suatu perkara yang baik dan yang buruk. Akibatnya, orang tidak memelajarinya akan tenggelam dalam keragu-raguan dan bingung memilih antara perkara yang baik dan perkara yang buruk tersebut.
Ilmu agama Islam sekarang menjadi pembelajaran pada nomor kesekian bagi umat Islam. Mempelajarinya hanya sekadar formalitas saja. Mengapa demikian? Karena umat Islam sekarang lebih senang memelajari ilmu dunia sembari mempersiapkan dunianya agar lebih baik lagi ke depannya. Namun, mereka lupa mempersiapkan kematiaannya karena saking sibuknya dalam mempersiapkan dunianya.
Akhirnya apa yang terjadi ketika tidak memelajari dan meninggalkan pelajaran yang sangat penting bagi dunia dan akhirat ini ialah suatu kehancuran. Realitas kehidupan dunia sekarang sungguh jauh dari idealitas dalam agama Islam. Umat Islam begitu rapuh sehingga mudah diadu domba. Setiap elemennya tak lagi saling percaya dan saling menghormati. Antara pemimpin dan rakyat seakan tidak ada lagi kepercayaan dan sangat jauh kesenjangannya.
Ilmu agama ini mengajarkan bagaimana berpakaian dengan baik. Namun realitasnya terjadi pameran aurat di mana-mana yang dilakukan oleh umat Islam. Agama ini mengajarkan bagaimana memimpin rakyat dan bagaimana menasihati pemimpin. Namun realitas yang terjadi ialah pemimpin memikirkan diri sendiri dan citra pribadi sedangkan rakyat meneriakkan hinaan bagi pemimpinnya. Masih banyak yang terjadi apabila tidak memelajari agama ini.
Kurangnya kepedulian memelajari agama ini juga dipengaruhi oleh metode belajar yang dikembangkan guru pengampuh mata pelajaran agama. Itu terbukti dari pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari para pembelajarnya, sangat jauh dari teori yang diajarkan. Dan yang paling berpengaruh terhadap rendahnya kemauan untuk memelajari agama Islam ialah kurangnya motivasi. Kekurangan motivasi dalam memelajari agama Islam ialah kurangnya dorongan dari dalam diri pribadi untuk memelajari agama yan mulia ini. Untuk itu dibutuhkan suatu pemicu agar motivasi itu dan kembali lagi bahkan meninggi utntuk memelajari agama ini.
Solusi yang Pernah Ditawarkan Sebelumnya
Banyak solusi yang pernah ditawarkan dari berbagai pihak untuk meningkatkan pendidikan agama Islam. Metode tersebut seperti metode “Jigsaw” (Anonim, 2011), memberikan jam tambahan pelajaran, memberikan ganjaran yang berupa pujian dan hadia, mengadakan persaingan atau kompetisi, memberikan ulangan, serta memberikan hukuman yang bersifat mendidik (Anonim, 2011). Namun hasil dari solusi-solusi tersebut tampak kurang memuaskan dan hanya bersifat sementara.
Gagasan Baru yang Ditawarkan
Terdapat suatu cara yang dapat dilakukan agar semua hal di atas dapat diperbaiki dan kembali membuat umat Islam termotivasi lagi memelajari agamanya. Umat Islam harus belajar banyak kepada generasi salaf, generasi emas orang-orang terdahulu. Kisah-kisah mereka yang sudah banyak dituliskan merupakan kisah yang penuh inspirasi, menghidupkan hati, membangkitkan semangat, dan sebagai referensi utama dalam menjalankan kehidupan dunia ini. Karena memang pengalaman adalah guru yang paling baik. Apatah lagi, pengalaman-pengalaman itu diperoleh dari generasi salaf yang merupakan teladan yang paling baik. Oleh karena itu, membaca sejarah hidup generasi salaf dapat menjadi solusi yang jitu untuk meningkatkan motivasi belajar agama Islam
Membaca sejarah hidup generasi salaf merupakan jalan yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar agama Islam. Di dalamnya terdapat kisah-kisah orang-orang terdahulu yang memberikan semangat bagi jiwa yang lelah. Kisah-kisah yang membuat para pembacanya ingin menjalankan syariat agama dengan benar untuk mencapai janahnya. Mereka adalah generasi yang paling dekat dengan kehidupan Rasulullah saw orang yang paling mulia yang pernah lahir di dunia ini. Mereka adalah teladan-teladan yang baik dalam mengarungi hidup ini.
Kehidupan para ulama salaf merupakan taman yang menumbuhkan begitu banyak hikma, petunjuk, pelajaran, dan cahaya. Mereka adalah orang-orang yang tak pernah lelah memelajari agama ini. Mereka adalah orang-orang yang tak pernah bosan untuk mengamalkan ilmunya. Mereka adalah orang yang tak pernah letih dalam mendakwahkan agama ini. Dan mereka adalah orang-orang yang selalu bersabar di atas jalan Allah. Sungguh pantas, kehidupan para generasi salaf dijadikan anutan agar umat Islam tak pernah berhenti dan lelah untuk memelajari agama mereka, agama Islam.
Pihak-pihak yang Mengimplementasikan dan Penerapannya
Metode membaca sejarah generasi salaf ini dapat digunakan oleh guru pada saat ia dalam proses mengajar. Ketika para siswa sudah jenuh dalam memelajari teori-teori agama Islam, maka guru dapat mengambil inisiatif untuk membacakan kisah sejarah kehidupan para salaf agar dapat membangkitkan gairah mereka untuk kembali belajar agama. Metode ini juga sangat efektif digunakan untuk pejuang dakwah yang sedang lelah dalam menyuruh kepada kebaikan seta mencegah kepada kemungkaran. Apabila mereka membaca sejarah kehidupan para salaf, maka semangat mereka akan kembali penuh karena mereka mengingat kembali tujuan mereka berdakwah yaitu wajah Allah dan kebahagiaan abadi.
Kisah-kisah para generasi salaf juga dapat dibawakan pada saat khotbah Jumat, ceramah, kultum, atau pun dijadikan bahan untuk memerikan nasihat bagi orang yang membutuhkannya. Metode membaca sejarah hidup generasi salaf juga dapat digunakan untuk umat Islam pada umumnya. Umat yang selalu merindukan wajah Allah dan surga-Nya yang begitu indah dan abadi. Kisah-kisah para salaf merupakan cara yang paling baik untuk mengingatkan alasan kita hidup di dunia ini. bahwasanya para salaf hanya mengganggap dunia ini adalah sekadar tempat berteduh sementara untuk pulang ke kampung halaman yang sesunggunya yaitu surga. Dan umat Islam seluruhnya pun harus melakukan hal yang sama terhadap apa yang dilakukan oleh para salaf.
KESIMPULAN
Inti Gagasan
Membaca kisah hidup genarasi salaf merupakan metode yang jitu dan baik untuk meningkatkan motivasi belajar agama Islam. Dengan membaca kisah mereka, maka pembacanya dapat belajar dari pengalaman-pengalaman mereka serta mengambil pelajaran di dalamnya. Karena di dalam kisah mereka terdapat banyak hikma, petunjuk, dan teladan yang baik.
Teknik Implementasi Gagasan
Metode membaca sejarah hidup generasi salaf dapat diaplikasikan kepada pembelajar agama Islam di sekolah, pejuang dakwah yang lelah dalam mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, dan umat Islam pada umumnya. Kisah-kisah para generasi salaf juga dapat dibawakan pada saat khotbah Jumat, ceramah, kultum, atau pun dijadikan bahan untuk memerikan nasihat bagi orang yang membutuhkannya.
Prediksi Keberhasilan Gagasan
Sehubungan dengan itu, motivasi belajar agama Islam akan meningkat apabila metode ini terus diterapkan dibandingkan dengan metode-metode sebelumnya. Cara atau pun metode ini memberikan semangat yang baru untuk belajar agama Islam ketika menerapkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja, Pramila dan G.C. Ahuja. 2010. Membaca Secara Efektif dan Efisien. Jakarta: Kiblat.
Al-Hilali, Syaikh Salim bin ‘Ied. 2009. Umat Islam Dikepung dari Segala Penjuru. Bogor: Pustaka Darul Ilmi.
Al-Muhaimid, Shalih bin Abdul Aziz. 2006. 1000 Hikmah Ulama Salaf. Surabaya: Elba
Al-Ustsaimin, Muhammad bin Sholih. 2005. Syarah Tsalatsatul Ushul: Mengenal Alloh, Rosul dan Dinul Islam. Surakarta: Alqowam.
Annnisa, azizah mujahidah. 2011. Pembelajaran Berbasis E-Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa. Makassar: tidak diterbitkan).
Anonim. 2011. Aplikasi Metode Jigsaw Guna Meningkatkan Motivasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (http://www.lib4online.com/2011/05/aplikasi metode;jigsaw guna.html?m=1, diakses tanggal 7 Maret 2012).
Anonim. 2011. Upaya Guru Pendidikan agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. (http://contohmakalahs.blogspot.com/2011/10/upaya-guru-pendidikan agama-agama-Islam-dalam.html?m1, diakses tanggal 7 Maret 2012).
Anonim. 2012. Salaf. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Salaf. Diakses tanggal 3 Februari 2012
Basya, Abdurrahman Ra’faat. 2011. Tabi’in. Solo: At-Tibyan.
Basyier, Abu Umar. 2011. Indonesia Negeri Para Pendengki. Surabaya: Shafa Republika.
Musyaraffah, dkk. 2008. Studi Tingkat Motivasi Belajar Siswa Kelas III Sman 1 Galesong Utara Setelah Penambahan Mata Pelajaran Ujian Nasional (Un). Makassar: (tidak diterbitkan).
Pusat Bahasa. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline.
Salam. 2004. Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Thursday, March 15, 2012
Sa’ad Sang Pengantin Surga dan Nasihat Terakhir Sang Murobbi
Tag
Kisah dan Cerita
Masih kuat di relung ingatanku tentang peristiwa yang tergolong masih hangat yang baru terjadi itu. Tanggal 22 Januari 2012, aku dan teman sehalakahku berencana melakukan rihlah yang kedua di Galesong (sedang rihlah yang pertama juga di Galesong namun aku tidak bisa bergabung dikarenakan ada urusan di Asrama, tempatku dulu bernaung) yang buntutnya di ubah menjadi mabit (malam bina ilmu dan taqwah) di mesjid belakang kampus, Ar Rahma. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan para peserta sehalakahku tidak semuanya hadir.
Kami adalah mahasiswa yang berstatus mutarobbi dari KKI (Kelompok Kajian Islam) Axel ’10 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Sedangkan mutoarobbi kami bernama Ardian Kamal, S.Pd. atau lebih akrab disapa Ust. Ardian. Beliau mendapatkan gelar sarjananya pada jurusan Fisika di Universitas Negeri Makassar. Kami sang mutarobbi berasal dari berbagai fakultas di UNM, yang semula semuanya canggung dalam belajar karena belum akrab dan sekarang semua seperti saudara yang selalu bercanda dan saling menasihati. Itulah kami.
Melihat keadaan yang tidak sesuai untuk rihlah, maka aku sarankan kepada teman sehalakah dan murobbi untuk di ubah menjadi mabit. Usul pun di terima dan kami mulai melaksanakan agenda. Kami akhirnya berkumpul dan bermusyawarah ba’da isya untuk melaksanakan kegiatan mabit. Agenda pertama ialah bakar-bakar ikan.
Cuaca tak menentu malam itu. Kadang cerah dan langit mempertontonkan artis kesayangannya dengan cahaya yang kerlap-kerlip, namun kadang langit gelap ditutupi awang tebal lagi gelap seakan-akan mendakan bahwa langit juga malu untuk menyapa setia yang bernyawa di bumi. Sungguh aneh cuaca pada malam itu. walaupun dengan keadaan yang seperti itu, kami tetap melaksanakan agenda pertama, sekitar pukul 9.30. tugas pun di bagi, ada yang membersihkan ikan, ada yang mencari arang untuk bakar ikan, ada pula yang tugasnya membakar ikan tersebut, dan tak tanggung-tanggung ada pula membuat sambelnya, pokoknya semua tenaga sebisa mungkin dimaksimalkan.
Awalnya berjalan lancar, sampai beberapa teman datang malasnya untuk melakukan sesuatu. Wajarlah, kami semua berbeda watak dan sifatnya. Dengan keadaan itu ada pula teman yang menasehati dan akhirnya mereka kembali “tercerahkan”.
Ikan pun siap di bakar. Arang telah jadi, tangan pun bisa hangus dengannya. Mulailah kami membakar ikan, dengan terlebih dahulu mengaturnya di permukaan tempat pembakaran. Seakan semua akan enak pada waktunya. Ternyata, tanpa di duga-duga, langit mulai memutuskan tali persahabatan, mulailah ia menghujani kami dengan air, mungkin ia sedih tentang perkara-perkara yang terjadi di dunia, atau mungkin juga memang sudah musimnya. Hujan membuat kami kelabakan serta kelimpungan. Apa yang harus kami perbuat? Haaa.
Agar semua menjadi tidak kacau, kami berpikir secepat dan seefektif mungkin. Akhirnya kami memindahkan tempat pembakaran di sekitar tangga belakang mesjid. Namun tetap terkena hujan. Kalaulah dibiarkan terus menerus, apainya bisa padam, dan acara bakar ikan pun hancur. Ternyata ada ide untuk menaunginya dengan payung, sungguh cerdas. Albert Enstein pun tak akan berpikir sejauh itu. Membakar ikan disertai payung.
Hujan pun redah, akhirnya kami memindah kembali tempat pembakaran ikan di halaman mesjid Ar-rahmah. Berulang kali langit berprilaku demikian, sehingga kami silih berganti memayungi pembakar ikan atau sebaliknya. Ikan pun susah masaknya. Di sinilah masalah bermula. Ada yang berinisiatif untuk menggorengnya, namun ada yang tetap bersikukuh untuk membakarnya. Belum lagi, ada yang hanya melihati kami membakar ikan. Semuanya hampir kacau diliputi ego masing-masing. Bayangkan, kami membakar ikan sekitar dua jam, dan ikannya tidak seberapa banyaknya, haaa. Dengan kesabaran, semua bisa jadi.
Akhirnya, semua proses pembakaran ikan telah kami lalui. Walau ada juga yang menggorengnya, namun tak jadi masalah, yang penting kami bisa menyumbat mulut cacing yang sedari tadi berdemo dan melakukan aksi turun ke jalan-jalan di perut kami. Saat makan. Ternyata ikan bakarnya lumayanlah begitu pula ikan gorengnya, mantap. Namun yang paling dahsyat ialah sambelnya, super hot. Mamaku pun kalah jika ingin mengomparasikannya dengan buat teman sehalakahku. Wah, sunggu lezat.
Karena semua berjalan dengan waktu yang sangat lama, maka murobbi kami berfatwa bahwa ia baru bisa memberikan materi esok hari. Semalaman hanya untuk membakar ikan, ckckck. Tak bisa kubayangkan, bagaimana seorang ulama dalam buku yang aku baca sangat memanfaatkan waktunya, sampai-sampai ia meminta agar makanannya dihaluskan terlebih dahulu sebelum ia makan karena ia merasa terlalu banyak waktu yang dibuang untuk sekadar makan, hm. Lalu kami di sini, melalui malam yang hanya di isi dengan acara bakar ikan. Tak apalah, toh dalam rangka mempererat jalinan ukhuwah dan banyak pelajaran yang kami dapatkan dalam proses pembakaran ikan itu, susah senang dapat semua kocak enak, ada pula, hehe.
Usai tidur yang hanya beberapa jam, kami mengisi separuh malam dengan ibdah yang dimulai dengan tahajjud bareng. Ibadah selanjutnya ialah Salat subuh berjamaah dan dzikir ataupun memurojaah hafalan. Semua berjalan dengan khusyunya. Indah tak bisa dihargai didunia, walaupun Engkau mencoba untuk mendatangkan mentari, bulan, bintang gemintang di hadapanku untuk menukar momen itu, akan kutolak mentah-mentah kawan. Keindahan yang tak terperihkan.
Setelah itu, tibalah sang murobbi mengambil alih kursi sutradara keadaan dan kegiatan. Beliau mulai memainkan perannya sebagai “Sang Pencerah” bagi kami mutarobbinya. Momen ini sangat berkesan di hati kami karena kamis depan (kemarin) beliau sudah berangkat ke Saudi untuk melanjutkan strata pendidikannya sambil menimbah ilmu agama di sumbernya. Kalau tidak salah, beliau melanjutkan studinya di King Saud University. Momen yang sebenarnya sangat memiluhkan karena kami sudah menganggap beliau ayah kami walaupun ternyata ujung-ujungnya kami tahu bahwa umur beliau ternyata 23 tahun yang tidak sesuai dengan perawakannya. Tapi tak apalah, karena memang ia seperti ayah atau pun bapak kami. Kami seakan-akan tidak ridoh kalau ia pergi meninggalkan kami, walaupun tujuannya tak terbantahkan muliahnya. Kami berperasangka bahwa mungkin tak ada pengganti yang sepadan dengan beliau, sungguh andai kau adalah bagian dari kami maka kau juga berpendapat sepaham dengan kami. Kami takut bahwa murobbi baru kami nantinya tidak sesuai dengan yang kami harapkan, hm. Tak apalah, kami mencoba melawan segala rasa yang ada untu mendengarkan setiap petuahnya yang seakan-akan ini merupakan petuah terakhirnya.
Panorama mentari menampakkan keindahannya dengan cahaya yang kemerahmerahan indah bukan main. Beliau membuka dengan dengan berbagai matan cabang-cabang agama, yang membuat kami lagi-lagi terkesima dengan sosoknya, dengan penampilannya, dan dengan perawakannya yang nanti akan sangat kami rindukan. Sungguh manusia yang sangat bermanfaat dan sangat dirindukan banyak orang.
Beliau kemudian melanjutkan dengan menggiring kami untuk masuk meresapi sebuah kisah yang luar biasa menakjubkan. Seoarang manusia yang wara’, sungguh setia kepada Allah, tak diragukan lagi kesetiaannya. Di bernama Sa’ad sahabat rasulullah saw, budak hitam yang berperawakan jelek namun di balik rupanya ia merupakan sosok pribadi yang saleh taat beribadah. Sejak lama ia memendam keinginan untuk menikah, namun apadaya ia selalu ditolak mentah-mentah apabila mengajukan proposal pelamaran. Ia lalu mengadukan kegundahannya kepada Rasulullah saw yang saat itu sedang membagikan ilmu kepada sahabat-sahabatnya (seperti kami dan murobbi kami). Akhirnya, Rasulullah saw memberi ia titah dengan muatan titah yang berisikan agar ia dinikahkan dengan anak gadis dari Amr Bin Wahab. Dengan persaan bahagia yang tak bisa digambarkan ia segera ke rumah Amr. Ia membuka pembicaraan dengan basa-basi, lalu akhirnya tibalah masa penyampaian titah. Ini titah nabi pastilah ia menerimanya, begitu prasangkanya. Namun, apa mau dikata, ia lagi-lagi ditolak mentah-mentah. Hatinya pun hancur sejadi-jadinya, berkeping-keping pula. Dengan merasa harga dirinya terinjak-injak oleh Wahab, ia mengatakan akan mengadukannya kepada rasulullah saw karena membangkang titahnya. Ia pun melaksanakan niatnya.
Dibalik tirai anak gadis Wahab merekam pembicaraan yang terjadi. Setelah Sa’ad keluar rumah, ia juga keluar dari balik tirai menemui ayahnya. Perdebatan pun tak elak terjadi. Si gadis mengatakan kepada ayahnya bahwa sebenarnya tak boleh melakukan hal tadi. Begitu beraninya ia membangkang perintah Rasulullah saw. Apakah ia tak takut terkena azab yang pedih. Ia lalu membacakan surah Al Ahzab ayat 36 yang berbunyi:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.”
Ia melanjutkan, bahwa ia ridho menikah dengan Sa’ad apabila benar bahwa itu perintah Rasulullah. Sudah ditebak ayahnya kalah telak dalam perdebatan yang memukau, tanpa sedikitpun kata yang terucap, ia terperanjat kaget gemetar bukan main. Anaknya mengatakan bahwa sebelum Sa’ad sampai ke Rasulullah dan sebelum azab tertimpa pada Amr, ia menyuruh ayahnya untuk lekas memburu dan mencegat Sa’ad. Berlarilah ayahnya secepat mungkin.
Terlambat !!!! Amr gagal mengejar Sa’ad. Sa’ad telah sampai dan Amr masih di ambang pintu masjid. Sa’ad pun menceritakan kronologi yang terjadi kepada Rasulullah yang masih dalam majelis ilmunya bersama sahabat-sahabatnya dan semua terdengar jelas di kedua telinga Amr. Bayangan azab pun bersarang di kepala Amr. Buru-buru Amr memotong pengaduan Sa’ad. Ia mengatakan tidak kepada Rasulullah saw. Ia melakukan itu karena hanya ingin menguji bahwa apakah memang benar yang dikatakan Sa’ad itu. ia pun menerima titah dan lamaran Sa’ad dengan saksi para sahabat dan Rasulullah saw.
Sungguh berbunga hati Sa’ad. Kebahagiaannya tak dapat tertandingi, seakan-akan ia adalah orang yang saat ini paling bahagia di dunia. ia pun pergi membawa bahagianya ke pasar, loh kok? Yah ia ke pasar untuk membelikan hadiah sebagai mahar kepada Istribarunya, isri yang ia dambakan. Coba engkau tebak, hadia apa yang akan dibeli oleh Sa’ad untuk istrinya!
Ditengah kesibukannya mencari hadiah, datanglah suara panggilan jihad. Isi panggilannya mengatakan bahwa setiap lelaki yang memenuhi syarat untuk berjihad harus melaksanakan jihad itu walaupun hatinya terasa berat. Tanpa berpikir dua kali ia pun memenuhi hajatan jihad itu. uang yang semula ia ingin belikan hadi buat istrinya beralih ke toko perlengkapan perang. Ia membeli kuda dan alat-alat perang. Pergilah ia ke tanah Jihad. Allahu Akbar!!! Bagaimana kalau kita di posisi Sa’ad, apa yang akan kita lakukan yah?
Ternyata ia syahid fi sabilillah. Syahid sebelum malam pertama, syahid sebelum menemui istrinya, dan syahid sebelum menumpahkan rasa bahagianya. Murobbiku mengatakan bahwa ia merupakan pengantin surga. Subahanallah.
Murobbi kami pun melanjutkan, akhirnya syahidnya Sa’ad diketahui oleh Rasulullah saw. Beliau menangisi perjuangan dan pengorbanan sahabatnya ini. ia merupakan pengantin surga, bayangkan kawan. Akhirnya Rasulullah saw memerintahkan agar kuda beserta alat perang Sa’ad dikirimkan kepada istrinya sebagai mahar atas pernikahannya. Sampailah mahar itu kepada istri Sa’ad. Istrinya menangis dengan rasa bangga memiliki suami seperti Sa’ad yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya ketimbang dia. Subahanallah. Sungguh muliah sahabat ini. Dapatkah kita berlaku seperti Sa’ad kawan? Insya Allah.
Kisah ini sungguh indahnya dibawakan oleh murobbi kami. Momen-momen inilah yang tak bisa kami lepaskan dan pasti akan sangat kami rindukan serta terkenang sepanjang hayat kami. Akhirnya beliu memberikan kami nasihat dan petuah agar kami bisa lebih baik nantinya setalah beliau meninggalkan kami.
Nasihat pertama beliau ialah agar kami belajar untuk berbahaa Arab. Bahasa Rasulullah saw. Karena tak sempurna ilmu agama seseorang apabila belum mampu menguasai bahasa Arab. Pokoknya, beliau memaksa kami agar sebisa mungkin dan harus bisa berbahasa Arab. Agar ketika ia pulang nanti, ia bisa mentarbiyah kami dengan bahasa Arab, begitu katanya.
Nasihat kedua beliau ialah agar kami membca buku yang disarankan oleh beliau. buku-buku yang di antaranya bertemakan aqidah Ahlussunnah wal jama’ah, kitab fiqih, sirah nabawiyah, sirah sahabat, sirah tabi’in, kitab riyadussalihin semua jilid, tafsir ibnu katsir, syahi bukhari, dan buku kisah orang alim salaf sebagai teh penyemangat hati. Beliau menyuruh kami untuk rajin membaca buku karena memang buku adalah jendela dunia. Engkau tentu sudah tahu betapa berharganya ilmu sebuah buku itu kan?
Yang ketiga ialah agar kami menjadi ikhwa yang berakhlak muliah yang selalu merasa diawasi oleh Allah Swt. Pernah kudengar seorang ustadz di tv mengatakan bahwa Rasulullah saw. Lebih menyukai duduk di samping orang yang berakhlak mulia dari pada ahli ibadah, wallahu a’lam.
Yang keempat ialah agar kami melanjutkan hafalan, baik itu hafalan doa dalam hisnul muslim atau pun hafalan alquran. Beliau menargetkan bahwa kami minimal harus menghafal dengan profesional tiga juz. Insya Allah ustadz.
Yang terkhir ialah jadilah aktifis Islam sejati yang ketika tidak dipanggil dalam setiap kegiatan menjadi panitia hatinya menangis.
Lima wasiat ini harus kami laksanakan sesuai perintah beliau. mentari yang sudah meninggi namun tertutupi oleh awan kelam seakan-akan mendukung suasana yang kami rasakan. Dinding dan jendela kaca menjadi saksi bisu peristiwa ini. pepohonan dan dedaunann, segala macam serangga dan hewan yang bukan serangga, serata ranggkaian bunga di sekitaran mesjid menjadi penonton adegan yang kami lakonkan, haa. Kami seperti kumpulan singa kecil yang baru belajar untuk menjadi singa sejati yang hampir kehilangan induknya. Kami seperti anak-anak yang sebatang kara di dunia ini dan kebigungan untuk berjalan. Sungguh kami merasa sedih mengalahkan kesedihan langit semalam. Kami sedih karena akan merindukan sosok murobbi kami nanti. Kami takut tidak mendapatkan murobbi yang sepadan dengan beliau, hmm.
Beliau tutup dengan doa kaffaratul majelish. Beliau kemudian membagikan buku yang pernah ia janjikan untuk ikhwa yang menjual tiket “Seminar Peradaban” minimal lima buah tiket. Aku menjual dua kali lipat dari yang ia perintahkan, aku pun mendapatkan hadiah berupa buku yang hakikatnya kucari selama ini. buku tentang Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Buku yang akan menjadi saksi selain tembok dan jendela kaca tentang kami dan murobbi kami pernah ada dan bersama. Ada dan bersama merajut cinta dan berbagi ilmu dan kasih.
Di selah-selah berakhirnya materi beliau, aku dekati beliau dan kukatakan aku tidak ridho atas kepergian beliau, beliau lantas memelukku dan mengatakan bahwa ia pergi bukan dengan percuma. Ahhh... sungguh kisah yang memiluhkan untuk tulis dan bagikan. Di sini aku menulis. Bersandar di tiang mesjid Babul Muttaqin dengan amunisi aksara yang terus terlontar memenuhi tulisan kata demi kata. Ditemani dengan makhluk malam, utamanya si penghisap darah makhluk parasit yang hanya menciptakan habitat simbiosis parasitisme menurut kebanyakan orang. Dua cahaya menerangiku, caha lampu masjid yang putih serta cahaya lampu jalan yang kemerah-merahan mengingatkan aku pada peristiwa itu, peristiwa di mana mentari memamerkan keindahannya. Ku tutup dengan cinta, rindu, dan kasih sayang untuk murobbiku dan untuk yang pantas mendapatkannya. Wassalam.
27 Januari 2012
Setangkai rindu untuk murobbiku di sana.
Kami adalah mahasiswa yang berstatus mutarobbi dari KKI (Kelompok Kajian Islam) Axel ’10 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Sedangkan mutoarobbi kami bernama Ardian Kamal, S.Pd. atau lebih akrab disapa Ust. Ardian. Beliau mendapatkan gelar sarjananya pada jurusan Fisika di Universitas Negeri Makassar. Kami sang mutarobbi berasal dari berbagai fakultas di UNM, yang semula semuanya canggung dalam belajar karena belum akrab dan sekarang semua seperti saudara yang selalu bercanda dan saling menasihati. Itulah kami.
Melihat keadaan yang tidak sesuai untuk rihlah, maka aku sarankan kepada teman sehalakah dan murobbi untuk di ubah menjadi mabit. Usul pun di terima dan kami mulai melaksanakan agenda. Kami akhirnya berkumpul dan bermusyawarah ba’da isya untuk melaksanakan kegiatan mabit. Agenda pertama ialah bakar-bakar ikan.
Cuaca tak menentu malam itu. Kadang cerah dan langit mempertontonkan artis kesayangannya dengan cahaya yang kerlap-kerlip, namun kadang langit gelap ditutupi awang tebal lagi gelap seakan-akan mendakan bahwa langit juga malu untuk menyapa setia yang bernyawa di bumi. Sungguh aneh cuaca pada malam itu. walaupun dengan keadaan yang seperti itu, kami tetap melaksanakan agenda pertama, sekitar pukul 9.30. tugas pun di bagi, ada yang membersihkan ikan, ada yang mencari arang untuk bakar ikan, ada pula yang tugasnya membakar ikan tersebut, dan tak tanggung-tanggung ada pula membuat sambelnya, pokoknya semua tenaga sebisa mungkin dimaksimalkan.
Awalnya berjalan lancar, sampai beberapa teman datang malasnya untuk melakukan sesuatu. Wajarlah, kami semua berbeda watak dan sifatnya. Dengan keadaan itu ada pula teman yang menasehati dan akhirnya mereka kembali “tercerahkan”.
Ikan pun siap di bakar. Arang telah jadi, tangan pun bisa hangus dengannya. Mulailah kami membakar ikan, dengan terlebih dahulu mengaturnya di permukaan tempat pembakaran. Seakan semua akan enak pada waktunya. Ternyata, tanpa di duga-duga, langit mulai memutuskan tali persahabatan, mulailah ia menghujani kami dengan air, mungkin ia sedih tentang perkara-perkara yang terjadi di dunia, atau mungkin juga memang sudah musimnya. Hujan membuat kami kelabakan serta kelimpungan. Apa yang harus kami perbuat? Haaa.
Agar semua menjadi tidak kacau, kami berpikir secepat dan seefektif mungkin. Akhirnya kami memindahkan tempat pembakaran di sekitar tangga belakang mesjid. Namun tetap terkena hujan. Kalaulah dibiarkan terus menerus, apainya bisa padam, dan acara bakar ikan pun hancur. Ternyata ada ide untuk menaunginya dengan payung, sungguh cerdas. Albert Enstein pun tak akan berpikir sejauh itu. Membakar ikan disertai payung.
Hujan pun redah, akhirnya kami memindah kembali tempat pembakaran ikan di halaman mesjid Ar-rahmah. Berulang kali langit berprilaku demikian, sehingga kami silih berganti memayungi pembakar ikan atau sebaliknya. Ikan pun susah masaknya. Di sinilah masalah bermula. Ada yang berinisiatif untuk menggorengnya, namun ada yang tetap bersikukuh untuk membakarnya. Belum lagi, ada yang hanya melihati kami membakar ikan. Semuanya hampir kacau diliputi ego masing-masing. Bayangkan, kami membakar ikan sekitar dua jam, dan ikannya tidak seberapa banyaknya, haaa. Dengan kesabaran, semua bisa jadi.
Akhirnya, semua proses pembakaran ikan telah kami lalui. Walau ada juga yang menggorengnya, namun tak jadi masalah, yang penting kami bisa menyumbat mulut cacing yang sedari tadi berdemo dan melakukan aksi turun ke jalan-jalan di perut kami. Saat makan. Ternyata ikan bakarnya lumayanlah begitu pula ikan gorengnya, mantap. Namun yang paling dahsyat ialah sambelnya, super hot. Mamaku pun kalah jika ingin mengomparasikannya dengan buat teman sehalakahku. Wah, sunggu lezat.
Karena semua berjalan dengan waktu yang sangat lama, maka murobbi kami berfatwa bahwa ia baru bisa memberikan materi esok hari. Semalaman hanya untuk membakar ikan, ckckck. Tak bisa kubayangkan, bagaimana seorang ulama dalam buku yang aku baca sangat memanfaatkan waktunya, sampai-sampai ia meminta agar makanannya dihaluskan terlebih dahulu sebelum ia makan karena ia merasa terlalu banyak waktu yang dibuang untuk sekadar makan, hm. Lalu kami di sini, melalui malam yang hanya di isi dengan acara bakar ikan. Tak apalah, toh dalam rangka mempererat jalinan ukhuwah dan banyak pelajaran yang kami dapatkan dalam proses pembakaran ikan itu, susah senang dapat semua kocak enak, ada pula, hehe.
Usai tidur yang hanya beberapa jam, kami mengisi separuh malam dengan ibdah yang dimulai dengan tahajjud bareng. Ibadah selanjutnya ialah Salat subuh berjamaah dan dzikir ataupun memurojaah hafalan. Semua berjalan dengan khusyunya. Indah tak bisa dihargai didunia, walaupun Engkau mencoba untuk mendatangkan mentari, bulan, bintang gemintang di hadapanku untuk menukar momen itu, akan kutolak mentah-mentah kawan. Keindahan yang tak terperihkan.
Setelah itu, tibalah sang murobbi mengambil alih kursi sutradara keadaan dan kegiatan. Beliau mulai memainkan perannya sebagai “Sang Pencerah” bagi kami mutarobbinya. Momen ini sangat berkesan di hati kami karena kamis depan (kemarin) beliau sudah berangkat ke Saudi untuk melanjutkan strata pendidikannya sambil menimbah ilmu agama di sumbernya. Kalau tidak salah, beliau melanjutkan studinya di King Saud University. Momen yang sebenarnya sangat memiluhkan karena kami sudah menganggap beliau ayah kami walaupun ternyata ujung-ujungnya kami tahu bahwa umur beliau ternyata 23 tahun yang tidak sesuai dengan perawakannya. Tapi tak apalah, karena memang ia seperti ayah atau pun bapak kami. Kami seakan-akan tidak ridoh kalau ia pergi meninggalkan kami, walaupun tujuannya tak terbantahkan muliahnya. Kami berperasangka bahwa mungkin tak ada pengganti yang sepadan dengan beliau, sungguh andai kau adalah bagian dari kami maka kau juga berpendapat sepaham dengan kami. Kami takut bahwa murobbi baru kami nantinya tidak sesuai dengan yang kami harapkan, hm. Tak apalah, kami mencoba melawan segala rasa yang ada untu mendengarkan setiap petuahnya yang seakan-akan ini merupakan petuah terakhirnya.
Panorama mentari menampakkan keindahannya dengan cahaya yang kemerahmerahan indah bukan main. Beliau membuka dengan dengan berbagai matan cabang-cabang agama, yang membuat kami lagi-lagi terkesima dengan sosoknya, dengan penampilannya, dan dengan perawakannya yang nanti akan sangat kami rindukan. Sungguh manusia yang sangat bermanfaat dan sangat dirindukan banyak orang.
Beliau kemudian melanjutkan dengan menggiring kami untuk masuk meresapi sebuah kisah yang luar biasa menakjubkan. Seoarang manusia yang wara’, sungguh setia kepada Allah, tak diragukan lagi kesetiaannya. Di bernama Sa’ad sahabat rasulullah saw, budak hitam yang berperawakan jelek namun di balik rupanya ia merupakan sosok pribadi yang saleh taat beribadah. Sejak lama ia memendam keinginan untuk menikah, namun apadaya ia selalu ditolak mentah-mentah apabila mengajukan proposal pelamaran. Ia lalu mengadukan kegundahannya kepada Rasulullah saw yang saat itu sedang membagikan ilmu kepada sahabat-sahabatnya (seperti kami dan murobbi kami). Akhirnya, Rasulullah saw memberi ia titah dengan muatan titah yang berisikan agar ia dinikahkan dengan anak gadis dari Amr Bin Wahab. Dengan persaan bahagia yang tak bisa digambarkan ia segera ke rumah Amr. Ia membuka pembicaraan dengan basa-basi, lalu akhirnya tibalah masa penyampaian titah. Ini titah nabi pastilah ia menerimanya, begitu prasangkanya. Namun, apa mau dikata, ia lagi-lagi ditolak mentah-mentah. Hatinya pun hancur sejadi-jadinya, berkeping-keping pula. Dengan merasa harga dirinya terinjak-injak oleh Wahab, ia mengatakan akan mengadukannya kepada rasulullah saw karena membangkang titahnya. Ia pun melaksanakan niatnya.
Dibalik tirai anak gadis Wahab merekam pembicaraan yang terjadi. Setelah Sa’ad keluar rumah, ia juga keluar dari balik tirai menemui ayahnya. Perdebatan pun tak elak terjadi. Si gadis mengatakan kepada ayahnya bahwa sebenarnya tak boleh melakukan hal tadi. Begitu beraninya ia membangkang perintah Rasulullah saw. Apakah ia tak takut terkena azab yang pedih. Ia lalu membacakan surah Al Ahzab ayat 36 yang berbunyi:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.”
Ia melanjutkan, bahwa ia ridho menikah dengan Sa’ad apabila benar bahwa itu perintah Rasulullah. Sudah ditebak ayahnya kalah telak dalam perdebatan yang memukau, tanpa sedikitpun kata yang terucap, ia terperanjat kaget gemetar bukan main. Anaknya mengatakan bahwa sebelum Sa’ad sampai ke Rasulullah dan sebelum azab tertimpa pada Amr, ia menyuruh ayahnya untuk lekas memburu dan mencegat Sa’ad. Berlarilah ayahnya secepat mungkin.
Terlambat !!!! Amr gagal mengejar Sa’ad. Sa’ad telah sampai dan Amr masih di ambang pintu masjid. Sa’ad pun menceritakan kronologi yang terjadi kepada Rasulullah yang masih dalam majelis ilmunya bersama sahabat-sahabatnya dan semua terdengar jelas di kedua telinga Amr. Bayangan azab pun bersarang di kepala Amr. Buru-buru Amr memotong pengaduan Sa’ad. Ia mengatakan tidak kepada Rasulullah saw. Ia melakukan itu karena hanya ingin menguji bahwa apakah memang benar yang dikatakan Sa’ad itu. ia pun menerima titah dan lamaran Sa’ad dengan saksi para sahabat dan Rasulullah saw.
Sungguh berbunga hati Sa’ad. Kebahagiaannya tak dapat tertandingi, seakan-akan ia adalah orang yang saat ini paling bahagia di dunia. ia pun pergi membawa bahagianya ke pasar, loh kok? Yah ia ke pasar untuk membelikan hadiah sebagai mahar kepada Istribarunya, isri yang ia dambakan. Coba engkau tebak, hadia apa yang akan dibeli oleh Sa’ad untuk istrinya!
Ditengah kesibukannya mencari hadiah, datanglah suara panggilan jihad. Isi panggilannya mengatakan bahwa setiap lelaki yang memenuhi syarat untuk berjihad harus melaksanakan jihad itu walaupun hatinya terasa berat. Tanpa berpikir dua kali ia pun memenuhi hajatan jihad itu. uang yang semula ia ingin belikan hadi buat istrinya beralih ke toko perlengkapan perang. Ia membeli kuda dan alat-alat perang. Pergilah ia ke tanah Jihad. Allahu Akbar!!! Bagaimana kalau kita di posisi Sa’ad, apa yang akan kita lakukan yah?
Ternyata ia syahid fi sabilillah. Syahid sebelum malam pertama, syahid sebelum menemui istrinya, dan syahid sebelum menumpahkan rasa bahagianya. Murobbiku mengatakan bahwa ia merupakan pengantin surga. Subahanallah.
Murobbi kami pun melanjutkan, akhirnya syahidnya Sa’ad diketahui oleh Rasulullah saw. Beliau menangisi perjuangan dan pengorbanan sahabatnya ini. ia merupakan pengantin surga, bayangkan kawan. Akhirnya Rasulullah saw memerintahkan agar kuda beserta alat perang Sa’ad dikirimkan kepada istrinya sebagai mahar atas pernikahannya. Sampailah mahar itu kepada istri Sa’ad. Istrinya menangis dengan rasa bangga memiliki suami seperti Sa’ad yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya ketimbang dia. Subahanallah. Sungguh muliah sahabat ini. Dapatkah kita berlaku seperti Sa’ad kawan? Insya Allah.
Kisah ini sungguh indahnya dibawakan oleh murobbi kami. Momen-momen inilah yang tak bisa kami lepaskan dan pasti akan sangat kami rindukan serta terkenang sepanjang hayat kami. Akhirnya beliu memberikan kami nasihat dan petuah agar kami bisa lebih baik nantinya setalah beliau meninggalkan kami.
Nasihat pertama beliau ialah agar kami belajar untuk berbahaa Arab. Bahasa Rasulullah saw. Karena tak sempurna ilmu agama seseorang apabila belum mampu menguasai bahasa Arab. Pokoknya, beliau memaksa kami agar sebisa mungkin dan harus bisa berbahasa Arab. Agar ketika ia pulang nanti, ia bisa mentarbiyah kami dengan bahasa Arab, begitu katanya.
Nasihat kedua beliau ialah agar kami membca buku yang disarankan oleh beliau. buku-buku yang di antaranya bertemakan aqidah Ahlussunnah wal jama’ah, kitab fiqih, sirah nabawiyah, sirah sahabat, sirah tabi’in, kitab riyadussalihin semua jilid, tafsir ibnu katsir, syahi bukhari, dan buku kisah orang alim salaf sebagai teh penyemangat hati. Beliau menyuruh kami untuk rajin membaca buku karena memang buku adalah jendela dunia. Engkau tentu sudah tahu betapa berharganya ilmu sebuah buku itu kan?
Yang ketiga ialah agar kami menjadi ikhwa yang berakhlak muliah yang selalu merasa diawasi oleh Allah Swt. Pernah kudengar seorang ustadz di tv mengatakan bahwa Rasulullah saw. Lebih menyukai duduk di samping orang yang berakhlak mulia dari pada ahli ibadah, wallahu a’lam.
Yang keempat ialah agar kami melanjutkan hafalan, baik itu hafalan doa dalam hisnul muslim atau pun hafalan alquran. Beliau menargetkan bahwa kami minimal harus menghafal dengan profesional tiga juz. Insya Allah ustadz.
Yang terkhir ialah jadilah aktifis Islam sejati yang ketika tidak dipanggil dalam setiap kegiatan menjadi panitia hatinya menangis.
Lima wasiat ini harus kami laksanakan sesuai perintah beliau. mentari yang sudah meninggi namun tertutupi oleh awan kelam seakan-akan mendukung suasana yang kami rasakan. Dinding dan jendela kaca menjadi saksi bisu peristiwa ini. pepohonan dan dedaunann, segala macam serangga dan hewan yang bukan serangga, serata ranggkaian bunga di sekitaran mesjid menjadi penonton adegan yang kami lakonkan, haa. Kami seperti kumpulan singa kecil yang baru belajar untuk menjadi singa sejati yang hampir kehilangan induknya. Kami seperti anak-anak yang sebatang kara di dunia ini dan kebigungan untuk berjalan. Sungguh kami merasa sedih mengalahkan kesedihan langit semalam. Kami sedih karena akan merindukan sosok murobbi kami nanti. Kami takut tidak mendapatkan murobbi yang sepadan dengan beliau, hmm.
Beliau tutup dengan doa kaffaratul majelish. Beliau kemudian membagikan buku yang pernah ia janjikan untuk ikhwa yang menjual tiket “Seminar Peradaban” minimal lima buah tiket. Aku menjual dua kali lipat dari yang ia perintahkan, aku pun mendapatkan hadiah berupa buku yang hakikatnya kucari selama ini. buku tentang Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Buku yang akan menjadi saksi selain tembok dan jendela kaca tentang kami dan murobbi kami pernah ada dan bersama. Ada dan bersama merajut cinta dan berbagi ilmu dan kasih.
Di selah-selah berakhirnya materi beliau, aku dekati beliau dan kukatakan aku tidak ridho atas kepergian beliau, beliau lantas memelukku dan mengatakan bahwa ia pergi bukan dengan percuma. Ahhh... sungguh kisah yang memiluhkan untuk tulis dan bagikan. Di sini aku menulis. Bersandar di tiang mesjid Babul Muttaqin dengan amunisi aksara yang terus terlontar memenuhi tulisan kata demi kata. Ditemani dengan makhluk malam, utamanya si penghisap darah makhluk parasit yang hanya menciptakan habitat simbiosis parasitisme menurut kebanyakan orang. Dua cahaya menerangiku, caha lampu masjid yang putih serta cahaya lampu jalan yang kemerah-merahan mengingatkan aku pada peristiwa itu, peristiwa di mana mentari memamerkan keindahannya. Ku tutup dengan cinta, rindu, dan kasih sayang untuk murobbiku dan untuk yang pantas mendapatkannya. Wassalam.
27 Januari 2012
Setangkai rindu untuk murobbiku di sana.
Wednesday, March 14, 2012
IBU YANG LUAR BIASA
Tag
Kisah dan Cerita
Dia bangun di pagi buta mempersiapkan segalanya sebelum aku bangun. Bangun sebelum aku bangun dan membangunkanku untuk menghadap Rabbku. Ia kemudian mempersiapkan makanan kesukaanku dan susu putih manis yang terbuat dari lemak nabati di atas nampan bercorak bunga melati. Kemudian ia memberikanku beberapa buah nasehat sebelum aku pergi menuntut ilmu. Nasehat yang selalu menyirami dan memupuk hatiku. Sambil menasehati ia mengelus kepalaku dan memanjakanku. Dia seakan-akan menganggapku malaikat kecilnya dan aku pun senang akan hal itu. Aku rasa ibuku adalah orang yang luar biasa.
Di tempatku menuntut ilmu, aku selalu memikirkannya. Memikirkan senyumnya, caranya menatapku, caranya berbicara denganku, dan banyak hal tentang dia. Mungkin ia sedang menyapu sekarang atau mungkin juga ia sedang mempersiapkan makanan siangku, entahlah. Dia membuatku seolah-olah dapat melakukan apa saja yang kuinginkan. Entah mengapa ia sangat memperhatikanku. Setelah aku menuntut ilmu dan pulang ke rumah, ia menungguku di depan pintu rumah dengan senyumannya yang khas dan indah. Dan benar saja, makanan telah tersiap rapi dan menggugah di atas meja. Ia pun kemudian mendorong punggungku secara lembut agar aku dapat mengambil tempat di meja makan. Aku lalu menyantapnya dengan lahap tanpa tahu dan tak mau tahu bagaimana ia bisa membuatnya. Menurutku, masakan ibukulah yang paling enak di dunia. Ia juga adalah koki yang paling cantik sekaligus ibu yang paling baik sedunia.
Ketika malam telah tiba, ia tak pernah henti-hentinya menyuruhku untuk belajar dan mengulang ilmu yang telah aku dapatkan di tempatku menuntut ilmu. Ia juga tak pernah bosan-bosannya menyiapkan makanan untukku. Ia tak pernah mengeluh ketika aku merengek meminta sesuatu. Dan ketika rasa kantuk menyerangku, ia pun kembali hadir dan membawaku ke pembaringan. Terkadang ia menceritakan sesuatu baik itu kisah atau pun pengalamannya sebagai aroma bunga untuk membuatku tidur. Apabila mataku telah tertutup, kurasakan di dahiku ada sambaran ciuman lembut sembari mengelus kepalaku, sungguh begitu lembut kurasakan. Ia tak pernah terlihat lelah dihadapanku. Sungguh, aku adalah anak yang paling beruntung di dunia karena memiliki ibu yang begitu luar biasa.
Kemuadian aku bangun pada pagi hari ia tidak ada di depan mataku seperti biasanya. Dan ternyata, aku baru sadar bahwa ia memang tidak pernah ada. Dan aku masih di sini di rumah anak yatim piatu (panti asuhan) bersama anak-anak yang senasib denganku. Andaikan mimpiku ini jadi kenyataan. Namun apa yang bisa kulakukan, hatiku hanya bisa berteriak dan menangis bahwa andai aku memiliki ibu yang luar biasa seperti itu.
***
Saudaraku, sadarkah kita tentang orang tua kita. Ibu kita khususnya. Dari kecil dan mungkin hingga sekarang, tak pernah henti-hentinya ia memberikan kasih sayang secara ikhlas kepada kita. Ia menggadaikan kepenatan demi kesehatan kita. Ia rela beritndak seperti pelayan demi kebutuhan kita. Namun, coba bayangkan, apa yang telah kita balaskan terhadap ibu kita? terkadang kita selalu membantah dan berkata kasar terhadap orang tua kita. Padahal Allah telah memperingatkan kita dalam surah Al Israa’: 23:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Ini di perkuat dengan hadis riwayat Mughirah bin Syu'bah ra: ia berkata: Dari Rasulullah, beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah Taala mengharamkan atas kamu sekalian; mendurhakai ibu, mengubur anak-anak perempuan dalam keadaan hidup, (prilaku) menahan dan meminta. Dan Allah juga tidak menyukai tiga perkara yaitu; banyak bicara, banyak bertanya serta menyia-nyiakan harta “
Tanpa sadar atau memang mungkin kita sadari bahwa kita telah menyakiti hati ibu kita baik itu lewat perkataan atau pun perbuatan. Dan mungkin kita tak acuh akan hal tersebut. Namun saudaraku, mari lekaslah meminta maaf pada orang tua kita atas setiap bantahan yang keluar dari mulut ini. Marilah kita berbuat baik kepada kedua orang tua kita khususnya ibu kita. Dan jangan pernah berkata bahwa apa yang telah kita berikan pada mereka cukup untuk membalasnya. Tidak wahai saudaraku. Sesungguhnya apa yang kita berikan padanya tidak akan pernah cukup untuk membalas jasa-jasanya, tak akan pernah saudaraku bahkan jauh lebih dari yang engkau bayangkan.
Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya : “Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau menjawab : “Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan)” Subahanalloh.
Bahkan tahukah Engkau saudaraku, Zainal Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang keheranan kepadanya (dan berkata) : “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam satu talam”? Ia menjawab,”Aku khawatir tanganku mengambil sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya”. Dapatkah kita meneladani mereka? Maka syukurilah bahwa kita memiliki orang tua yang tidak dimiliki oleh mereka yang berada di panti asuhan.
Saudaraku, semoga kita selalu menyayangi dan mendoakan orang tua kita di mana pun kita berada. Semoga pekerjaan tidak melalaikan diri kita untuk menjenguk atau bahkan memberikan pesan singkat kepada orang tua kita. Dan semoga kita dan mereka dapat bertemu di Jannah-Nya wahai saudaraku. Insya Allah.
Terinspirasi dari nasyid my mom is amazing oleh Zain Bhika
13 Maret 2012
Di tempatku menuntut ilmu, aku selalu memikirkannya. Memikirkan senyumnya, caranya menatapku, caranya berbicara denganku, dan banyak hal tentang dia. Mungkin ia sedang menyapu sekarang atau mungkin juga ia sedang mempersiapkan makanan siangku, entahlah. Dia membuatku seolah-olah dapat melakukan apa saja yang kuinginkan. Entah mengapa ia sangat memperhatikanku. Setelah aku menuntut ilmu dan pulang ke rumah, ia menungguku di depan pintu rumah dengan senyumannya yang khas dan indah. Dan benar saja, makanan telah tersiap rapi dan menggugah di atas meja. Ia pun kemudian mendorong punggungku secara lembut agar aku dapat mengambil tempat di meja makan. Aku lalu menyantapnya dengan lahap tanpa tahu dan tak mau tahu bagaimana ia bisa membuatnya. Menurutku, masakan ibukulah yang paling enak di dunia. Ia juga adalah koki yang paling cantik sekaligus ibu yang paling baik sedunia.
Ketika malam telah tiba, ia tak pernah henti-hentinya menyuruhku untuk belajar dan mengulang ilmu yang telah aku dapatkan di tempatku menuntut ilmu. Ia juga tak pernah bosan-bosannya menyiapkan makanan untukku. Ia tak pernah mengeluh ketika aku merengek meminta sesuatu. Dan ketika rasa kantuk menyerangku, ia pun kembali hadir dan membawaku ke pembaringan. Terkadang ia menceritakan sesuatu baik itu kisah atau pun pengalamannya sebagai aroma bunga untuk membuatku tidur. Apabila mataku telah tertutup, kurasakan di dahiku ada sambaran ciuman lembut sembari mengelus kepalaku, sungguh begitu lembut kurasakan. Ia tak pernah terlihat lelah dihadapanku. Sungguh, aku adalah anak yang paling beruntung di dunia karena memiliki ibu yang begitu luar biasa.
Kemuadian aku bangun pada pagi hari ia tidak ada di depan mataku seperti biasanya. Dan ternyata, aku baru sadar bahwa ia memang tidak pernah ada. Dan aku masih di sini di rumah anak yatim piatu (panti asuhan) bersama anak-anak yang senasib denganku. Andaikan mimpiku ini jadi kenyataan. Namun apa yang bisa kulakukan, hatiku hanya bisa berteriak dan menangis bahwa andai aku memiliki ibu yang luar biasa seperti itu.
***
Saudaraku, sadarkah kita tentang orang tua kita. Ibu kita khususnya. Dari kecil dan mungkin hingga sekarang, tak pernah henti-hentinya ia memberikan kasih sayang secara ikhlas kepada kita. Ia menggadaikan kepenatan demi kesehatan kita. Ia rela beritndak seperti pelayan demi kebutuhan kita. Namun, coba bayangkan, apa yang telah kita balaskan terhadap ibu kita? terkadang kita selalu membantah dan berkata kasar terhadap orang tua kita. Padahal Allah telah memperingatkan kita dalam surah Al Israa’: 23:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Ini di perkuat dengan hadis riwayat Mughirah bin Syu'bah ra: ia berkata: Dari Rasulullah, beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah Taala mengharamkan atas kamu sekalian; mendurhakai ibu, mengubur anak-anak perempuan dalam keadaan hidup, (prilaku) menahan dan meminta. Dan Allah juga tidak menyukai tiga perkara yaitu; banyak bicara, banyak bertanya serta menyia-nyiakan harta “
Tanpa sadar atau memang mungkin kita sadari bahwa kita telah menyakiti hati ibu kita baik itu lewat perkataan atau pun perbuatan. Dan mungkin kita tak acuh akan hal tersebut. Namun saudaraku, mari lekaslah meminta maaf pada orang tua kita atas setiap bantahan yang keluar dari mulut ini. Marilah kita berbuat baik kepada kedua orang tua kita khususnya ibu kita. Dan jangan pernah berkata bahwa apa yang telah kita berikan pada mereka cukup untuk membalasnya. Tidak wahai saudaraku. Sesungguhnya apa yang kita berikan padanya tidak akan pernah cukup untuk membalas jasa-jasanya, tak akan pernah saudaraku bahkan jauh lebih dari yang engkau bayangkan.
Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya : “Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau menjawab : “Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan)” Subahanalloh.
Bahkan tahukah Engkau saudaraku, Zainal Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang keheranan kepadanya (dan berkata) : “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam satu talam”? Ia menjawab,”Aku khawatir tanganku mengambil sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya”. Dapatkah kita meneladani mereka? Maka syukurilah bahwa kita memiliki orang tua yang tidak dimiliki oleh mereka yang berada di panti asuhan.
Saudaraku, semoga kita selalu menyayangi dan mendoakan orang tua kita di mana pun kita berada. Semoga pekerjaan tidak melalaikan diri kita untuk menjenguk atau bahkan memberikan pesan singkat kepada orang tua kita. Dan semoga kita dan mereka dapat bertemu di Jannah-Nya wahai saudaraku. Insya Allah.
Terinspirasi dari nasyid my mom is amazing oleh Zain Bhika
13 Maret 2012
Thursday, March 8, 2012
Apakah Bahasa Memengaruhi Perilaku Manusia?
Tag
indonesia
Pertanyaan tersebut sebenarnya dimunculkan oleh Sabriani (dalam Mahmuda, 2012: 16). Dalam buku itu disebutkan bahwa ada variabel lain yang berada di antara variabel bahasa dan perilaku. Variabel tersebut ialah realita. Jika hal ini benar, maka belum tentu bahasa memengaruhi perilaku manusia, bisa jadi realita atau keduanya.
Pernyataan di atas bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh anonim (2011) yang menyatakan bahwa tentu saja bahasa dapat memengaruhi perilaku manusia. Mengapa? Karena sesungguhnya, fungsi dan peranan bahasa sendiri dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai alat komunikasi, alat kontrol sosial, alat adaptasi sosial,alat interpretasi diri, serta ekspresi diri.
Dari kedua pernyataan di atas, penulis lebih condong pada pendapat anonim (2011) yang menyatakan bahwa tentu bahasa dapat memengaruhi perilaku manusia tanpa menafikkan pernyatan yang dikeluarkan oleh Mahmudah dalam bukunya. Mengapa penulis berpendapat demikian? Semisal diambil contoh bahwa bahasa adalah alat komunikasi. Anonim (2011) menjelaskan bahwa hal itu dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari, dibutuhkan sesuatu yang dapt digunakan untuk berbicara terhadap orang lain, yaitu alat komunikasi dan bahasa adalah alat komunikasi yang sangat baik untuk menyampaikansesuatu maksud kepada orang lain. Dengan berbahasa yang baik dan benar serta cara penyampaian yang sopan disertai intonasi yang pas,akan membuat orang lain yang mendengar menjadi paham dan mengerti maksud dan tujuan kita menyampaikan sesuatu. Dengan berkomunikasi yang baik secara tidak langsung akan menunjukkan kepada orang lain bahwa si pembicara mempunyai perilaku yang baik, seperti sopan santun.
Sebutkan Contoh Hubungan Bahasa dan Perilaku dalam Kehidupan Sehari-hari?
Selain contoh dan pejelasan di atas, penulis akan memaparkan contoh lainnya. Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai alat kontrol sosial. Dalam hal ini, bahasa sangat efektif dan tentu berhubungan dengan perilaku manusia. Anonim (2011) mengungkapkan bahwa hal ini dapat diterapkan pada diri pribadi sendiri maupun pada masyarakat. Sebagai alat kontrol sosial, kegiatan berbahasa dapat memberikan cara untuk memeroleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, dapat pula dipelajari untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu masalah.
Anonim menambahkan bahwa fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial salah satunya adalah sebagai alat peredam rasa marah. Contohnya ialah menulis. Menulis bisa digunakan sebagai salah satu cara yang sangat efektif untuk meredahkan rasa marah. Dengan membiasakan diri menuangkan rasa kesal dan marah ke dalam bentuk tulisan, tentunya dengan gaya tulisan yang masih sopan dan mengindari kata-kata seperti mengumpat. Pada akhirnya, rasa marah akan berangsur-angsur menghilang dan orang yang menulis akan dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.
Contoh yang dikemukakan oleh penulis sendiri ialah bahasa bisa digunakan untuk menasehati. Hal ini selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seorang ayah menasehati anaknya ketika berbuat kesalahan, tentu dengan nasehat yang lembut, maka nasehat tersebut perlahan dapat diterima oleh anaknya dengan mengubah perilaku buruknya menjadi lebih baik.
Sebutkan contoh hubungan bahasa dan realita dalam kehidupan sehari-hari?
Mahmuda (2012: 18) menyatakan bahwa realita mencakup segala sesuatu yang berada di luar bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap komunikasi umumnya menggunakan bahasa, karena memang alat komunikasi tersebut ialah bahasa. Berpatokan dengan pernyataan Mahmuda, maka setiap bahasa mewakili realita yang ada dalam kehidupan penutur maupun mitra tuturnya. Pada hakikatnya, apa yang diucapkan (dibahasakan) semua mempunyai hubungan dengan kehidupan kenyataan.
Fodor (dalam Mahmuda, 2012: 17) memberikan contoh bahwa kata cecak memiliki hubungan kausal dengan referennya atau binatangnya. Artinya, binatang itu disebut cecak karena suaranya kedengarannya seperti cak-cak-cak (dalam perkara tanda dan simbol). Contoh yang penulis berikan sendiri ialah kata meja. Jika dalam bahasa disebut meja, maka realitanya, meja dalam kehidupan sehari-hari ialah perkakas (perabot) rumah yang mempunyai bidang datar sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai penyangganya (bermacam-macam bentuk dan gunanya) (KBBIMobile, 2008).
Sumber acuan:
Anonim. 2011. Apakah Bahasa dapat Mempengaruhi Perilaku Manusia. (Online) (http://chacaatmika.blogspot.com), diakses tanggal 8 Maret 2011)
Pusat Bahasa. 2008. KBBIMobile. Departemen Pendidikan Nasional.
Mahmuda. 2012. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Makassar.
http://images04.olx.co.id/ui/8/54/60/1280739885_107745460_1-Gambar--HURUF-TIMBUL-UNTUK-PAPAN-NAMA-KANTOR-1280739885.jpg
http://images04.olx.co.id/ui/8/54/60/1280739885_107745460_1-Gambar--HURUF-TIMBUL-UNTUK-PAPAN-NAMA-KANTOR-1280739885.jpg
Subscribe to:
Posts (Atom)